Chapter 6 : Enough

Começar do início
                                    

Maria terkejut begitu ia mendapati Ace di depannya dengan tatapan mengerikan. Pria itu menarik kuat lengan Maria agar mendekat. "Don't you dare to tell Signora or I will bring you to Stanza Della Penitenza with my own hands."

Maria berkaca-kaca. "Tuan Albrecht," lirihnya melirik Tuannya berdansa, lalu melirik Ace kembali. "Apa Tuan L berselingkuh?"

Ace menajamkan pandangan, seolah terhenyak akan pertanyaan Maria. "Kau pikir siapa kau yang berani ikut campur?"

"Jangan lukai Nyonya," pintanya memohon. "Nyonya Gabriels sangat mencintai Tuan L." Maria menangis tidak kuat menahan airmata. "Jika Tuan memang berselingkuh bunuh saja aku, aku tidak akan mampu merahasiakan ini dari Nyonya Gabriels."

"Ada apa ini?" tanya Massimiliano tiba-tiba menghampiri dan menoleh pada Maria. "Nyonya Gabriels mencarimu untuk membawa obat kontrasepsinya."

Maria semakin tersedu-sedu mendengar ucapan Massimiliano. "Apa itu alasan Tuan L tidak menginginkan Nyonya hamil?"

Ace memutar mata muak. "Berhentilah melebih-lebihkan dan ingat kata-kataku tadi!" ucapnya menghempas tangan Maria.

Maria berjalan pelan dituntun anak buah Massimiliano yang mengarahkannya ke kamar Letizia. Ia samar-samar mendengar percakapan mereka.

"Dia melihat wanita itu."

"So, we have to tell Mr. L."

Alarm Maria berbunyi, jika Tuannya benar-benar mengetahui bahwa Maria melihatnya bersama wanita lain, bosnya itu pasti tidak akan mengampuninya dan langsung membunuhnya. Maria tidak bisa mengambil resiko itu, jika Maria tidak ada, siapa lagi yang memihak Nyonyanya? Semua iblis itu menyembah raja mereka, tidak ada yang peduli dengan Nyonya mereka. Maria melepas tangan bawahan Massimiliano dan berbalik menghadap kedua asisten bosnya itu. "Aku tidak akan bilang apa pun, kumohon jangan beritahu Mr. L."

Ace menatap remeh Maria. "Kau pikir siapa kau yang bisa menawarkan kesepakatan seperti itu?"

"Nyonya Gabriels akan selalu percaya padaku."

Massimiliano menatap tajam Maria. "Tidak ada yang peduli dengan apa yang dipercayai Signora, Tuan L-lah satu-satunya yang bisa menentukan kau harus diapakan."

Maria tersenyum pahit. "Benarkah? Setelah ribuan nyawa melayang demi Nyonya Gabriels kau masih berpikir bahwa Nyonya Gabriels tidak memiliki kendali apa pun atas Tuan L?"

Ace melotot mendengar lancangnya Maria berbicara. "Jaga bicaramu, jalang. Jika kau berani berbicara lagi, aku bersumpah aku yang akan merobek mulutmu."

Massimiliano melempar tatapan mematikan. "Tuan L tidak dikendalikan siapa pun, bitch. Perempuan hanyalah penghibur semata."

Maria mengetatkan rahang mendengar dirinya, nyonyanya, dan kaum wanita dihina seperti itu oleh Massimiliano. Pria itu benar-benar bodoh dan pantas saja ia tidak pernah maju dari Ace, ia memandang Letizia hanyalah seorang penghibur bagi Tuan mereka. Sebesar apa pun usaha Massimiliano untuk menjadi asisten utama tidak akan pernah berhasil, jika ia menganggap Letizia seperti itu.

"Jaga bicaramu, Massimiliano," peringat Ace tidak setuju mengalihkan pandangan tajamnya pada pria berwajah Italia kental itu. "Kau sedang membicarakan istri Tuan Gabrielle."

Maria tersenyum getir pada Massimiliano. "Kita lihat saja."

Maria berjalan cepat menuju ruangan sang Nyonya di mana ia mendapati wanita itu membuka ponselnya dengan dahi mengerut. Entah mengapa, melihat sang Nyonya membuat hati Maria teriris mengingat kejadian tadi.

Maria melangkah pelan mendekati wanita itu. "Nyonya, saya membawakan obatnya."

Letizia menoleh, mendapati Maria yang menyodorkan obat dan segera ia menenggaknya. Letizia duduk di atas kasur dan menatap Maria dengan ekspresi frustrasi. "Ibunya Gabrielle mengirim beberapa gambar, dia menyiapkan semuanya, gaun yang akan kupakai, dan jas rancangan ayah Gabrielle sendiri," keluh Letizia merasa pening. "Aku harus bagaimana, Maria. Gabrielle benar-benar tidak setuju untuk menghadirinya."

Monster's Wife [Gabrielle's Season 2]Onde histórias criam vida. Descubra agora