27. Siapa Dia?

3.1K 362 62
                                    

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tetap dukung kisah mereka dengan cara vote dan komen seikhlasnya, ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca.

____________________

"Sudah kubilang, bermainlah dengan rapi. Aku benar-benar tidak peduli dengan apa pun yang kamu lakukan di luar sana!"

Antama terdengar berdecak kasar. Sambil membuka dasi yang membelit kerah kemejanya ia menatap tajam wanita di ambang pintu kamar. Masih tidak berniat menjawab amarah itu, Antama memilih membuka sepatu sambil duduk di sofa dalam kamarnya.

"Aku selalu berharap mendapat kabar kecelakaan darimu dan jalang-jalangmu!" desis wanita itu penuh ancaman.

"Mayara! Ada apa denganmu?!" bentak Antama sambil menatap berang. "Ini yang membuatku malas pulang, kamu selalu marah-marah tidak jelas seperti ini!"

Kali ini Mayara berdecih kasar. "Kamu tidak menikahi wanita idiot yang akan diam saja jika anaknya kecewa melihat perselingkuhan suaminya!"

Antama tampak mengernyit bingung.

"Megaira tahu apa yang kamu lakukan dengan ibu dari teman sekolahnya," sambung Mayara mulai menghampiri sang suami yang begitu ia benci.

Namun, sebenci apa pun dirinya ternyata masih saja ada perasaan cinta yang membuat hatinya sakit jika mengingat penghianatan yang dilakukan pria itu. Mayara pikir setelah memberi semua harta orang tuanya untuk membantu pria itu membangun bisnis, membina belasan tahun berumah tangga, memberikan sepasang anak yang pintar dan manis, kejadian seperti ini tidak akan pernah ada dalam keluarganya. Namun, bencana mengerikan itu kini membuat rumah besar yang diwariskan sang ayah seperti neraka saat suaminya pulang ke rumah.

"Harusnya kecewakan aku saja! Jangan anak-anakku!" teriak Mayara tiba-tiba. "Untuk saat ini, mereka hanya ingin keluarga yang utuh. Tidak bisakah kamu bersandiwara seperti itu!"

"May—"

"Aku harap saat mereka dewasa, mereka tidak menjadikanmu sebagai sosok pahlawan. Tapi hanya menatapmu seperti sampah jalanan—"

Satu tamparan keras mendarat sebelum ucapan Mayara rampung. Wanita itu terhuyung ke lantai merasakan telapak tangan kasar yang kembali jatuh di pipinya, merasakan panas dan kebas sebelum mendengar jeritan seorang anak kecil dari arah pintu kamar.

"Kenapa memukul Mama!" Migel berteriak histeris sambil berlari menghampiri ibunya yang masih memegangi pipi dan terduduk lemah di lantai. "Mam, are you okay?"

"Megaira, ayah—"

"Jangan memukul ibuku!" jerit Migel sambil menangis. "Kenapa Ayah memukulnya lagi!"

Bayangan yang datang dari masa lalu buruk itu perlahan menguap kala sudut mata pria tua yang saat ini memakai setelan rumah sakit, mengusap ujung matanya yang berair. Sambil menatap foto masa kecil Migel dan Ares yang sedang berebut duduk dipangkuannya, Antama menikmati denyut nyeri di hati mengingat perbuatan bejatnya yang hingga kini masih saja ia lakukan.

Let's Fall In Love!✔️ Where stories live. Discover now