Bab 13 - "Terima kasih"

5.4K 719 28
                                    


Bab 13 – "Terima kasih."




Bastian tak lagi kembali ke kamar inap Nadira, bahkan hingga keesokan harinya. Nadira hanya sendiri di kamar inapnya. Padahal, siang ini dia akan dijadwalkan untuk melakukan USG.

Semalam Bastian terlihat sangat marah. Apa dia sudah salah dalam berucap? Atau... apakah dia sudah salah karena menghubungi Eldrick, membuat Eldrickl memaksa bastian untuk melakukan tanggung jawabnya? Sepertinya memang begitu.

Nadira mengusap lembut perutnya. Dia melihat ke arah nakas, tempat dimana dia meletakkan uang dan kartu pemberian Bastian. Setidaknya, sekarang dia memiliki uang. Sepertinya itu sudah cukup untuk membayar kebutuhannya. Sisanya, dia akan melakukannya sendiri. Bukankah selama ini dia memang melakukannya sendiri?

Pintu ruang inapnya dibuka. Seorang suster datang membawa sebuah kursi roda.

"Selamat siang, Bu. Sudah waktunya USG," ucap si suster. Suster melihat segala penjuru ruangan kemudian bertanya lagi, "Apa tidak ada keluarga yang menemani Ibu?" tanya suster kemudian.

Nadira tersenyum malu dan menggelengkan kepalanya. "Suster bisa antar saya ke ruang USG, kan?" tanya Nadira.

Suster tersebut tersenyum lembut dan menganggukkan kepalanya, "Bisa Bu. Akan saya temani," jawab sang suster dengan ramah tamah.

Nadira terenyum senang. Meski sebenarnya dalam hati dia sangat sedih karena seharusnya, Bastianlah yang ada di sisinya dan memberinya banyak perhatian. Namun nyatanya...

Nadira dibantu turun dari atas ranjangnya dan duduk di kursi roda. Setelah itu, suster membawa Nasira keluar dari kamar inapnya menuju ke tempat USG yang letaknya tak jauh dari kamar inap Nadira.

Nadira kembali dibantu untuk berbaring di atas ranjang USG yang sudah disediakan. Sang suster segera mempersiapkan Nadira sebelum dokter datang.

"Silahkan menunggu, Bu. Dokter akan segera datang, saya akan menunggu di luar," ucap sang suster dengan ramah.

Nadira tersenyum dan mengangguk, "Terima kasih," ucapnya. Dia tak tahu harus berbuat apa jika tak ada suster yang membantunya. Akhirnya, Nadira ditinggalkan hanya sendiri di dalam ruangan tersebut. Dia menatap perut buncitnya yang sudah terbuka, tersenyum lembut dan mengusapnya.

"Kita berdua akan baik-baik saja, oke..." ucap Nadira pada bayinya. Rasanya memang menyakitkan menjalani masa kehamilan seorang diri, namun dia harus tetap bersyukur bukan? Setidaknya, Bastian masih mau bertanggung jawab secara materi. Harusnya Nadira sudah merasa cukup...

****

Nadira sudah selesai diperiksa oleh dokter. Dokter mengatakan jika kondisi bayinya baik, memungkinkan untuk Nadira meninggalkan rumah sakit besok. Meski begitu, dokter tetap berpesan bahwa Nadira tiodak boleh kecapekan, stress dan harus selalui makan makanan yang bergizi.

Kini, setelah Nadira menyantap makan siang yang disediakan oleh rumah sakit, dia memutuskan untuk berjalan-jalan dengan kursi rodanya.

Infus di tangannya bahkan sudah dilepas. Nadira memilih untuk mengistirahatkan diri di taman kecil yang letaknya tak jauh dari ruang inapnya.

Di taman tersebut terdapat kolam ikan kecil yang tampak indah. Ikan-ikan cantik terlihat bebas berenang di sana, membuat Nadira yang melihatnya ikut merasakan rasa nyaman dan bahagia seperti ikan-ikan tersebut.

Dia ingin kembali bebas tanpaa keterikatan dengan siapapun, bahkan dengan Bastian sekalipun. Tapi bisakah dia melakukannya? Dia butuh uang, dan pekerjaaannya saat ini jelas tidak akan cukup untuk menunjang hidupnya kelak dengan bayinya. Apalagi tak lama dia akan melahirkan. Lalu dari mana dia akan mendapatkan uang tersebut?

SLEEPING WITH MY EX (Bastian & Nadira Story)Where stories live. Discover now