Aku tidak dapat merasakan apa-apa lagi sesudahnya, pikiranku melayang dan tubuhku semakin melemas. Otakku terasa ringan tanpa ada pikiran yang mengganggu.

Beberapa saat kemudian, ku rasakan tubuhku diletakkan di kasur empuk yang sangat nyaman. Pelukan Alex mengurungku dan membatasi pergerakan, membuatku tidak nyaman.

Ku coba bergerak kanan kiri melepaskan dekapannya, akan tetapi tidak bisa. Tenaganya kuat sekali memenjarakanku.

Perlahan kepalanya semakin menurun dan mencium leher hingga bahuku. Selimut yang menutupiku entah sejak kapan sudah hilang dan memudahkannya melakukan hal tersebut.

Kepalanya berhenti tepat di depan dadaku dan menghembuskan napas hangatnya di sana. Tanpa aba-aba dia mengulumnya dan menggangguku dalam tidur.

Seketika mataku terbelalak dibuatnya. Mulutnya yang tengah menghisap dadaku, maju seperti bayi. Begitu pun dengan tatapannya yang polos, menatapku berbinar.

Alex melepaskan gumpalan dagingku dan meninggalkan salivanya di sana. Sebelum benar-benar bangkit, dia menjilatnya sekali lagi dengan sensual.

"Kau sudah bangun, cantik?" tanyanya dengan senyuman yang sangat lebar. Matanya menyipit, seakan tengah kesenangan melihatku membuka mata.

Telinga serigalanya tampak membuka lebar dengan ekor yang melengkung ikut memeluk tubuhku. Bulu ekornya yang tebal terasa hangat seperti guling.

Aku mengangguk dan menelaah sekitar yang terasa asing, sontak keningku mengerut tidak mengenali ruangan yang saat ini ku tempati.

"Kita dimana, Al? Ah kepalaku pusing," rintihku sambil memegang kepala.

Alex menatapku khawatir dan menyamankan posisiku dengan menaikkan bantal yang ku kenakan. Dengan perhatian, dia mengurut keningku, lembut.

Matanya menatapku lekat dan berulang kali menjilat bibirnya, seperti sedang menahan sesuatu.

Berbeda denganku yang masih kebingungan dan menatap sekitar gelisah. Ditambah dengan pemandangan pepohonan yang terlihat dari jendela.

Sudah jelas sekali bahwa kami sedang berada di tengah hutan, tanpa sadar badanku terasa gemetar ketakutan dengan apa yang ku pikirkan saat ini.

"Di rumahku, rumah kita. Selamat datang sayang dan jangan mendesah seperti itu, aku takut tidak dapat menahannya," peringatnya membuat bulu kudukku merinding, apalagi merasakan sesuatu yang menekanku di bawah sana.

Namun, bukan itu fokusku sekarang. Aku lebih gugup mengetahui kini kami berada di rumahnya, di lingkungan werewolf? Entah harus bagaimana aku meresponnya.

Kamar Alex cukup luas dan besar dengan desain dinding dari kayu. Suasananya terasa hening dan menakutkan, seakan ada mata-mata yang menatapku dengan penasaran.

Mataku menatap ke bawah dan terkejut dengan kondisi tubuhku yang masih setengah telanjang. Semua kancing kemejaku terbuka dan menampilkan dadaku yang tidak tertutupi apapun.

Alex yang menyadari tatapanku, menyeringai, dan malah memainkannya menggoda.

Spontan aku mendorongnya kuat dan menutupi tubuhku dengan selimut. Napasku memburu dengan mata yang terbelalak. Tubuhku terduduk dengan tatapan khawatir.

"Al, mau pulang, aku takut. K-kita dimana?" tanyaku berulang kali walaupun sudah mengetahui jawabannya.

Bukankah saat tidur aku masih berada di kampus? Rasanya sangat menyeramkan tiba-tiba terbangun di tempat asing.

Alex yang sedikit terdorong, merangkak mendekat dan mencium pipiku, menenangkan.

"Disini saja, dekat denganku! Kau tega meninggalkanku?" lirihnya dengan bibir mengerucut dan telinga seringala yang menutup. Tatapannya tampak sayu dengan alis yang menurun.

 Tatapannya tampak sayu dengan alis yang menurun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hatiku berdebar melihatnya seimut itu. Padahal baru saja beberapa menit yang lalu dia tampak menyeramkan, sekarang sudah kembali menggemaskan dan meruntuhkan pertahananku.

Sepertinya memang tidak memungkinkan untuk pulang sekarang, aku harus membujuknya lain waktu.

Alex bisa saja kembali menyerangku atau memanggil teman-teman werewolf-nya, itu terlalu menakutkan.

Lagipula diluar sudah gelap dan tidak ada pencahayaan sedikit pun, tidak mungkin aku kabur begitu saja sendirian.

Menenangkan diri, aku menghela napas berulang kali dan menyamankan posisi dudukku. Tanganku mencengkram selimut erat, takut Alex menariknya.

Perlahan, mataku menatapnya sayu dan memohon.

"T-tapi aku tidak ada baju, Al. Kemejaku sudah robek dan kau pun tidak mengenakan baju di rumah, aku harus bagaimana?" tanyaku gugup.

Kemejaku memang sudah mengenaskan dan tidak layak pakai. Aku baru sadar setelah menemukan sobekan besar di bagian dada dan perut seperti cakaran serigala.

Alex sendiri tidak memakai baju apapun, dia shirtless dan menampakkan otot-ototnya yang terlihat tebal, membuatku malu untuk menatap tubuhnya. Untungnya masih ada celana jeans yang menutupi bagian intinya yang mengembung.

Seketika pipiku memerah membayangkan benda tersebut, aku sudah melihatnya! Dan itu tidak dapat menghilang dari pikiranku.

"Tenang saja, aku sudah menyiapkan baju untukmu. Kau sekarang berada di wilayahku sayang, jadi aku memilihnya dengan hati-hati. Kau akan menyamar menjadi golonganku!" ucapnya dengan antusias. Alex bertepuk tangan dengan mata berbinar, tidak sabar melihat perubahanku.

Aku yang tidak mengerti menaikkan alis dan menatapnya bertanya. Menyamar? Entah mengapa aku merasa ada yang janggal dari idenya tersebut.

Ditambah dengan pikiran Rolf yang terdengar antusias, menambah firasat burukku. Spontan aku meneguk ludah kasar dan menatapnya takut.

"Ayo kita dandani dia dengan baju-baju koleksimu, astaga pasti sangat menggairahkan. Ini kesempatan bagus, Al! Aku ingin melihat Nat berpakaian minim dan berpose sexy, aumm!"

-----------

SPOILER BAB SELANJUTNYAAAA

TEBAKKK GMN REAKSI ALEX AHAHAHHHA?? SIAPA YG GASABARR?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

TEBAKKK GMN REAKSI ALEX AHAHAHHHA?? SIAPA YG GASABARR?

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS DULU DONGGG

YG BANYAKKK BGT BGT BGT SPAMM EHEHHEHE

LOVE YOUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now