BAB 3

11 0 0
                                    

Sejak pagi perhatiannya tidak terlepas dari laptopnya, tangannya dengan lincah menari-nari membalas tumpukan email yang baru saja ditinggal kurang dari enam jam yang lalu. Waktu baru menunjukan pukul 9.25 namun kepalanya sudah penat seperti telah bekerja seharian. Josephine menegak sampai habis gelas kopi keduanya hari itu. Setelah menyadari bahwa gelas kopinya telah kosong ia segera mengangkat teleponnya di mejanya. "Sherly, tolong buatkan kopi lagi. Dan kita mulai meeting 5 menit lagi."

"Bukannya meetingnya jam 10 bu? Sekarang baru jam 9.30?" balas Sherly.

"Meeting ini sudah direncanakan dari jauh hari kan. Sekarang saja." balasnya sambil langsung menutup telepon. Dari dalam ruangan Josephine melihat Sherly berdiri dan menekan tiga kali bel meja seperti yang umum ada di konter lobby hotel.

Sontak para beberapa pegawai berdiri dan bereaksi macam-macam. "Haa sekarang??" kata beberapa orang. "Lho bukannya jam 10?" balas beberapa orang lainnya. Namun mereka tahu tidak ada gunanya mempertanyakan hal itu, merekapun langsung bergegas berdiri begitu melihat Josephine sudah berjalan memasuki ruangan meeting.

Ruangan meeting itu dikelilingi oleh kaca tembus pandang, ada meja besar berbentuk persegi panjang terletak di tengah ruangan, belasan kursi terbuat dari kulit berwarna hitam, serta lengkap dengan proyektor dan whiteboard. Josephine segera duduk di kursinya yang berada di ujung ruangan berseberangan dengan layar proyektor.

Satu persatu para pegawainya masuk ke dalam ruangan meeting. Ada yang sudah terlihat sudah siap, ada juga yang masih mengutak-ngatik laptopnya berusaha menyelesaikan sesuatu entah apapun itu. Josephine duduk di kursinya dengan perhatian terfokus pada ponselnya.

Semua diam menunggu, sampai akhirnya ia mengangkat kepalanya. Ia mengambil cangkir kopi yang sudah disediakan oleh Sherly sebelumnya, menyesap kopi hitam yang masih panas dan mengeluarkan uap dari dalam gelas itu.

"Let's start. Kita mulai dari kategori Ladies."

Ale berdiri dari kursinya lalu memulai presentasinya sambil sesekali menghadap ke layar proyektor.

"Selamat Pagi semuanya. Nah seperti kalian bisa lihat ini adalah koleksi Fall Winter yang akan di launch. Photoshoot sudah selesai dilakukan beberapa hari yang lalu. Untuk musim ini.."

"Ale, kita langsung ke plan display dan tunjukan beberapa hasil photoshoot saja. Saya sudah lihat kategori yang akan launch, biar tidak usah di ulang-ulang. Nanti kamu kirim file presentasi kamu ini ke semuanya, biar mereka juga bisa lihat." ujar Josephine, sambil kembali memandangi layar ponselnya. Ale langsung mencari halaman yang diminta .

"Oke. Ini untuk konsep Display. Setiap toko pada window displaynya akan diatur seperti ini Bu.." ujar Ale.

Josephine mengalihkan pandangan dari layar ponselnya sambil bersandar ke kursinya. Ale dan semua yang hadir di meeting itu diam dan menunggu. "What do you think, Ale?" tanya Josephine.

Seisi ruangan itupun memandangi Ale dan menantikan jawabannya. Mereka semua tahu persis, detik itu Ale harus bisa membaca pikiran Josephine dan jawaban yang ingin dia dengar. Jika Ale salah memberikan jawaban, tahun itu akan menjadi tahun yang berat untuknya.

"Menurut saya konsep window display kita kali ini akan mudah menangkap perhatian mata orang yang lewat dan meninggalkan kesan yang dalam untuk yang melihatnya. Konsep Fall/Winter yang biasanya kita bermain aman dengan warm color, tapi kali ini diberi sentuhan bold color. Walau tidak banyak tetapi keseluruhan konsep display ini akan membuat Milla terlihat stand out dari brand-brand lainnya. Saya cukup positive dengan konsep ini Bu." Ujar Ale mantap, walau tangannya mulai berkeringat. Josephine diam sambil memandangi konsep display tersebut.

"Wendy, Nala. Let's see yours all together." ujar Josephine sambil kembali kepada ponselnya.

Wendy, Nala dan Ale segera mengatur tampilan sedemikian rupa seperti yang di minta Josephine secara bersamaan. Seisi ruangan meeting pun menunggu Josephine yang masih fokus kepada ponselnya. "Oke let see." kata Josephine tiba-tiba sambil meletakan ponselnya lalu terdiam memandangi presentasi mereka. Josephine terdiam cukup lama, terlihat ia sedang berpikir dan menimbang sesuatu dalam benaknya.

Apa Yang Kamu Cari Mungkin Tidak JauhWhere stories live. Discover now