bab 1 | pindah sekolah

36 18 27
                                    

seorang gadis manis, putih, memiliki lesung pipi dan hidung tdak begitu mancung. Tinggi badan yang standar rata-rata. Gadis itu sedang berjalan bersama kedua orangtuanya, disetiap lorong dihiasi dengan lemari besi atau disebut loker dan dinding terdapat jendela-jendela setiap kelasnya. Mereka bertiga berjalan menuju ruangan kepala sekolah.

Gadis cantik dan manis itu terus terdiam tanpa menyapa mereka yang saat ini sedang memperhatikan dirinya. Gadis itu berjalan dibelakang kedua orang tuanya, pundaknya membawa sebuah tas ransel dan pakaian seragam sekolah yang sangat lengkap. Perempuan yang notabennya adalah anak baru semester kedua.

Gadis yang sudah terdiktek sebagai anak baru di sekolah SMP negeri Jakarta itu sedang sibuk menandatangani berkas yang akan dirinya terima, seperti buku pelajar, kartu pelajar, kartu bayaran, dan kelas yang sudah ditentukan.

"Semoga kamu betah ya nak" ucap sang kepala sekolah Gadis itu hanya mengangguk tanpa ekspresi

"Ini sudah dua kali dia pindah sekolah Bu, entah alasan apa yang membuat anak saya selalu berpindah tempat sekolah. Semoga sekolah ini terakhir dia berpijak ya" ungkap perempuan paruh baya bernama - Maryati sebagai ibunda anak murid baru tersebut.

Lily mengangguk setuju dengan ucapan orang tua murid barunya, sebagai kepala sekolah dirinya hanya bisa membantu dan membimbing apa yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Dan sekarang tanggung jawab pada kepala sekolah meyakinkan untuk seorang gadis pendiam bisa berkomunikasi dengan baik dan belajar yang tekun. Lily selalu menatap anak gadis itu, melihatnya dengan intens. Ada rasa keraguan nya sebagai kepala sekolah saat melihat perempuan di sebelahnya.

Lily tersenyum kearah gadis itu "nama kamu siapa nak? Sudah lama berbincang kamu hanya diam saja"

"Azzuri Bu, saya--" Ucapan gadis itu terpotong saat Maryati ikut buka suara "Anak saya memang pemalu Bu, dia juga penakut. Tapi jangan khawatir dia sangat baik hanya saja untuk tutur sifat dan wajahnya memang terlihat sangat jutek"

Lily mengangguk "ohgitu yaa,nanti Azzuri jika melihat kekerasan dari teman barunya langsung lapor ke ibu ya... Jangan takut yak nak"

Maryati melirik ke Lily merasa sedikit takut juga, ucapannya membuat hati seorang ibu menjadi was-was. Maryati berucap "apa akan aman Bu? Jika terjadi pembullyan bagaimana?"

Lily tersenyum "tidak akan terjadi, kalian harus yakin sama anak kalian bahwa gadis cantik ini sebenernya sangat pemberani, hanya saja dia butuh beradaptasi lebih"

"Anak saya penakut Bu"ujar Maryati dingin

"Nanti akan terbiasa bertemu dengan teman baru, iya kan nak" Gadis itu hanya mengangguk menyetujui saja, lalu selang beberapa menit dalam perbincangan muncul lah dua laki-laki kedalam ruangan tersebut. Salah satu mereka membawa tumpukan buku, dan satunya membawa Aqua botol dalam genggamannya.

"Permisi Bu, saya ingin meletakkan buku ini atas perintah Miss Susy"

"Iya mam, taro aja disitu ya" tunjuk Lisa sebagai guru bahasa di sekolah SMA negeri jakarta.

Langkah lelaki itu berjalan kembali keluar pintu, baru saja ia akan kembali mamakai sepatu nya kini namanya kembali terpanggil oleh salah satu guru diruangan itu.

"Imam , Raffi" panggil Bu Lisa Kedua lelaki itu dengan cepat menoleh

"iya Bu, ada yang bisa kami bantu kembali?" Lisa mengangguk mantap dan matanya teralih kepada perempuan yang kini sedang tertunduk kaku

"kamu bisa bantu ibu? Antarkan murid baru ini ke kelas kamu bisa?"

"Iya bisa Bu, apa dia anak baru yang dihebohkan satu sekolah tadi pagi Bu?" Ujar imam tanpa malu bahkan ucapannya mampu membuat guru lain melongo.

Bagaimana bisa imam mengatakannya tanpa di rem terlebih dahulu, berucap seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Raffi, temannya langsung menyenggol lengan imam mengisyaratkan agar tidak terlalu cepat mengatakan sesuatu yang berlebihan.

"Kami antar sampai kelas Bu, maaf. imam memang suka ngaco Bu"

"Iya kamu benar, Dia memang cantik, pantas di gosipkan satu sekolah" ujar Lisa menggoda

"Murid ini pemalu dan penakut, kamu bisa berbaur dengannya sambil membantunya untuk memperkenalkan sisi sekolah kita ya Raf"

"Akan saya usahakan Bu"

"Kalau Imam dengan senang hati Bu, disuruh jadi pacarnya juga saya sih yes Bu" ucapnya sambil cengengesan.

"Dasar kamu! Ada ada saja, cepat antar murid ibu ke kelasnya, jangan sampai ada yang lecet lohh mam"

"Siap 86 Bu, aman terkendali serahkan aja kekita"

Maryati kini sudah sibuk menatap sang putri penuh harap, berharap putrinya kembali tersenyum, memiliki teman baru, menyibukkan banyak kegiatan disekolah barunya. Dia berbisik pada putrinya "kali ini jangan menyusahkan lagi" tangan yang tadi berada disisi bahu perempuan itu kini terlepas begitu saja.

Azzuri yang melihat perbuatan sang mama hanya menarik nafasnya dalam-dalam selain harus kuat, dia juga harus berusaha menjadi dirinya sendiri. Hidupnya bukan lagi boneka yang harus mengikuti apa yang diperintahkan dan ditinggalkan.

Gadis itu berjalan bersamaan dengan kedua murid laki-laki yang ia temui di ruang kepala sekolah, mereka berjalan sejajar kedua lelaki itu berjalan disisi kiri dan kanan nya dan azzuri di tengah-tengah mereka.

Didalam perjalanan menuju kelas nya sifat yang amburadul imam pun bertanya terus - menerus tanpa berpikir rasa ketidaknyamanan gadis disebelahnya itu.

"Lo pindahan dari mana?"

"Dari Bandung"

"Ohh Bandung, Lo cantik, punya lesung pipi manis pula"

"Makasih" ujar gadis itu singkat.

"Kelas Lo 72, nanti dikelas ada 11 perempuan dan 17 laki-laki. Dominan banyak kan laki-laki, cuman Lo gausha takut, teman-teman gue asik-asik kok cuman pasti setiap orang ada minusnya. Dan lu pasti nanti akan menemukan perempuan yang super nano-nano"

"Nano-nano gimana?"

"Iya, kadang genit, kadang galak, kadang jahil, kadang rusuh ahhhh pokoknya kalo lu nemuin perempuan itu. Menghindar aja, dia gak cocok berteman sama lu"

"Kenapa gitu?"

"Lo terlalu malaikat untuk bergabung dengan iblis kaya mereka"

"Kalo Lo berdua?"

"Kita?" Ujar imam sambil menunjuk dirinya dan juga nunjuk ke arah Raffi, gadis itu hanya memberinya anggukan.

"Sama aja sih, cuman aman lah kalo lu gabung sama kita"

"Kelas Lo ada cewe nolep juga?" Saat gadis itu bertanya, mereka berdua hanya saling beradu tatap. Rasanya aneh dan bingung menjadi satu. Walaupun kurang lebih setiap sekolah, setiap kelas pasti ada yang bersifat seperti itu. Cuman imam tidak yakin jika anak baru ini akan melakukan pembullyan.

"Ada" raffi menyahut.

"Gue mau duduk sama dia aja"

"Gabisa, karena dia duduk sama gue" ungkap Raffi tak mau kalah

"Dia cewe Lo?" Tanya Azzuri to the point

"Bukan, dia budak kita dan gue butuh dia buat salin tugas Minggu depan"

"Gaada penolakan, gue mau duduk sama dia."

"Ck, terserah" final raffi akhirnya mengalah, nyata beradu mulut dengan perempuan memang benar sangat menakutkan tidak akan ada kalahnya.

Silahkan baca cerita angkasazzuri. tentang kisah nyata dari cerita pengalaman sendiri 😌

Semoga kalian suka🫶✨

ANGKASAZZURI Where stories live. Discover now