16. Best Brother But Annoying.

3.1K 358 73
                                    

Isi bab ini 80% tentang Migel dan Ares yang tumbuh besar dalam istana kosong tanpa jendela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Isi bab ini 80% tentang Migel dan Ares yang tumbuh besar dalam istana kosong tanpa jendela. Tetap dukung kisah Ozge dan Migel dengan cara vote dan komen, ya. Boleh juga share cerita ini ke temen kalian kalau suka dan jika berkenan silakan follow akunku.

Terima kasih dan selamat membaca.

______________________

Ozge sedikit terkejut saat Mbak Lila mengetuk pintu kamarnya, lalu mengabarkan kalau Ares ada di lantai bawah. Tanpa bertanya lebih lanjut, ia turun dan menemui kakak iparnya yang terpaut usia tiga tahun lebih muda darinya. Sampai di belakang sofa yang diduduki Ares, Ozge tersenyum formal melihat pria itu menoleh lalu berdiri untuk menjabat tangannya.

"Tidak bekerja di hari Rabu?" tanya Ares kembali menempati sofa saat Ozge memberikan gestur tangan mempersilakannya duduk.

"Aku pergi jam satu siang nanti. Bukan ke kantor, tapi ke pelabuhan. Ada sedikit masalah di sana." Ozge membiarkan pelayan yang datang membawa dua cangkir kopi menjeda percakapan mereka sebentar. "Aku senang kamu berkunjung. Tapi ... Ares, apa ada masalah kemarin?"

Ares mengangguk tanpa beban. "Masalah lama. Aku datang untuk bertemu Migel. Tadi aku ke butiknya, tapi Kinar bilang dia sudah dua hari ini tidak datang. Migel ada di rumah, kan?"

"Ada. Dia turun hanya sarapan, lalu setelah itu kembali ke kamar. Aku sedikit khawatir, tapi kamu tahu, kan, pernikahan kami masih ..., sepertinya Migel butuh seseorang yang benar-benar bisa diajak bicara."

Setelah mengatakan hal tersebut dan diangguki paham oleh Ares, Ozge memimpin pria muda itu naik ke lantai dua menuju kamar istrinya. Mengantarkannya sampai depan pintu, lalu melenggang pergi meninggalkan momen pertemuan adik dan kakak itu.

"Migel, ini aku." Ares sudah dua kali mengetuk pintu kamar Migel. Namun, tidak ada sahutan apa pun yang ia dapatkan. "Boleh aku masuk?"

Sepertinya mustahil mendapatkan izin secara gamblang, jadi perlahan Ares bergerak memutar knop pintu yang syukurnya tidak terkunci. Ia masuk layaknya pencuri yang mengendap-endap setalah berhasil membuka pintu rumah korbannya, lalu berselang dua detik setelah itu kepalanya nyaris celaka jika saja tidak cepat menghindar dari lemparan jam beker yang dilakukan wanita di atas kasur.

"Wow! Lemparan yang bagus, tapi sayangnya meleset," komentar Ares sambil menarik napas lega melihat benda berbahan kaca itu hancur setelah menabrak daun pintu.

Ares meringis ngeri melihat Migel membuang pandangan saat menatapnya sebelum menarik selimut hingga ke pinggang. Sembari berjalan lebih dalam, matanya mulai mengedar menilik suasana kamar sang adik yang sama persis dengan kamar di rumahnya. Cat tembok yang didominasi warna ungu dan merah muda begitu serasi dipadukan furniture unik berwarna senada. Tanpa dipersilakan duduk, Ares memilih pinggir kasur untuk mendaratkan bokongnya.

"Aku sedikit kasihan pada Ozge. Mungkin setiap pagi saat bangun tidur ia merasa seperti Princess Sofia." Sambil tertawa geli setelah melontarkan kalimatnya, Ares melihat Migel yang mulai meringkuk membelakanginya. "Migel, aku minta maaf karena melupakan hari itu. Demi Tuhan aku benar-benar lupa," tuturnya penuh sesal.

Let's Fall In Love!✔️ Where stories live. Discover now