35. New York.

2.9K 333 31
                                    

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca.
_________________

Sudah seminggu Migel menatap di New York, tapi tidak ada yang berubah sedikit pun dari perasaan menyedihkan yang ia rasakan. Semua persis seperti hari pertama ia menginjakkan kaki di negara dengan julukan The Big Apple itu.

Semua masih sama, kesedihan, kekecewaan, bahkan sakit yang memaksanya selalu menarik napas panjang masih benar-benar menyelimuti hati.

Dua hari lalu, Kinar dan Susan pulang ke Indonesia. Setelah menemaninya di apartemen Ares yang kerap digunakan tiap ada perjalanan bisnis di New York, dua orang yang terkejut dengan kedatangannya itu mungkin sudah mulai bekerja di butik. Migel bersyukur selama ada Kinar dan Susan perasaan tidak menyenangkan itu sedikit teralihkan. Meskipun ada waktu di mana ia harus menangis sambil menutupi wajah dengan selimut, dua sahabatnya itu selalu berhasil mengalihkan perhatian lewat candaan dan obrolan santai.

Mereka berdua sudah tahu setelah Migel menceritakan semuanya, menumpahkan kesedihan dengan air mata menyebalkan yang sulit sekali ia hentikan. Tidak banyak pendapat yang dikeluarkan Kinar apalagi Susan, mereka berdua hanya menatap prihatin dan memberikan pelukan yang saat itu memang sedang Migel butuhkan.

Sekarang setelah dua hari ditinggal sendirian, Migel harus memulai kehidupan barunya dengan lebih baik. Ia tidak boleh seperti ini terus. Melamun di balkon dengan segelas cokelat panas, menatap kosong pada hamparan kota yang tidak pernah tidur itu, sebelum kembali meneteskan air mata yang akhir-akhir ini begitu sering melewati pipinya.

Alih-alih seperti turis yang sedang liburan, Migel justru terlihat seperti warga lokal yang baru kehilangan pekerjaan berharganya dan sedang menimang pilihan ingin melompat dari balkon untuk mengakhiri kesedihan atau menjalani hidup sebagai pengangguran di kota besar.

Migel tidak menyangka, ternyata patah hati semenjengkelkan ini bagi dirinya yang sejak dulu tidak peduli dengan urusan asmara.

Saat ini bermodalkan keberanian dan meminggirkan sedikit rasa malu, Migel menekan bel yang menempel di sisi pintu apartemen seseorang. Menunggu benda itu terbuka sambil menggosok tangan yang terasa dingin. Hingga tidak lama ia melihat seorang wanita berambut putih membuka daun pintunya dengan kernyitan di kening yang menambah kerutan di wajah.

"Mrs. Smith, boleh minta tolong?"

"Ya?"

"Aku sudah melihat beberapa kali tutorial menggunakan open dan kompor di youtube, tapi masih sedikit ragu karena tidak melihat secara langsung prakteknya. Bisa kau tunjukan cara memakai benda itu padaku?"

Senyum di bibir merah alami itu mengembang. "Tentu, mari aku tunjukan!"

Migel mengangguk sambil memimpin wanita yang usianya sekitar 55 tahun itu menuju unit apartemennya.

Let's Fall In Love!✔️ Where stories live. Discover now