04 - Telat.

113 18 0
                                    

Klik bintangnya sebelum baca.

Ayo klik bintangnya.


°°°°


Pagi-pagi gini gue udah kena sial. Pertama Papa gue ga bisa nganter karena dia ada jadwal kerja lebih pagi dari kuliah gue. Kedua, grab yang gue pesen super lama datengnya. Ternyata abangnya nganterin pesanan gofud dulu baru jemput gue.
Mau marah sebenarnya tapi ga tega.

"Ira, lo telat 20 menit."

Nahkan, gue kena sial lagi.
Kalian tau kan kemarin kelompok buat survey ke rumah sakitnya udah ditentuin. Dan gue kebagian kelompok pertama.

"Iya, maaf tadi macet." Bohong gue.


"Hallo," ada laki-laki yang nyapa kami. Kayak pernah ngeliat, tapi dimana  ya?

"Udah pada kumpul semua?" tanyanya. Lalu dia buka buku tentang anatomy fisiologi.

Buku yang paling gue benci pas jaman maba dulu.

"Sudah, kak." Ryan menjawab.

"Siapa tadi yang telat?"

Aduh mampus gue. Kenapa tiba-tiba nih orang nanya siapa yang telat?

Teman-teman di sini pada ngeliatin gue. Memberi isyarat agar gue ngaku. Tapi gue pura-pura tuli.

Merasa ga ada jawaban dari kita, kakak itu ngeliatin kita.

"Oke kalau ga ada yang mau ngaku," katanya, nutup buku anfis itu. "Kita langsung mulai aja ya?"

Kami semua ngangguk.

"Nama saya adalah Anandra Jaenan Putra. Kalian bisa panggil saya Nandra. Saya mahasiswa kedokteran, saya di sini sebagai pengganti dari dokter Soni, karena dia sekarang ada jadwal di ruang OP."
(OP = Ruang operasi)

Namanya Anandra? kok mirip sama gue sih?

"Nah sesuai materi kalian hari ini, Pathophysiology."

Gue menarik napas, oke jangan takut Iryana.

"Kalian udah tahu kan apa itu pathway?" tanya Kak Nandra, kita semua ngangguk.

"Pasien sekarang kebanyakan remaja yang ada di ruangan hemodialysis." kata dia tanpa basa-basi lagi.

Hah remaja? Udah di hemodialysis?

"Kok bisa kak?" kata Ryan. gue yakin dia sama herannya kayak gue.

"Yaa bisa aja," kakak itu ketawa. "Remaja yang kena penyakit ginjal dan harus di hemodialysis itu rata-rata suka minum minuman yang manis-manis, tapi konsumsi air putihnya kurang."

"Tapi seterah kalian mau ngambil kasus penyakit yang mana, saya hanya menyarankan."

Kalau diliat-liat nih ya, kak Nandra ganteng juga.

"Oke, sekarang kalian silahkan berpencar untuk mencari kasus penyakit yang kalian inginkan. Tapi jangan berisik dan jangan bergerumbul."

Habis kak Nandra bilang gitu, kita semua keluar ruangan ini dan langsung otw rumah sakit yang dituju.
Gue merasa bingung mau ngapain. Karena Yuna dan Wafa beda kelompok sama gue.

Setelah lima menit berlalu gue masih diem aja di depan ruangan ini. Sampai kak Nandra nyapa gue.

"Kamu kok ga pergi ke rumah sakit?" tanyanya. Gue cengengesan.

"Iya kak, ini mau otw kok." jawab gue.

Kak Nandra baca name tag gue.
"Anandara Iryanna? kamu yang tadi telat, kan?"

Kok dia bisa tahu..

"Eh?" gue pura-pura ga tau. "Hehe iya maaf kak."

Dari sini wajah kak Nandra yang tadinya ramah seketika menjadi datar.
"Kamu udah tahu kalau kamu telat, kenapa kamu tadi ngga mau ngaku? padahal kalau kamu ngaku saya pun nggak akan marahin kamu. Tapi ngeliat kamu yang kayak gini membuat saya ga suka sama sifat kamu."

What?

"Kamu sama saya aja udah ga dislipin, ga jujur lagi. Gimana nanti kalau kamu terjun ke rumah sakit? kamu mau ga jujur juga sama pasien kamu?"

Sebelum gue mau ngejawab, kak Nandra udah motong pembicaraan gue.
"Perbaiki sifat dan etika kamu. Dalam keperawatan, kejujuran dan kedislipan itu yang terpenting. Karena ini menyangkut nyawa manusia, bukan mesin atau boneka. Pahami itu, Anandara."

Dia langsung pergi begitu aja.
Gue kesel sebenarnya, tapi ucapan dia sepenuhnya ga salah. Dia bener, gue emang ga dislipin dan ga jujur.

Gue malu tapi masih kesel. Jadi gue memutuskan untuk pergi ke Mcd, bukan pergi ke rumah sakit.






°°°


Nah, mau lanjut ga ni??

Lanjutlaah, walaupun ga ada yang baca xixii.

Asisten Dokter Where stories live. Discover now