TEN

87 51 15
                                    

"Apapun masalahnya, bunuh diri bukan solusinya."
—Org cwanti.

****

Berjalan dan berjalan, Lisa terus berjalan di pinggir jalan. Entah, Lisa bingung akan pergi kemana. Apalagi hari sudah malam, Lisa bingung mencari kontrakan dimana.

Lisa melamun sambil berjalan, tangan kirinya membawa koper, sedangkan tangan kanannya terus mengelap air mata yang terus jatuh dari kelopak matanya.

Tiba-tiba, dia melihat jalanan yang ramai kendaraan, melamun ... memikirkan ... apakah ini akhir dari kehidupannya? Pikirnya.

"Mungkin ini adalah akhir, buat apa aku hidup? Jika semua orang saja tidak menginginkanku. Lalu, aku bertahan untuk siapa? Semua membuangku, aku tidak dibutuhkan 'kan?"

"Goodbye dunia, dunia yang penuh dengan luka."

Lisa berjalan dengan langkah kecil ke tengah jalan.

"Keluarga? Apa arti keluarga? Keluarga tidak ada artinya bagiku, maaf semua."

Lisa sudah berada di tengah jalan, melamun ... lalu ada mobil truk yang sedang menuju ke arah Lisa.

Mobil truk itu sudah dekat ke arah Lisa, lalu ada seseorang yang mendorong Lisa dan dirinya ke tepi jalan. Happ! Orang itu pun membawa Lisa ke tempat duduk disana.

"Gila lo? Kalau gila pasti stress!! Sok-sokan mau bundir, punya bekal apa buat di akhirat nanti? Kalau ada masalah dan stres mending healing dengan baca Qur'an agar lebih bermanfaat,"  ucap orang itu.

"Lisa udah capek banget Syam, pengen berhenti dan keluar dari semua masalah ini," ucap Lisa, ternyata yang menolongnya itu Syam.

"Sok-sokan pengen keluar dari masalah yang ada di dunia. Lo mikir kagak, di akhirat juga bakalan double masalah karena bundir?! Tinggal milih, mau masuk neraka lewat mana? Depan, belakang, kanan, kiri?  Dijamin langsung masuk neraka jalur VVIP," ucapannya bikin tertampar.

Jangan salah, Syam ini sangat sholeh dari temen-temennya yang lain. Jadi, kalau temennya ada kesalahan gini selalu diceramahin habis-habisan layaknya ustadz.

"Syam, kamu jahat banget sih," rengek Lisa bercanda.

"Ululuu nang ning nang eu, jangan nangis atuh cantik," bujuk Syam.

"Huee, makasi udah nyadarin Lisa, Lisa bersyukur banget."

"Oke, yaudah mana senyum bulan sabitnya?" Lisa pun langsung tersenyum dengan sangat manis, matanya pun ikut senyum.

"Punya masalah apa hmm? Sini cerita, seenggaknya Lisa bisa berbagi cerita agar lega."

Mata Lisa pun berkaca-kaca, karena ucapan Syam sangat membuat hatinya terhura.

"Banyak Syam saking banyaknya sampai aku bingung mau cerita yang mana dulu," ucap Lisa sambil terkekeh kecil diakhir kalimatnya.

"Yaudah buang aja tuh masalah, buat apa disimpen?"

"Buat jadi kenangan, bahwa rasa sakit itu beneran ada karena sebuah masalah."

"Bisa aee lu Sa, yang jadi pertanyaannye kenape lu ada diluaran gini? Udah malem bawa koper gede lagi kayak mau ke bumi aja."

"Emang kita ini lagi dibumi Syam!"

"Ish iya becanda kalee, ada apa sama keluarga Lisa hmm?"

"Hancur," ucap singkat Lisa, sambil menerawang entah kenapa.

"Gue tebak pasti ada permasalahannya sama di sekolah tadi kan? Jadi diusir gini," ucap Syam, Lisa pun hanya mengangguk untuk mengiyakan.

"Yaudah yuk ikut gue aja nyari kos-kosan kosong, sama ibu gueh," ucap Syam, ibu punya beberapa kontrakan.

Lisa pun mengikuti Syam dari belakang, setelah mereka nyebrang kembali untuk mengambil koper.

****

Pencet bintangnya, guys!

I'M TALISA || ENDWhere stories live. Discover now