Bab 3 - Tak akan menuntut lebih

6.7K 727 5
                                    

Bab 3 – Tak akan menuntut lebih




Bastian datang lebih cepat, padahal Nadira belum selesai bekerja. Pria itu sudah datang sejak jam dua siang. Apa pria itu sedang tak memiliki pekerjaan?

"Kamu masih kerja rupanya," ucap Bastian ketika dia menghampiri Nadira yang kini masih menata snack pada rak-rak yang telah disediakan.

Nadira menatap kedatangan Bastian seketika. "Hei, kamu sudah datang?" Nadira terkejut, karena seharusnya Bastian belum datang. Dia bahkan belum waktunya pulang. Padahal ini masih jam dua, dan tadi pagi Nadira berkata jika dia baru akan pulang saat jam tiga sore.

"Iya. Belum pulang?"

"Belum. Kan baru jam dua. Masih ada satu jam lagi," jawab Nadira.

Bastian melirik jam tangannya. "Tadi sudah makan siang?" tanya Bastian kemudian.

"Sudah, aku kan bawa bekal. Kamu sudah makan siang?" tanya Nadira.

"Belum." Bastian menjawab pendek. "Kalau gitu, kutunggu di mobil," ucapnya sembari menuju ke arah deretan minuman. Bastian mengambil sekaleng minuman kemudian membayarnya di kasir. Sesekali dia mengamati Nadira yang kini sudah fokus kembali dengan pekerjaannya.

Hati Bastian tiba-tiba tersentuh seketika. Meski kandungannya sudah membesar, nyatanya Nadira tetap rajin bekerja. Kenapa? Apa perempuan itu masih kurang dengan pemberiannya?

Bastian mencoba mengabaikan Nadira, kemudian dia berjalan keluar dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Bastian beristirahat di sana sembari mengamati apa saja yang dikerjakan Nadira karena perempuan itu terlihat dari tempat duduknya.

Seorang pria datang menghampiri Nadira. Pria itu mengenakan seragam minimarket tersebut. Kemudian keduanya tampak bercakap-cakap dengan sesekali tersenyum akrab, seolah-olah keduanya sudah mengenal cukup lama.

Ada sebuah rasa tak nyaman ketika melihat kejadian tersebut. Rasa-rasanya, Bastian ingin segera keluar dari dalam mobilnya, mendekat ke sana dan menyeret Nadira untuk menghindarkan perempuan itu dari pria yang sok kegantengan itu. Sialan. Bastian bahkan tak menyadari jika kini dia sudah mencengkeram erat kemudi mobilnya. Lalu, Bastian mulai bertanya-tanya, kenapa dia merasakan hal ini? Kenapa dia marah? Bukankah dia tak memiliki hubungan khusus dengan Nadira? Dia tak bisa terus-terusan mengikat Nadira tanpa status hubungan yang jelas, bukan?

Akhirnya, Bastian mencoba merelakan hal itu. Dia tetap mengamati kedekatan antara Nadira dan pria itu meski dia tahu bahwa dirinya ingin marah dan murka saat melihatnya.

****

Nadira masuk ke dalam mobil Bastian. Seperti biasa, dia duduk di kursi penumpang yang ada di sebelah kursi kemudi. Bastian mengemudikan mobilnya sendiri, dan kini entah perasaan Nadira saja atau memang pria itu tampak suram ekspresinya.

Apa ada masalah? Apa karena pria itu menjemputnya lalu menimbulkan masalah?

"Kamu beneran mau antar aku belanja?" tanya Nadira dengan suara yang sangat pelan. Dia takut menyulut kemarahan Bastian, mengingat kini ekspresi pria itu sedang menakutkan yang artinya, mungkin Bastian sedang dalam mood yang buruk.

"Kenapa memangnya? Kamu ada janji sama temenmu itu?" tanya Bastian secara langsung sembari menatap tajam ke arah Nadira.

Nadira bingung dengan ucapan Bastian tersebut. "Aku nggak ngerti apa maksud kamu," jawab Nadira. "Aku hanya berpikir, kalau kamu nggak bisa antar aku, sebenarnya aku bisa saja berangkat sendiri."

Tanpa banyak bicara, Bastian malah segera menyalakan mobilnya, kemudian mengemudikannya dan mulai meninggalkan parkiran mini market. Akhirnya Nadira memilih untuk diam. Bastian sedang dalam suasana hati yang buruk, jadi, lebih baik dia menuruti saja apa yang akan dilakukan pria itu.

SLEEPING WITH MY EX (Bastian & Nadira Story)Where stories live. Discover now