28

23.7K 1.3K 17
                                    


"Bi? Istri saya dimana?" tanya Argan buru-buru menuruni anak tangga sambil membenarkan tatanan dasinya yang masih belum rapi.

Kemarin malam, acara makan malam keluarga berjalan dengan lancar. Tidak ada saling menyindir atau apapun. Istrinya itu berperan penting, dirinya seolah-olah melupakan masalah satu minggu yang lalu didepan keluarganya sendiri.

"Ibu lagi di taman belakang Pak, ini tadi nitip ke saya kopinya Bapak. Sama bekal, udah di siapin ibu" jawab Bi Nur, menunjukkan secangkir kopi dan tepak makan yang sudah tertata rapi.

"Bilang apa aja Bi?" Argan penasaran, duduk di kursi bar seperti biasanya lalu meminum kopi yang sudah lama dia rindukan.

"Katanya kalau Pak Argan bangun dan udah rapi disuruh bilangin kopi sama bekalnya udah disiapin. Bu Raline juga bilang, lagi meditasi yoga gak mau diganggu jadi kalau Bapak mau berangkat langsung berangkat aja" Argan mengangguk pasrah, tidak mau berbuat ribut pagi-pagi begini. Lagian istrinya mau pulang lagi ke rumah saja sudah membuatnya sangat senang.

Kemarin, setelah acara makan malam akhirnya Raline ikut pulang bersamanya. Tidak ada percakapan mereka sama-sama diam, karena bicara pun percuma Raline selalu menatapnya dengan sangat judes.

Saat sudah memasuki waktu tidur, keduanya memang seranjang tapi dengan tatapan tajam Raline memperingati untuk tidak dekat-dekat dan membuat batas yang sangat tinggi dengan berbagai tumpukan guling. Argan cuma diam tidak protes karena mungkin Raline masih terbawa emosi.

"Ya sudah, saya berangkat" ucap Argan menenteng bekalnya. Bi Nur menahan tawa melihat atasannya seperti anak kecil begitu.

*******

"Beneran lo mau aktif YouTube lagi?" tanya Dea memicingkan matanya menatap Raline yang senyam-senyum sendiri.

"Iyalah Mbak, ngapain juga gue bohong" jawab Raline, berbarengan dengan Bi Nur yang datang membawakan dua cangkir teh hangat beserta cemilan.

"Gak usah repot-repot Bi" ucap Dea, tersenyum hangat.

"Eh gak repot Mbak, udah silahkan di makan. Nanti kalau butuh apa-apa lagi bisa panggil saya di belakang ya"  keduanya tersenyum, mengangguk sopan.

"Udah minum dulu tuh, teh ini enak banget asli biar pikiran lo rileks gak marah-marah mulu" Dea mendengus mendengarnya, tak urung untuk mencoba rasa teh yang dibilang Raline.

"Adik ipar lo beneran kesini? Gue pengen lihat sih secara langsung anak bungsu keluarga Pak menteri itu"

"Beneran, katanya masih macet. Orangnya cantik Mbak, ya kayak Bunda gitu tapi lebih ke manis. Bunda kan tegas ya, kalau Raina ini ada sisi manisnya gitu"

Dea manggut-manggut paham. "Kenapa setelah sekian lama vakum lo pilih konten pertama masak-masak sih?"

"Udah dibilang juga, gue sama Raina itu sama-sama suka masak jadi ya udah konten kita masak" terangnya, sambil menyemil beberapa cemilan yang telah dibuat oleh Bi Nur.

"Aneh-aneh aja, kayaknya fans lo langsung kaget sih lihat konten pertama lo setelah sekian lama masak. Secara lo kan gak pernah buat konten memasak, baru kali ini"

Raline berdecak, membuatnya ingat konten YouTube miliknya cuma diisi hal-hal edukatif. Atau paling tidak, vlog dirinya saat berlibur menjelajahi Indonesia.

"Ini juga termasuk konten edukatif Mbak"

"Terserah lo deh, tapi emang lo udah izin sama si suami? Jangan bilang belum izin terus konten lo di takedown"

Raline menghela nafasnya. "Belum, kemarin gue malas ngomong sama dia. Izin mah gampang sih, kita kan nanti belum edit video juga"

Dea hanya geleng-geleng kepala mendengarnya. Tak lama kemudian dengan heboh Raina masuk, memeluk Raline sambil meminta maaf atas kelakuan kakak sulungnya.

*****

"Bisa minta tolong antar map?" ucapnya langsung to the point.

"Gak mau, aku sibuk. Anak buahmu kan banyak kenapa suruh aku?" jawab Raline ketus, yang benar saja dia baru selesai membuat konten memasak yang sialnya sangat melelahkan. Jadi saat ini Raline sedang berendam, menikmati lilin-lilin aroma terapi yang membuatnya sedikit rileks.

"Rafael gak di kantor makanya saya suruh kamu, saya gak bisa percaya sama pegawai lain"

Raline memutar bola matanya, malas. Tapi tiba-tiba suatu ide muncul di otaknya yang cantik.

"Oke, tapi di dunia ini gak ada yang gratis kan?" ucapnya licik, sudah cukup selama ini Raline bersikap sabar dan tidak menuntut apapun.

"Ya cepat mau apa? Saya habis ini ada meeting"

Raline terkekeh. "Uang tiga ratus juta buat beli tas limited edition, kemarin harganya sekitar segitu. Gimana?"

"Saya transfer sekarang ke rekening kamu, cepat kesini mapnya di ruang kerja saya warna biru dan hijau. Sekalian flashdisk di laci, tolong kamu cari"

"Ya" lalu sambungan terputus, Raline berseru riang. Gila sekali suaminya itu? Membelikan uang tiga ratus juta seperti memberi uang tiga ratus ribu. Tapi bodoamat lah, tas itu sudah Raline incar lama sekali. Karena sayang dengan uang bulanan jadi Raline tidak mau beli barang-barang yang menurutnya boros, tapi kalau dipikir-pikir suaminya itu kaya raya kenapa tidak dia poroti sejak dulu. Kalau bukan Raline yang menghabiskan siapa lagi.

*****

"Wah mau kemana Bu? Cantik sekali" sapa Bi Nur saat Raline berjalan menuruni tangga.

"Mau ke kantor Mas Argan Bi, ini berkasnya ada yang tertinggal. Btw emang penampilan saya udah oke kan ya?" tanyanya masih kurang percaya diri, padahal demi apapun Raline akan terlihat cantik dengan apapun yang dia pakai.

"Gak perlu ditanya, semua orang juga tau kalau Bu Raline emang yang paling cantik!" seru Bi Nur membuat Raline tersenyum.

"Terimakasih Bi, saya berangkat dulu ya. Gak usah masak Bi, nanti sekalian saya beli di luar aja. Kayaknya Mas Argan juga bakal pulang malam" Bi Nur manggut-manggut paham.

Raline berpikir, akan menggunakan koleksi mobil Argan yang mana ya. Semenjak menikah Raline hanya sering memakai mobilnya sendiri, tidak pernah menyentuh mobil milik suaminya itu. Padahal, koreksi mobil Argan tidak kalah dengan koleksi mobil artis-artis yang sering di tunjukkan di beberapa konten. Harta suami harta istri kan, jadi Raline akan mengendarai mobil paling mahal milik Argan kali ini.



Melt Your Heart Where stories live. Discover now