25 - Operasi.

51 10 0
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima kasih ><

_____

"Ira, nanti kamu ikut aku bantuin buat operasi pasien jam lima sore ya."

Gue mengiyakan ucapan Kak Nandra.
Sebenarnya ini bukan wewenang gue buat ikut andil dalam operasi.
Karena gue adalah perawat umum, bukan perawat bedah atau semacamnya.

"Aku dikasih apa nanti?"

Sekarang kita lagi berada di kantin Rumah sakit. Gue disuruh ikut andil dalam operasi karena Kak Nandra menjanjikan sesuatu.


"Ga usah aneh-aneh," dia menoyor kepala gue. "Imbalannya biar kamu dapat ilmu," lanjut Kak Nandra.

Dih mana bisa begitu? padahal sebelum gue mengiyakan ajakannya dia menjanjikan sesuatu.
Akhirnya gue telanjur malas sama Kak Nandra. Gue habisin makanan gue duluan tanpa ngobrol sepatah apapun.




Dapat ilmu katanya? terus selama ini gue kuliah profersi tuh ngapain? jualan tai ayam?
Kesimpulannya berarti Kak Nandra masih menganggap otak gue ini pas-pasan. Ya walaupun itu memang fakta, tapi setidaknya jangan terlalu ditunjukin. Gue kan jadi malu.

"Aku duluan, ada kelas." Tukas gue. Kak Nandra pun nggak menahan gue buat pergi duluan.

Ck padahal baru kemarin dia bilang dia bangga punya cewek kayak gue. Sekarang apaan? malah cuekin gue begini.

Sebenarnya gue nggak ada kelas hari ini. Jadi untuk mendukung kebohongan gue, akhirnya gue memutuskan buat main ke kostan Yuna. Sudah lama juga gue nggak main ke sana.

Oh iya, fyi gue sekarang bukan anak kost lagi. Orang tua gue ada dinas di Jakarta jadi kita semua satu rumah sekarang.
Tapi tetap ga ada bedanya ada orang tua gue ataupun ketika gue masih menjadi anak kost.

Perjalanan dari sini ke kostan Yuna nggak terlalu jauh. Gue memutuskan buat naik gojek, biar cepat sampai.




Lima belas menit kemudian gue sampai di kostan Yuna.
Gue turun dari gojek dan tidak lupa untuk membayar ongkosnya.

"Terima kasih ya mas,"

Gue chat Yuna buat ngabarin kalau gue udah sampai di kostan dia.

"Masuk aja, gue didalem."

Begitu katanya. Gue melangkah, dan masuk ke kostan Yuna.
Ternyata dia lagi buat ramen.

"Ngga usah repot-repotlah Yun," komentar gue setelah melihat ada dua ramen di sini.

"Lo kan tamu," ujarnya sambil menyodorkan ramen yang masih panas. "Maaf gue cuma ada ini."

Gue menggeleng nggak enak. "Dibilang ga usah repot"

Yuna mengangguk lalu ia menyuruh gue buat habisin makanan dulu.

"Udah lama juga ya gue nggak ke sini," sahut gue disela-sela keheningan.

Yuna tersenyum. "Lo kan udah ada rumah yang sebenarnya. Terlebih lagi lo udah ada Kak Nandra, kan."

Jadi Flashback ketika jaman maba dulu gue selalu datang ke kostan Yuna buat nugas atau sekedar belajar materi.

Waktu begitu cepat ya ternyata. Gue yang awalnya sangat ogah kuliah di FIK malah sekarang lanjut profersi Ners. Padahal, gue sudah berniat buat daftar ke jurusan Sastra Inggris.
Tapi memang Tuhan nggak ngizinin, jadi gue ga lolos ketika daftar SBMPTN.


"Kenapa lo berdua? berantem?" tanya Yuna. Dia peka kalau gue dan Kak Nandra lagi berantem.

Gue mengangguk tanpa menjawab. Yuna menatap gue, dia ngerti.

"Bukan ada orang ketiga, kan?" tanyanya lagi. Gue menggeleng.

"Biasalah, dia kalau udah berubah jadi mode Dokter tuh nyebelin abis," jelas gue.

Yuna tertawa mendengar hal itu. "Astaga, masih sama aja ternyata." Dia masih tertawa cekikikan.

Gue rolling eyes mendengar hal itu.
"Apa yang bisa lo harepin dari si Nandra,"

Sehabis itu kita berdua lanjut gibahin Kak Nandra. Cerita awal pertemuan gue sama dia yang aneh dan akhirnya kita berdua bisa menjadi pasangan.
Yuna juga cerita tentang gebetannya yang anak teknik.
Dan ternyata, gebetannya si Yuna itu Kak Mahendra, temennya Kak Nandra juga.

"Kayaknya kalau kita double date seru deh Yun,"

"Triple date aja. Sama Wafa dan Gino." Timpal Yuna.

"Ah mereka kan masih htsan,"

Yuna menoyor kepala gue. "Yee lo, dulu kan lo sama Kak Nandra juga htsan." Ujarnya.

Ck, kenapa deh Yuna suka banget membahas kenangan buruk gue sama Kak Nandra.

Nggak lama kemudian handphone gue berdering, ada telfon masuk ternyata. Dari Kak Nandra pastinya.
Dia nyuruh gue buat berangkat ke Rumah Sakit sekarang.

"Yuna gue pergi dulu ya,"

Sehabis berpamitan gue naik busway buat ke Rumah Sakit lagi.
Karena sekarang masih jam empatan, makanya gue memilih buat naik busway. Selain menghemat uang gue juga masih banyak waktu.












"Ayo cepet pake ya baju operasinya,"

Kak Nandra berkata itu setelah melihat gue baru sampai di Rumah Sakit ini.
Sebenarnya gue agak kesal, tapi gue mencoba memaklumi. Dia kan sekarang posisinya lagi praktik ke pasien.

Gue memakai baju operasinya dan mencuci tangan gue. Setelah itu gue masuk ke ruangan operasi.

Selain Kak Nandra, disini ada beberapa dokter lainnya. Gue sempet inget-inget apa yang Kak Nandra omongin tadi pagi.



"Hari ini kamu ikut operasi pasien diabetes tipe 1 ya. Aku sama tiga dokter lainnya bakalan amputasi kaki kirinya yang udah membusuk. Kamu mau kan sayang?"


Pantesan disini ramai. Tapi gue cuma kenal sama Dokter Anandra Jaenan Putra, hehehe.

Back to reality, gue menyiapkan peralatan medis yang akan dibutuhin nanti.
Karena ini praktik operasi pertama buat gue, jadi gue nggak mau membuat kesalahan di depan Kak Nandra ataupun di didepan Dokter lainnya.

"Mari kita mulai ya," kata Kak Nandra. "Iryanna, tolong handscoonnya."

Okay Ira, you can do it.
Fighting!!







TBC

Asisten Dokter Where stories live. Discover now