Bab 16 - Berkata Jujur

5.1K 723 50
                                    

Bab 16 – Berkata Jujur




Nadira baru sampai di depan kontrakannya saat dia melihat di depan pintu kontrakannya terdapat banyak orang. Perasaannya jadi tak enak. Apalagi saat dia melihat beberapa tetangganya, Pak RT, serta ada juga orang yang cukup dia kenal berada di sana, orang yang beberapa tahun yang lalu pernah mendatanginya di rumah kontrakan lamanya. Itu adalah ibu Bastian dengan temannya yang saat itu menampar Nadira. Apa yang mereka lakukan di sini?

Nadira memasuki halaman rumahnya. Di sana, mereka sudah menatap kehadiran Nadira dengan tatapan mata sinis masing-masing.

Seorang pria paruh baya yang merupakan seorang Rt di sana akhirnya mendekat ke arah Nadira.

"Pak, ini ada apa, ya Pak? Kok rame-rame gini?" tanya Nadira bingung.

"Mbak, maaf. Tapi tadi saya dapat laporan, kalau mbak Nadira ini sering bawa pria masuk buat nginap di sini padahal statusnya bukan suami istri."

"Ya Pak! Saya pernah lihat! Bahkan dia gonta-ganti cowok. Dasar gatel," salah seorang tetangganya berkata.

"Saya juga lihat loh pak. Duh, sudah lama saya mau laporan," tetangganya yang lain ikut menimpali.

Nadira tak menyangka bahwa dia akan diserang seperti ini. Dia tak pernah mengira bahwa tetangga-terangganya akan memperhatikannya, dan mereka rupanya tak suka dengannya. Atau jangan-jangan... mereka sudah dibayar?

Nadira menatap ibu Bastian dan juga temannya yang tampak saling tersenyum puas di sana. Sudah pasti mereka dibayar oleh ibu Bastian, kan?

"Maaf Mbak, karena Mbak sudah melanggar peraturan dalam lingkungan kami hingga membuat ketidaknyamanan warga sekitar, maka saya harap, Mbak segera bersiap-siap untuk meninggalkan lingkungan kami."

"Tapi Pak..."

"Masih ngeyel? Kamu mau kalau kami mengumbar aibmu di sini? Ibu-ibu denger ya... ini perempuan itu kerjaannya ngangkangin suami orang. Jadi hati-hati saja sama dia. Lihat, dia aja hamil nggak ada suaminya..." kali ini, teman ibu Bastian yang membuka suaranya, membuat ibu-ibu yang berada di sana akhirnya semakin mencibir Nadira.

"Saya nggak ngelakuin itu..." suara Nadira mulai bergetar.

"Oh ya? Kalau begitu buktikan! Mana suamimu?! Siapa ayah dari bayimu?!" serunya lagi.

Nadira menatap ibu Bastian. Jelas, dia tidak bisa mengatakannya. Selain karena dia tak memiliki bukti, dia juga tak ingin mempermalukan ibu Bastian di sana dengan menyebut bahwa dia hamil anak dari Bastian.

"Mbak, sudah ya... karena saya nggak mau rame-rame, jadi tolong, mbaknya ngalah saja. Mbak bisa langsung berkemas dan meninggalkan lingkungan kami," ucap Pak Rt lagi pada Nadira.

Pada akhirnya, Nadira tak memiliki pilihan lain selain menganggukkan kepalanya. Nadira mencoba memasuki kontrakannyauntuk segera mengemas pakaiannya seperti yang disarankan oleh Pak Rt. Namun kemudian, langkahnya terhenti saat dia melihat ibu Bastian menghadangnya.

"Tunggu. Berikan tas kamu," ucap Farah dengan tatapan mata tajamnya.

Nadira hanya menatap Farah, namun kemudian, tasnya dirampas oleh Mirna yang segera memberikan tas tersebut pada Farah. Farah menggeledah tas dan dompet Nadira, kemudian dia mendapatkan apa yang dia cari. Sebuah kartu debit dan kartu kredit atas nama Bastian.

"Lihat, dua kartu ini punya putra saya. Bagaimana bisa kamu memilikinya?!" seru Farah.

Nadira tak bisa menjawabnya. Karena itulah dia hanya menundukkan kepalanya.

"Benar-benar murahan!" seru Farah lagi kali ini sembari melempar tas tersebut pada Nadira.

Pak Rt yang berada di sana segera menengahi. Dia hanya tak ingin suasana menjadi semakin tegang. Sedangkan Nadira memutuskan untuk segera masuk ke dalam rumah kontrakannya, menutupnya dan berlindung di balik pintunya.

SLEEPING WITH MY EX (Bastian & Nadira Story)Where stories live. Discover now