Bab 11 - MAAF....

5.5K 733 48
                                    


Bab 11 – "Maaf..."



Nadira telah dipindahkan ke ruang inap setelah tadi dia sudah mendapatkan tindakan di IGD.

Ya, Ardi membawa Nadira ke rumah sakit terdekat dan membawanya langsung ke IGD. Beruntung, Nadira segera ditangani oleh dokter di sana. Dia lalu diminta untuk menginap sementara di rumah sakit tersebut sampai benar-benar pulih.

Nadira mengalami sedikit pendarahan. Meski tidak parah, namun dokter tadi meminta agar Nadira tak banyak melakukan aktifitas dulu, karena itulah, Nadira harus dirawat satu atau dua hari di rumah sakit tersebut.

"Terima kasih," Nadira membuka suaranya ketika dia melihat Ardi yang kini masih setia duduk di sebelahnya.

Ya, Nadira tidak tahu bagaimana jadinya jika tak ada pria itu. Padahal seharusnya, yang ada di sisinya saat ini adalah Bastian. Namun nyatanya, bahkan menjawab panggilannya saja pria itu tak melakukannya. Apa Bastian sedang mengalami kesulitan?

"Bukan masalah, Nad. Kita harus selalu ada saat teman sedang kesulitan, bukan?" ucap Ardi sembari tersenyum lembut pada Nadira.

Nadira tersenyum dan menganggukkan kepalanya lemah. "Boleh minta tolong ambilkan ponselku?" pinta Nadira.

Ardi mengangguk kemudian mengambilkan ponsel Nadira di dalam tas perempuan itu. "Mau menghubungi ayah si bayi?" tanya Ardi kemudian.

Nadira menatap Ardi kemudian mengangguk. Dia menghubungi Bastian lagi, namun rupanya, Bastian belum juga mengangkat panggilannya. Padahal, selain ingin mengungkapkan tentang keadaannya saat ini, Nadira juga ingin meminta Bastian untuk membayarkan biaya rumah sakit, karena jujur saja, Nadira belum memiliki cukup uang untuk membayarnya. Sekali lagi, gajinya hanya pas-pasan.

"Nggak diangkat ya?" tanya Ardi saat melihat ekspresi kecewa dari wajah Nadira.

Lagi-lagi, Nadira mengangguk. Lalu, Nadira mengingat tentang Eldrick. Apa dia meminta tolong pada Eldrick dulu? Bisakah dia melakukannya? Akhirnya, Nadira memberanikan diri untuk menghubungi Eldrick.

"Halo?" panggilan diangkat pada dering kedua.

"Halo. Ini aku, Nadira."

"Iya aku tahu. Ada apa?"

"Uuum, aku bisa minta tolong sedikit? Uumm, itu, aku di rumah sakit," Nadira tampak ragu mengatakannya, apalagi saat Ardi tak berhenti mengamatinya.

"Ada masalah? Bastian mana?"

"Aku sudah menghubunginya. Tapi dia nggak angkat. Mungkin sedang sibuk. Uumm, aku... butuh biaya," cicitnya denga suara pelan nyaris tak terdengar.

"Sebutkan dimana rumah sakitnya. Nanti aku akan ke sana."

"Ehhh, nggak perlu, maksudku... nanti ngerepotin kamu. Aku cuma..." Nadira menggantung kalimatnya. Dia lalu berpikir, jika dia tidak menunjukkan dimana tempatnya, mungkin Eldrick tak akan percaya. Ya, bukankah dia hanya perempuan yang hanya memikirkan tentang uang di mata keluarga Bastian.

"Kamar Anggrek, rumah sakit medika," lirih Nadira. "Maaf, sudah ngerepotin," lanjutnya lagi.

"Oke, nanti sepulang kerja aku ke sana," jawab Eldrick. Jawaban tersebut membuat Nadira menghela napas lega. Setidaknya, dia tak perlu memikirkan biaya, bukan?

*****

Bastian akhirnya kembali ke kantornya. Dia melihat kotak bekal yang disediakan Nadira dan memilih untuk mengabaikannya. Kemudian, Bastian merogoh ponselnya, melihat puluhan panggilan tak terjawab dari nomor Nadira.

SLEEPING WITH MY EX (Bastian & Nadira Story)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें