bab 02 | teman baru

19 19 21
                                    

"Dia cewe Lo?"

"Bukan, dia pinter dan gue butuh dia buat nyontek Minggu depan"

"Gaada penolakan, gue mau duduk sama dia."

"Terserah" final raffi akhirnya mengalah, nyata beradu mulut dengan perempuan memang benar sangat menakutkan tidak akan ada kalahnya.

∆∆∆∆∆∆

"Ohiya, satu lagi. Sekolah ini banyak pembullyan dari angkatan yang sama bahkan Kakak kelas pun masih lumrah dengan hal itu"

Azzuri hanya melirik ke arah lawan bicaranya, mengidik bahunya acuh
"Lo gatakut?" Tanya imam, azzuri hanya menggeleng

"Dan kelas yang Lo tempati orang-orangnya nakal semua, jangan sampe Lo terjerumus deh sama mereka. Cukup jadi murid kalem dan elegan aja ya!"

"Gue ga perduli!"

"CK! Gue kira beneran pemalu, nyatanya nyebelin" gumam Raffi langsung di sahuti oleh gadis yang berjalan bersamanya "cih! Gue denger ye!"

"Btw, kita belom kenalan loh" ujar imam berhenti didepan pintu kelas yang gadis itu sadari bahwa mereka bertiga sudah sampai pada titik yang mereka tuju.

Azzuri masuk begitu saja tanpa menjawab perkenalan teman barunya, dan ia sedikit berdecak saat tangannya membuka handle pintu kelas.

"kenalan didalam aja, sekalian gue kenalan sama yang lain" ujarnya.

Azzuri masuk ke dalam kelas dengan langkah yang begitu tegas, muka pemalunya seketika hilang ketika dirinya sudah berhadapan dengan salah satu guru yang sibuk dimeja panjang itu, azzuri menarik nafasnya, ia bersuara seperti ogah-ogahan

"permisi, saya anak baru Bu"

Guru itu menoleh sebentar, lalu mengangguk "silahkan perkenalkan diri kepada teman-teman baru kamu"

Azzuri mengangguk, tubuhnya menggeser kearah tengah-tengah ruangan. Saat tubuhnya sudah berdiri tegap. Bukan rasa takut yang ia rasakan saat ini, melainkan rasa percaya diri yang begitu dalam bahkan kini posisinya menjadi aset perhatian orang-orang yang berada dikelas itu.

Azzuri menatap seluruh teman barunya sebentar , lalu tatapannya tertuju pada laki-laki yang masih sibuk dengan alat tulis yang ada dimeja lelaki itu. Perempuan itu hanya menyungging bibirnya sebentar lalu fokusnya kembali, ia memperkenalkan dirinya begitu sangat singkat.

"Perkenalkan nama saya azzuriya Vania kalian bisa panggil Azzuri, gue pindahan dari Bandung dan gak Nerima pertanyaan terimakasih" ujarnya begitu cepat dan singkat.

Kepala mendongak ke samping, atensinya ternyata sudah menjadi pusat perhatian walikelas nya.

"Kamu bisa duduk dengan---"

"Saya duduk sama dia aja Bu" tunjuk Azzuri kearah gadis gendut berkacamata dua dan pipi chubby.

Guru tersebut mengangguk sebagai persetujuan.

Azzuri berjalan kearah perempuan berkacamata , tempatnya berada di bangku ketiga paling ujung bahkan meja yang sekarang menjadi tempatnya bersebelahan dengan lelaki yang menjadi pusat perhatian nya.

Azzuri menduduki bokongnya ke kursi kosong tersebut, arah pandangnya kini mengarah pada perempuan gemuk, berkacamata dan pastinya meja perempuan itu sudah dipenuhi alat tulis dan buku - buku.

Azzuri mengulum senyum, mengangkat sebelah tangannya untuk memberinya salam "hai, gue Azzuri. Nama lo siapa?"

"Nindy"

"Lo sering dijadiin babu sama mereka?"

"Gak ko, karena gue seneng aja ngelakuinnya"

"Seh, mau-mauan. Lo Dibayar?"

"Engga ko, karena real gue yang mau"

"Nyari perhatian? Atau lagi jual murah?"

"Maksud kamu?"

"Gausah sok polos, gue tau watak dan sifat modelan kaya Lo. Pasti sedikit ada liciknya, iya kan?"

"Aku real ngerjain karena aku yang mau, bukan di suruh apalagi di ancam"

Azzuri menarik bibirnya ke samping wajahnya  begitu meremehkan "oh jadi di ancam ya... cupu sih, badan doang gede, otak masih ubi"

"Jangan samain aku sama ubi" dengan nada kesalnya, Azzuri hanya melirik sekilas dengan wajah acuhnya.

Nindy yang melihat sikap itu membuat dirinya buka suara kembali "dan aku ga diancam! Jadi kamu gausah sok lindungi aku"

"Shh.. gaada yang mau lindungi Lo termasuk gue." Ujar azzuri pada teman sebangkunya.

Nindy yang menjadi teman sebangkunya kini memutar matanya malas, berdecak dan dengan gerakan cepat perempuan itu merapihkan semua alat tulisnya dan beranjak keluar bangku membuat azzuri mengerjit keheranan.

"Lo mau kemana?"

"Mau pindah, aku gak nyaman duduk sama kamu"

"Bilang aja sih kalau mau deket-deket sama dia, gue maklumi kok" arah mata Azzuri melihat kearah dimana leleki berkacamata, kulit bersih dan hidung mancung masih sibuk dengan bukunya.

Pandangan Nindy yang tadi kesal kini ikut penasaran apa yang dimaksud oleh teman barunya, Nindy pun mengikuti ekor mata Azzuri lalu ia menyadari sesuatu.

"Kamu jangan aneh, dia itu sepupuh aku"

Azzuri melirik ke arah Nindy "ohiya? Jadi Dia sepupuh Lo? The real familly cupu ya" ucapnya asal.

"Aku benci kamu"

"I don't care!"

"Nyebelin banget!"

"Gue nyebelin!? Yakin? Suatu saat orang yang Lo anggap nyebelin ini akan menjadi Hero Lo."

"Apansih, gak jelas"

Azzuri pun mengangkat kedua bahunya acuh, tidak perduli dan tidak ingin menentang kembali. Gadis itu melanjutkan aktifitasnya membuka buku pelajaran yang akan dimulai hari ini.

Walaupun Azzuri masih anak baru, berkas bahkan semua fasilitas utama disekolah ini sudah ia penuhi dan orangtuanya sudah melunasi pembiayaan sekolah hingga enam bulan kedepan.

Yang akan Azzuri lakukan hanya datang dengan membawa diri, menyibukkan diri dengan kegiatan sekolah yang ada. Azzuri juga tidak berniat untuk berkenalan dengan siswa-siswi lainnya.

Bagi dirinya, mengenal teman sekelas nya dengan waktu empat menit sudah sangat membosankan. Apalagi jika ia harus keliling sekolah dan banyak murid lainnya yang akan bernilai tentang dirinya yang tidak-tidak.

Silahkan baca cerita angkasazzuri. tentang kisah nyata dari cerita pengalaman sendiri 😌

Semoga kalian suka🫶✨

ANGKASAZZURI Where stories live. Discover now