Semua perilakunya palsu dan itu semua tidak terlihat di wajahnya. Dia memang paling cocok berakting, rasanya aku ingin bertepuk tangan untuk skillnya yang satu itu.

"Baiklah, maaf aku salah paham pada sepupu mu, aku tidak tahu kau memiliki banyak sepupu, Le. Kurasa ini sudah ke lima kalinya kau tidak mengenalkanku pada sepupu mu, aku hanya sedikit kecewa karena itu saja, maafkan aku," ucapku dengan senyum yang dipaksakan.

Walaupun aku berkata se sarkas itu, Leo tidak mungkin menyadarinya. Dia masih menganggapku sebagai wanita bodoh yang bisa dibohongi setiap waktu.

Pada kenyataannya, dia lah yang bodoh dengan memberikan alasan yang sama setiap jalan bersama wanita lain. Bahkan telingaku rasanya pengang mendengarnya.

Leo kembali tersenyum mendengar ucapanku, matanya menyipit dan tangannya yang bebas mengelus kepalaku.

"Aku akan mengenalkannya, Nat. Apa kau mau ke rumahku hari ini? Di sana sedang banyak sepupu ku, sekalian makan malam lah bersamaku," ajaknya dengan persuasif.

Ucapannya terdengar sangat lembut, membuatku yakin dia memiliki niat buruk di dalamnya. Entah mengapa aku menjadi trust issue pada setiap perkataannya.

Leo tidak sebaik penampilannya dan aku baru menyadari hal itu.

"Rumahku sedang sepi, memang pilihan bagus menjebak Nat di sana. Apa aku harus mengajak teman-temanku juga? Mereka pasti senang mendapatkan daun muda yang masih perawan, aku akan mendapatkan banyak duit."

Bulu kudukku merinding hanya dengan mendengarkan pikirannya. Leo sudah gila! Bukan hanya ingin memperkosaku, dia juga ingin menikmati ku bersama teman-temannya.

Untuk kali ini, aku sangat bersyukur dengan kekuatan ku. Kalau saja tidak mengetahui niatnya, pasti aku sudah terjebak dalam bualannya itu.

Leo adalah orang yang sangat keras, dia tidak mau menerima penolakan. Itulah yang membuatku takut padanya, dia bisa saja bertindak kasar demi memaksaku.

Aku harus buru-buru mencari ide kabur darinya.

Meneguk ludah kasar, tidak dapat ditutupi tanganku bergetar dibuatnya. Membayangkan apa yang akan terjadi hari ini membuat pikiranku kosong.

"A-aku harus bekerja setelah ini, kau tahu kan aku pulang lembur? Sepertinya ti-tidak bisa, Le," ucapku terbata-bata.

Wajahnya tampak mengeras dengan mata yang menatapku tajam. Kalau sudah seperti ini tandanya Leo tidak ingin dibantah. Aku terlalu mengenalnya hingga terasa semakin memuakkan.

Tangannya menggenggam tanganku lagi, bedanya kali ini dia sedikit mencengkramnya seakan tidak menerima penolakan.

"Aku akan menjemputmu setelah kerja. Tidak apa malam juga, aku akan menunggumu!" tegasnya tidak ingin ada bantahan lagi.

Ucapannya itu malah membuatku semakin bergetar ketakutan.

Tidak ada teman yang bisa ku minta tolong ataupun keluarga. Ayah dan ibu berada jauh dari kampus ku sekarang, sial aku jadi menyesali kenapa merantau sejauh ini.

Di pikiranku hanya terdapat satu orang, laki-laki yang menggangguku beberapa hari ini. Alex. Sepertinya tidak ada pilihan lain selain meminta bantuannya.

Karena itulah saat jam pulang kuliah begini, bukannya langsung ke tempat kerja, aku malah mencegat Alex yang akan pulang.

Seperti biasanya, dia tampak dingin dan tidak tersentuh. Wajahnya datar dengan aura yang tidak main-main, seakan menyuruhku menjauh.

Namun, ada hal yang lebih penting dibanding menjauhinya. Aku harus meminta pertolongan Alex.

Dengan tidak tahu malunya, aku menarik Alex, menghindari kerumunan. Yang paling penting adalah Leo tidak mengetahuinya, bisa bahaya jika dia melihatku dengan pria lain.

Banyak hal licik yang pria itu pikirkan, aku harus lebih berhati-hati sekarang.

Untungnya Alex pasrah dan membiarkanku menariknya, seperti anjing jinak yang mengikuti majikannya. Walaupun masih ku lihat kilat tajam matanya yang menatapku.

"Ada apa?" tanyanya tanpa basa basi. Suaranya terdengar sangat cuek dan tidak ingin berlama-lama denganku.

Entah ini perasaanku saja atau Alex memang tengah marah, tumben sikapnya berbeda.

Tanpa pedulikan hal itu, ku teruskan niatku menemuinya.

"Aku ingin meminta bantuanmu, Al---" ucapku terpotong karena tiba-tiba saja telunjuknya sudah berada di bibir, menahanku berbicara. Sontak aku mengerut bingung.

Sebelah lengan Alex mengambil tanganku lembut dan menaruhnya di rambut. Dengan gerakan perlahan, Alex mengelus kepalanya menggunakan tanganku.

Bibirnya mengerucut dengan alis bertaut seperti tengah merajuk. Telinga kucingnya perlahan muncul dan tampak turun. Matanya sayu dan terlihat binar kesedihan di sana.

Menggigit bibir dalam, aku menahan diri untuk tidak mencubit pipinya yang mengembung itu. Sejak kapan Alex se imut ini?

Ditambah dengan ucapannya yang membuat jantungku berdebar, rasanya sudah lama aku tidak merasakan se gugup ini berduaan dengan seorang pria, selain Leo.

"Sst jangan katakan apapun, aku sedang cemburu. Aku merasa marah, sedih, dan campur aduk karena mu. Kau selingkuh dariku, sayang, aku tidak menyukainya. Karena itu peluk aku! Aku ingin dipeluk olehmu, please,"

-----------

SIAPA YANG MAU PELUK ALEXX??

GUE AJA KLO GA ADA YANG MAUUU:(( KASIAN, GA TEGAA WKWKWKWK

ADA YANG MASIH SEBEL SAMA NAT GAAA? TEBAKK BALAS DENDAM KE LEO NYA BAKAL GIMANA?

TENANGGG, BAKAL SERU KOKK AHAHAHA GA SABARR

JANGAN LUPA VOTE COMMENTS DULU DONGGG! SPAM SPAM EHEHHEHE

LOVE YOUUUU🤍

Pet Me, I'm Your Wolf!Where stories live. Discover now