34

21.2K 1.1K 9
                                    


Sudah tiga minggu berlalu, Raline merasa hubungannya benar-benar membaik. Mereka seperti pasutri baru setiap harinya, selalu ada saja kelakuan romantis yang ditunjukkan di rumah, maupun di tempat umum.

Beberapa portal berita juga sedang gembor-gembornya memberitakan tentang hubungan keduanya yang tampak harmonis. Itu semua berkat postingan sosial media milik Raline yang sering mengunggah kebucinan Argan. Dea sampai pusing sendiri melihat kelakuan atasan sekaligus sahabatnya itu.

"Lo gak capek apa dari pagi sampai sekarang masih mau buat konten?!" Cibir Dea, memutar bola matanya dengan malas. Hari ini sudah ada tiga konten yang Raline buat, semuanya beda tempat, beda baju, beda konsep lagi. Gimana gak capek.

"Iya capek habis ini kan udah selesai Mbak" balas Raline, sibuk membenarkan alat-alat masak lucu yang baru saja dia beli. Tadi konten pertama dirinya memasak soto khas Lamongan. Konten kedua Raline memberikan tips dan trik membuat teh yang baik untuk kesehatan kulit. Konten ketiga dirinya akan membuat kue-kue lucu, jadi Raline sangat bersemangat.

"Argan tau gak sih kelakuan istrinya yang kayak gini?" ucap Dea ogah-ogahan membawa beberapa bahan untuk membuat kue.

"Tau, tadi gue udah ijin dia iyain aja tuh. Hari ini Mas Argan ada rapat sampai malam soalnya, jadi daripada gue gabut mending buat konten. Nanti tinggal kita atur aja jadwal postingnya" Dea mendengus kasar, kembali ke tempatnya untuk melanjutkan take vidio.

Beberapa menit terlewati, sampai Raline merasa kepalanya sedikit pusing, dirinya memegangi ujung dapur dengan tampak lesu. Dea yang sangat hafal betul tingkah Raline langsung saja berlarian memegangi tubuh Raline.

"Udah gue bilang! Gue aja yang duduk capek apalagi lo yang daritadi mondar-mandir! Kenapa? Duduk dulu aja, bubar semua kita lanjut besok" ucap Dea kasar, membubarkan beberapa kru milik Raline. Mereka mengangguk kompak, ikut khawatir.

"Gue gak apa Mbak, cuma pusing dikit aja" ucapnya tampak lesu, demi apapun tadi Raline masih punya banyak sekali tenaga, kenapa sekarang tiba-tiba tubuhnya jadi sangat lemas.

"Gak apa lo bilang? Kalau kayak gini gue yang di pecat sama suami lo Raline! Udah ayo ke kamar. Tolong kalian beresin ya, sama minta bantuan Bi Nur buat taruh alat-alatnya" Dea mendengus, memberi instruksi beberapa kru, lalu mereka mengangguk membereskan alat dan bahan yang berserakan. Sedangkan Dea sudah membatu Raline untuk masuk ke kamar tamu, karena itu kamar yang paling dekat dengan jangkauannya.

"Bu, Ibu kenapa?" Bi Nur berlarian, masuk ke kamar dengan raut khawatir.

"Ngeyel dia Bi, udah di bilang makan yang banyak malah cuma sarapan soto aja dia. Belum makan lagi, malah lanjut buat konten" Dea berdecak, mengaduh kearah Bi Nur.

"Mbak, udah gue cuma butuh tidur dulu. Bi tolong buatin teh aja ya, nanti taruh sini, saya gak apa kok" Bi Nur manggut-manggut, langsung berlari ke arah dapur. Sedangkan Dea sudah menatapnya tajam.

"Gue telpon dokter ya, lo perlu dokter"

"Gak! Gak usah, gue cuma capek aja. Gak usah dokter Mbak, lebay banget lo" Dea tak menghiraukan, masih lanjut mencari nomer dokter kepercayaan keluarga Raline.

"Gue butuh makan! Iya! Gak butuh dokter! Makan aja Mbak!" Seru Raline cepat, kalau saja Dea benar-benar menelpon dokter maka keluarganya akan merasa khawatir berlebihan, apalagi suaminya itu. Astaga Raline tidak mau!

Dea mendengus, lalu urung menelpon. "Makan yang banyak ya, awas lo" Dea berlalu, mengambil makanan di dapur.

Raline memejamkan matanya, merasa lebih membaik, tapi dirinya merasa aneh. Biasanya Raline akan bekerja seharian penuh, tubuhnya baik-baik saja meskipun cuma sekali makan, Raline memang lebih suka mengemil.

*****

"Mas? Kapan pulang?" Raline mengerjapkan matanya, sedikit kaget saat mendapati suaminya yang masih memakai setelan kerja berada disampingnya.

"Saya kan sudah bilang, saya gak akan larang kamu buat konten tapi gak gini  sayang. Saya gak mau kamu capek, kenapa harus buat banyak konten sekaligus? Sekarang gimana? Kita periksa ya?" ucap Argan sangat lembut, takut melukai hati istrinya.

"Maaf Mas, aku tadi gak apa kok. Cuma sedikit pusing aja. Sekarang udah enak. Lain kali aku bakal jaga diri baik-baik" balasnya dengan mata berkaca-kaca, terharu melihat kekhawatiran Argan.

"Makan lagi ya kalau begitu? Tadi kata Dea kamu cuma mau makan sedikit. Ayo saya suapin" Raline mengangguk, mencoba untuk duduk dan langsung dibantu Argan.

"Makan yang banyak sayang, saya gak suka lihat kamu lemes gini. Kalau lemes gara-gara saya baru gak apa" godanya sambil menyuapkan sesendok makanan ke mulut Raline.

Raline mendengus, menatap tajam ke arah suaminya yang tersenyum jail. "Aku udah sehat kok, bahkan udah bisa mukul kamu"

Argan terkekeh mendengarnya. "Lain kali hubungi saya, tadi saya iseng aja lihat cctv rumah kok lihat kamu di bopong sama Dea. Saya panik, langsung aja pulang. Soalnya gak ada yang telepon saya, kalau kamu lagi gak enak badan. Saya agak marah tadi, tapi lihat kamu gini gak bisa marah"

Raline tersipu mendengarnya, astaga kenapa Argan sekarang jadi pintar menggombal sih.

"Ya gara-gara itu juga, kamu tuh orangnya panikan. Aku gak mau aja kamu jadi parno sendiri padahal aku gak kenapa-kenapa, cuma emang butuh tidur sebentar sama makan" belanya.

"Gak gitu sayang, pokoknya harus hubungin saya apapun. Awas aja kamu nanti saya hukum kalau masih nakal"

Raline menyipitkan mata, sok-sok penasaran dengan hukuman yang akan diberikan Argan kepadanya.

"Hukumannya seharian di kamar" katanya membuat Raline membelalakkan matanya tidak terima.

"Enak aja! Kamu tuh kalau di kamar pasti aneh-aneh" Argan mengangkat satu alisnya. "Tergantung kamu aja, aku bisa aneh bisa gak" jawabnya membuat Raline mendengus kesal.

"Kepala ku makin pusing lihat kamu Mas!" Argan tertawa puas, meletakkan piring bubur sup ayam yang sudah habis.

"Mau ke kamar kita? Biar saya yang gendong" tanya Argan, pasalnya memang Raline masih di kamar tamu. Raline juga belum mengganti pakaiannya.

"Aku bisa jalan sendiri kok, mau mandi juga. Rasanya keringetan banget" balas Raline, berdiri pelan membuat Argan mengangguk mengulurkan tangannya ke arah Raline.

"Ya sudah ayo, pelan-pelan sayang" Raline manggut-manggut, menerima uluran tangan Argan untuk dia gandeng. Raline berharap semuanya ini akan bertahan lama, karena bersama Argan, Raline menemukan kebahagiaannya. Kebahagiaan yang dia cari selama ini. Lelaki itu selalu melakukannya seperti seorang ratu, tutur katanya juga begitu lembut membuat Raline selalu jatuh ke pesona Argan setiap harinya. 

Melt Your Heart Where stories live. Discover now