00:21

302 48 39
                                    

- 00:21 -

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- 00:21 -


"Nona!"

Teriakan Jack tak hanya menghentikan langkah kaki Zelin, tapi juga mengundang perhatian orang-orang yang berkegiatan di area Bandara.

Zelin membalikkan badannya. Tatapan keduanya bertemu untuk waktu yang lumayan lama. Ada kerinduan yang Zelin rasakan, Jack pun begitu. Rasanya, Jack mencintai seseorang dengan begitu besar, sayangnya ia tidak tahu siapa yang saat ini berada di hatinya.

Apa Jack udah inget? tanya Zelin dalam hati.

Tapi gak mungkin, batin perempuan yang sama.

Jack mendekati perempuan itu dengan napas ngos-ngosan. Setelah sampai di hadapan Zelin, Jack terdiam sesaat sebelum mengulurkan tangannya pada perempuan itu.

"Maaf untuk semuanya," ucap Jack membuat Zelin bingung.

"Maaf untuk semua sikap buruk saya," ucap Jack lagi.

Zelin memalingkan wajahnya tanpa membalas uluran tangan lelaki itu. Ia sudah berharap besar Jack ingat, nyatanya dia hanya meminta maaf untuk sikap buruknya saja.

"Saya tidak tau siapa yang saya cintai saat ini, tapi sepertinya itu Ava? Saya minta maaf karena saya benar-benar tidak mengingat apapun tentang kita yang kata Nona sebelumnya kita akan segera menikah," ucap Jack jujur.

"Jika memang itu benar, tolong lupakan saya. Anggap kita tidak pernah memiliki hubungan setelah ini. Nona berhak hidup jauh lebih baik, jadi tolong berbahagialah," ucap Jack dengan senyum tulus.

"Udah ngomongnya?" Zelin angkat bicara setelah terdiam cukup lama. Namun perempuan itu tetap enggan menatap Jack kembali.

"Nona—"

"Gue bukan Nona lo! Gue gak kenal sama lo!" ucap Zelin yang akhirnya menatap lelaki itu.

Sang manager dan dua orang bodyguard yang menemani Zelin ikut terkejut, sama seperti Jack. Mereka kaget karena Zelin tiba-tiba bersikap seperti itu.

"Maafkan saya," ucap Jack menunduk pelan.

"Lo bener, gak pernah ada cerita tentang kita. Orang yang lo maksud emang bukan gue, tapi Ava. Anggep aja kemaren-kemaren gue lagi gak tau diri, makanya ngejar-ngejar lo. Tapi sekarang udah sadar diri, kok, tenang aja. Sorry udah bikin lo gak nyaman," ucap Zelin dengan senyuman palsu.

"Dan seperti yang lo minta, gue bakalan pergi dari hidup lo. Mulai sekarang, dan selamanya."

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Dua minggu berlalu. Jeffrey telah memutuskan untuk meninggalkan dunia modelling dan fokus pada istrinya yang saat ini masih dalam kondisi buta.

Setelah beberapa kali dinasihati Bara dengan bonus pukulan di badan, Jeffrey akhirnya benar-benar mencoba untuk berubah. Seharusnya ia pergi menyusul Zelin untuk mencuri kesempatan, tapi urung karena sudah mendapatkan ancaman langsung dari Gevano.

"Jangan datangi Zelin disaat Jacksen belum mengingat apapun!" ucap Gevano kala itu.

Sebab itulah sekarang Jeffrey fokus menjadi mata untuk sang istri yang buta.

"Maaf, ya, ngerepotin kamu terus." Syadza meremas lengan Jeffrey usai lelaki itu mendudukkan dirinya di kasur kembali.

"Sama sekali gak ngerepotin," ucap Jeffrey dengan senyum kecil yang tidak bisa Syadza lihat.

Syadza menarik tangan Jeffrey dan meletakkan di atas perut besarnya. Senyum cerahnya membuat Jeffrey membatu. Seolah ada kobaran api yang menghantam dadanya secara tak kasat mata.

Apa puing-puing penyesalan itu mulai datang?

"Masih boleh gak aku ngerepotin kamu?" tanya Syadza begitu pelan.

"Kamu gak ngerepotin sama sekali," ucap Jeffrey spontan.

Lucu sekali, Jeffrey malah menyukai saat-saat di mana Syadza terus mencarinya untuk meminta bantuan hal-hal kecil yang tidak bisa perempuan itu lakukan. Jeffrey bahkan merasa tidak ingin jauh-jauh dari Syadza karena berada di dekat perempuan itu rasanya ... candu (?).

Kalau kata Bara, mungkin karena Jeffrey sudah jatuh cinta pada bayi dalam perut Syadza.

"Nanti pas anak kita lahir, kamu harus kasih tau aku detailnya, ya? Matanya mirip siapa, bibirnya mirip aku atau kamu, alisnya—"

"Aku akan berusaha supaya kamu sembuh," ucap Jeffrey cepat. Kata itu terucap begitu saja tanpa disadari.

"Aku udah gak berharap apapun lagi," ucap Syadza dengan senyum kecil.

Hening sesaat.

"Jeff, katanya kemungkinan aku gak bisa selamat saat nanti melahirkan. Kalau memang kamu masih mau sama Zelin dan Zelin juga udah nerima kamu kalau semisal dia udah capek sama Jack ... aku rela kamu nikah sama Zelin," ucap Syadza menempelkan wajahnya di dada Jeffrey.

Lelaki itu terdiam.

"Aku yakin anak kita pasti beruntung banget punya Ibu kayak Zelin," ucap Syadza yang pikirannya sudah melayang jauh.



to be continued

mari bersama sampai 4 hari kedepan baby boo💜

siap menaiki kapal #JackiEyin?

bacanya jekiyin manteman💜

yuk jangan lupa masukin perpus biar ga ketinggalan updatenya💜 kalau suka sama ceritanya jangan lupa follow, vote and comment juga, ya💜

1 vote and comment = semangat aku untuk update💜

1 silent readers and hate comment = kamu setan.


Love and Job [END]Where stories live. Discover now