16

25.9K 1.3K 1
                                    


Rangga bersiul-siul pelan, menepuk pundak sahabatnya dengan cengiran tanpa dosa.

"Ngapain lo" Argan tak segan-segan melayangkan tatapan sengit kepada sahabatnya itu.

"Muka lo pas rapat tadi kelihatan bahagia bener, beda deh pokoknya. Udah baikan ya sama Raline?" Lelaki itu mengikuti langkah kaki Argan, kepo dengan jawabannya.

"Bukan urusan lo, sana balik gak usah deket-deket gue" jawabnya acuh tak acuh.

Rangga terkekeh pelan. "Gue padahal udah berharap mempersunting istri lo sih, kalau pun dia janda gue tetap menerimanya dengan lapang dada kok"

Argan berhenti, menatap Rangga dengan tatapan nyalang. "Berani lo ngomongin istri gue lagi, gue tonjok tuh muka"

"Kalau gak mau gue rebut jaga baik-baik bininya ya bro, dah sampai jumpa" Rangga tertawa puas, berlarian keluar sebelum benar-benar ditendang Argan.

Argan menghela nafas, memasuki ruangannya dan terduduk di sofa. Kemarin itu benar-benar di luar kendalinya, ya siapa juga sih pria normal disuguhi pemandangan wanita cantik seksi gak tergoda? Argan sebenarnya tidak merasa menyesal sedikitpun melakukannya, tapi hatinya masih gamblang. Argan meremas rambutnya kasar, entah sikap apa yang akan dia tunjukkan nanti kepada istrinya itu.

Ponselnya berdering nyaring, membuyarkan lamunannya.

"Assalamualaikum Kak, maaf Bunda ganggu kamu terus. Hari ini kamu sibuk gak ya? Kata Raline kamu udah di kantor?"

"Waalaikumsalam, kenapa Bun?" tanyanya langsung, pasalnya kepalanya juga sedikit pusing hari ini.

"Adik kamu, Raina pulang hari ini. Tuh anak emang tiba-tiba udah perjalanan pulang aja gak ada kabar. Baru ngabarin Bunda tadi, Raygan ada shooting Kak, Ayahmu juga ada rapat bisa tolong jemput gak? Kamu tau sendiri gimana manjanya adikmu kasihan Kak tolong ya?" Lah masih ingat pulang juga adik bungsunya itu, dari dua tahun yang lalu gak pernah pulang sama sekali tiba-tiba pulang awas aja kalau nyusahin.

"Jam berapa Bun?"

"Habis ini Kak, jam empat sore itu. Bisa ya?"

"Iya, langsung aku bawa rumah Bunda ya" bukan apa-apa Raina tuh cerewetnya minta ampun, kalau sampai-sampai tuh anak dititipin di rumahnya kan malah kasihan istrinya. Belum pernah adaptasi dengan kelakuan sok asik si bungsu.

"Ajakin Raline dong Kak, Raina tuh pulang gara-gara ya pingin ketemu sama kakak iparnya. Atau gak ya nginep dulu aja di rumah kamu sekalian nanti Bunda kesana kumpul di rumah kamu gimana?" Argan berpikir ulang, ini kalau kumpul dirumahnya suasana canggung antara Raline dan dirinya bisa teratasi juga, meskipun sebentar.

"Oke nanti Argan kabarin kalau anaknya dah di rumah Argan Bun, Assalamualaikum" mematikan sambungan telepon sepihak, lalu Argan segera memberitahu istrinya untuk bersiap-siap.

******

"Bi, Mas Argan kalau sayang sama orang tuh gimana sih Bi?" tanyanya ke Bi Nur yang sedang memijat tubuhnya.

"Gak ketebak Bu, saya juga bingung sama sifatnya Bapak yang sekarang. Dulu sih kalau suka sama orang ya ceritanya ke Bu Alaina, tapi itu udah lama banget masih SMA gitu" jawab Bi Nur mengoleskan lotion ke kaki Raline.

"Aku penasaran sih Bi, tadi pagi sifatnya kayak udah melunak cium-cium kening segala padahal dulu boro-boro cium kening tatapan aja dia udah kayak benci banget" ucap Raline mengingat kembali awal pernikahan mereka.

"Alhamdulillah Bu, berarti Bapak emang udah sayang sama Ibu. Bapak emang gengsian Bu, jadi harus ekstra sabar aja jangan ikut gengsi"

Raline mengangguk setuju. "Tapi Bi, dia gak ngomong apa-apa kayak pas awal-awal nikah gitu ya cuma cium kening doang. Aku kan jadi bingung"

Bi Nur terkekeh. "Bapak emang gitu Bu, udah gak usah dipikirin"

Raline menghela nafas, pusing memikirkan tingkah suaminya. Beberapa menit menikmati pijatan Bi Nur tiba-tiba ponselnya berbunyi nyaring, dan ternyata tau lah siapa pelakunya kalau bukan suami tercinta.

"Assalamualaikum? Tumben kenapa Mas?"  tanyanya langsung to the point.

"Waalaikumsalam, kamu siap-siap suruh Bi Nur masak lumayan banyak dan bersih-bersih kamar tamu ya, adikku yang bungsu pulang katanya pengen nginep sama ketemu kamu"

Raline sempat berpikir dan oh iya, dirinya sampai lupa kalau Argan memiliki seorang adek perempuan yang sedang melanjutkan pendidikannya di Belanda.

"Oke Mas, aku bakal siapin deh udah itu aja?"

"Ya udah, saya tutup telponnya" lalu panggilan terputus, astaga masih saya?? Raline tidak habis pikir.

Bi Nur menatap Raline penasaran. "Huh apa Bi?"

"Gak apa Bu, kenapa?" tanyanya dengan cengiran.

"Adiknya Mas Argan mau kesini katanya Bi, bisa minta tolong bantu beres-beres? Sama masak ya Bi" Bi Nur manggut-manggut mengiyakan.

"Baik Bu, gampang itu mah" lalu keduanya sibuk membersihkan rumah dilanjut dengan memasak berbagai hidangan kesukaan keluarga Argan.

*****

"Mas Argan, ganteng banget sih makin kangen gue" Raina berlarian, melompat dan memeluk sang kakak.

Argan mendengus, tak urung menahan bobot adiknya yang sudah bergelandotan memeluk tubuhnya. "Siapa suruh gak pulang-pulang" katanya.

Raina terkekeh, melepaskan pelukannya dan mengecup pipi sang kakak. "Nih udah pulang, mana kakak ipar? Kok gak diajak sih!"

"Di rumah lah" jawabnya membawa beberapa koper milik Raina untuk segera dimasukkan ke dalam bagasi mobil.

"Gimana sih Mas nikah? Enak banget kan? Gue gak pernah bayangin sih lo bakal dapat spek kayak Mbak Raline yang berkelas banget" ucap Raina membuntuti sang kakak yang masih sibuk mengurusi koper-koper miliknya.

Argan juga tidak pernah terbayang akan menikah dengan wanita yang lumayan terkenal oleh publik, dulu sekali dirinya bermimpi mempunyai keluarga sederhana yang akan menetap di suatu desa terpencil yang aman, entahlah apakah suatu saat nanti Raline mau untuk diajak menetap di desa yang jauh dari hiruk-pikuk kota.

"Biasa aja, gak usah lebay" Raina mendengus kakaknya ini memang gak ada berubahnya tetap aja sekaku besi.

"Apa sih, Mbak Raline tuh idola semua orang kali! Lo aja tuh gak pernah tau, istri lo fansnya banyak banget Mas!" Raina masih mengompori, Argan sih seperti biasa tidak perduli dirinya langsung masuk kedalam mobil dan menyalakannya.

"Mbak Raline tahan gak sih Mas sama sifat lo yang kayak gini? Asli gue takut Mbak Raline kabur deh" ucap Raina yang langsung berlarian menuju kursi penumpang takut ditinggal sang kakak.

Ngomong-ngomong soal itu Argan jadi ingat kegiatannya kemarin malam bersama Raline, sial dengan mengingat itu dirinya jadi sangat merindukan istrinya.

"Tanya aja" Raina mendengus, sudah capek mengajak obrol besi satu ini dan memutuskan untuk tidur sebentar sebelum merecoki kembali sang kakak dan sang ipar nantinya.

Melt Your Heart Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin