BAB 7

8 1 0
                                    

Kantor sudah kosong dan nyaris gelap. Tinggal lampu di sekitar meja Benji yang masih menyala. Benji kenal dekat Pak Kirman Office Boy yang tugas malam itu. "Ga apa-apa Mas Ben, saya masih nongkrong kok. Kalau udah kelar, telepon saya aja, nanti saya naik." ucap Pak Kirman.

Jam menunjukan pukul 9.40. Dengan konsentrasi penuh, Benji melanjutkan pekerjaannya. Hanya terdengar detik jam dinding dan gerakan lincah tetikus di tangan Ben yang mengedit foto, sampai Ben menyadari ada pergerakan di dekatnya.

"Ben.."

Tangan Ben yang sedari tadi bergerak lincah tiba-tiba berhenti. Ia mendongak kepada sumber suara itu. "Kamu koq masih disini?" tanya Ale.

"Kamu sendiri kenapa masih disini?"

"Aku tadi abis nongkrong sama Nala dekat sini, baru sadar kunci mobil aku ketinggalan jadi balik buat ambil deh." kata Ale terkekeh sambil membuka laci di mejanya dan mengambil kunci mobilnya.

Ale mendekati Ben dan menjatuhkan dirinya di kursi sebelah Ben. "Kamu kerjain apa sih?" sambil menggosok-gosok kepalanya pelan.

"Kamu abis minum ya?" tanya Ben.

Ale setengah tertawa. "Iya sedikit tadi sama Nala di seberang."

Ben diam saja memandangi tingkah Ale. Ale menutup wajahnya dengan kedua tangannya sambil tertawa. "Jangan diterawang donk Ben. Lagi ancur banget nih." Ben hanya tersenyum.

"Ben, kamu tau ga, jadi kemarin mama aku tiba-tiba ajak aku pergi ke mall. Aku pikir dia memang mau spend time sama aku. Ternyata? Dia diam-diam punya agenda mau kenalin aku ke anak dari temannya. Akhirnya sah, orang tua aku pun mulai ikut campur." jelas Ale tanpa di tanya. Ben hanya memperhatikan Ale, lalu ia mematikan komputernya.

"Kamu belom mikirin masalah beginian sama sekali ya? Memang Oma Noni ga tanyain kamu? Mungkin karena kamu cowok ya Ben. Beda sama perempuan yang ada masa kadaluarsanya." Ale terus bicara tanpa menunggu respon Ben.

"Kamu tinggal di Kuningan kan? Apa nama apartemen kamu? Saya antar pulang. Saya yang menyetir mobil kamu."

"Ah ga usah Ben. Aku cuma perlu duduk sebentar aja. Tenang. Kamu kalau udah mau pulang, duluan aja Ben" kata Ale sambil masih menggosok-gosok dahinya.

Ben berdiri merapikan meja dan mengemas tasnya. "Saya antar ya. Lebih aman begitu." kata Ben sambil mengambil kunci mobil Ale dari genggamannya.

"Ben aku ga apa-apa koq."

"Di apartemen mana?"

"Green River Kuningan."

Ben berdiri sambil mengambil tas Ale. "Bisa berdiri?" Ale akhirnya menyerah dan tidak bisa lagi melawan Ben. Ia berdiri dalam diam mengikuti Ben seperti anak sehabis dimarahi ibunya sampai ke tempat mobilnya di parkir.

Ale duduk bersandar di kursi penumpang di mobilnya sendiri. Belum lama ia duduk, Ale tertidur.

Ben menyadari Ale yang sudah tertidur di sampingnya, sesekali menoleh ke arah Ale, sambil sesekali menahan kepala Ale yang terjatuh supaya lehernya tidak sakit ketika ia bangun. Dengan sengaja Ben mengambil rute perjalanan yang sedikit lebih jauh, dan ia melambatkan laju kecepatan mobilnya agar Ale punya lebih banyak waktu untuk tidur.

Setelah sampai di lokasi parkir mobil apartemen Ale, Ia menunggu. Ia sebisa mungkin tidak membuat pergerakan yang bisa membangunkannya.

Ben memandangi wajah Ale yang tertidur di sebelahnya. Ia mengulurkan tangannya pelan mendekati wajah Ale, dan disaat tangannya dan wajah Ale hanya berjarak sebesar sehelai rambut, sesuatu menghentikan niatnya dan ia menarik kembali tangannya.

Apa Yang Kamu Cari Mungkin Tidak JauhNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ