5. Pizza Time.

4.5K 432 54
                                    

Halo guys, kita ketemu setiap hari ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Halo guys, kita ketemu setiap hari ya. Semoga nggak bosen ikutin dongeng pasutri ini. Tolong dukung kisah mereka dengan vote dan komen seikhlasnya. Boleh juga bantu share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan follow akuknu.

Selamat membaca dan terima kasih.

______________________

Mimpi itu datang lagi. Kali ini nyaris membuat Ozge terjaga semalaman. Ia juga tidak mengerti kenapa mimpi yang tiga tahun ini tidak pernah menyambangi kini kembali dengan intensitas yang lebih menyeramkan. Ozge memilih bangun dari tempat tidur saat langit bahkan masih sangat gelap, menempatkan diri cukup lama di bawah kucuran air dingin sambil menepis bayangan tentang mimpi semalam.

Kemudian, di tengah usahanya melupakan masa lalu yang hingga kini masih mengganggu, tiba-tiba ucapan Migel semalam yang terasa nyaring di telinga terlintas begitu saja. Tidak mau membuat paginya semakin kacau, Ozge gegas menyiapkan diri dan pergi dari rumah saat para pelayannya baru bersiap membuat sarapan.

Tempat yang Ozge tuju bukanlah kantor. Masih sangat awal untuk datang ke gedung tinggi itu dan membuat sekretarisnya serba salah karena melihat ia sudah ada di ruang kerja. Tempat yang saat ini ingin ia datangi adalah apartemen pria yang sejak lama membantu mengatasi masalah dalam dirinya.

"Astaga, jika aku yang menjadi pengantin baru di jam segini mungkin masih ada di balik selimut tanpa pakaian," kata pria itu sambil menguap dan membiarkan pasien spesialnya masuk ke apartemen.

"Aku belum sarapan," balas Ozge setelah masuk dan memilih duduk di sofa yang sering ia gunakan untuk berkonsultasi.

"Tidak ada jadwal pertemuan, datang padaku di pagi buta, dan sekarang meminta sarapan pada orang yang tinggal sendirian. Luar biasa sekali, jika bukan karena bayaranmu yang mahal aku benar-benar sudah mengusirmu."

Ozge tidak peduli dengan celotehan psikolog yang terpaut 10 tahun lebih tua darinya. Ia lebih tertarik dengan balkon di apartemen itu untuk menatap langit gelap yang
menampakkan cahaya matahari sedikit demi sedikit.

"Ada apa?"

Pertanyaan itu muncul setelah Riza—psikolog yang mengenal Ozge sejak usia 13 tahun—selesai membersihkan diri dan membuat sarapan. Langit sudah benar-benar cerah saat ia menghampiri Ozge yang masih berdiri di balkonnya.

"Ada masalah?" imbuhnya lagi.

"Aku tidak tahu, hanya saja mimpi itu kembali datang. Kali ini terjadi berkali-kali."

"Ada yang kamu cemaskan?" Riza ikut menopang siku di atas pembatasan balkon. "Sebulan lalu kamu datang setelah tiga tahun bilang tidak pernah mengalami mimpi itu lagi. Saat itu alasannya karena pernikahan yang mendadak. Sekarang ada apa? Apa pernikahanmu tidak berjalan baik?"

Menarik napas tak kentara, Ozge mulai berpikir apa mimpi ini datang karena pernikahannya atau karena dirinya sendiri. Ia rasa pernikahannya dengan Migel tidak berjalan buruk meskipun tidak bisa dibilang cukup baik. Namun, selama ini ia dan wanita itu tidak pernah terlibat pertengkaran besar atau hal semacamnya. Baru semalam saja obrolan mereka berakhir mengganggu dirinya, tapi ia bisa memaklumi kalau saat itu Migel dalam posisi yang sedang tidak stabil dan sedikit mabuk.

Let's Fall In Love!✔️ Where stories live. Discover now