16 - Event.

66 10 1
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima  kasih ><

_____

"Awas oi air panas ini."

"Lo bukannya punya kipas mini ya? pinjem dong gerah banget ini."

"Pengen pulang,"

"Pengen jadi pacarnya Kak Mahendra."

"Halu aja lo."

Event yang paling ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga.
Ralat, kayaknya cuma gue yang ga berminat sama event ini.

Tadi pagi-pagi Wafa udah heboh dateng ke kosan gue buat minta tolongin dia makeupan. Akhirnya dengan muka beler gue terpaksa nolongin dia.

"Cek cek, halo, halo."

Suara mic dari arah panggung menarik perhatian manusia di sini.
Gue rasa itu mcnya, Kak Haikal dan Kak Karin, anak fakultas Bahasa.

Tibalah sambutan basa-basi Mc dan segala isinya. Gue nggak terlalu peduli karena emang sebenarnya gue males banget dateng ke acara ginian.

"Oy, Ira."

"Anj- ish sakit pea!" keluh gue setelah bahu gue ditabok sama Alin dari belakang.

"Gabung sana sama anak kelas, nyanyi-nyanyi gih."

Kalau boleh jujur Alin adalah salah satu manusia yang ngga jelas. Dateng nabok bahu orang udah gitu nyuruh-nyuruh.

"Ogah ah, mager gue." Jawab gue jujur.

"Lo tuh udah nolep makin nolep tau ga,"
katanya nyolot. Lah??

"Lin gue mager, udah lo aja sana gabung." Tolak gue.

"Tega lo, masa lo ngga mau ngeliat penampilan Wafa sama Gino?"

Astaga gue baru inget kalau Wafa tampil di festival music. Oke deh demi Wafa akhirnya gue mau diajak ke stand music sama Alin.

"Btw Wafa tampil ke berapa?" gue dan Alin udah sampe ke panggung festival.

"Terakhir sih, soalnya kan kelas kita daftarnya paling akhir jadinya tampilnya juga terakhir." Jawab Guanlin tanpa rasa bersalah.

Setelah ngedenger perkataan Alin gue rasanya mau nabok dia sekarang juga.
Kalau Wafa sama Gino tampilnya terakhir ngapain anjir gue dateng ke sini pas awal-awal?
Buang-buang energi gue aja.

"Ayo kita saksikan penampilan pentas drama dari fakultas Hukum,"

"Beri tepukan yang meriah untuk penampilan drama yang berjudul, Cintaku ditolak dukun bertindak." Lanjut Mc.

Anjir judul dramanya nggak banget.

Semua menikmati drama itu, termasuk gue. Karena jujur aja alur ceritanya bagus ternyata dan bikin terhibur.

Acara terus berlanjut tapi Wafa sama Gino belum juga tampil. Perut gue udah mulai kerasa laper akhirnya gue pergi ke stand makanan dulu.

"Jjangmyeon kayaknya enak nih."

Yap gue memutuskan untuk beli jjangyeon. Dari tampilannya sih keliatan enak, semoga aja rasanya juga enak.

Makanan gue udah jadi dan gue lagi nyari tempat duduk. Untung masih ada beberapa kursi yang kosong.

"Iryana!"

Baru aja gue mau melahap mie ini, tapi ada manusia yang manggil gue. Ga lain dan ga bukan adalah si Guanlin.

"Napa sih lu ganggu aja." Kesel gue.

"Yee gue cariin malah kabur ke sini."

"Gue laper." Sahut gue acuh.

"Yaudah gue mau pergi ke Yuni dulu ya, dadah!"
Guanlin adalah orang paling annoying yang pernah gue temuin.

Setelah nggak ada lagi gangguan, gue makan makanan gue.
Rasanya enak ternyata, gue suka.

Lagi menikmati makanan tibatiba-tiba Kak Nandra ada di depan meja gue.

"Boleh saya duduk?" katanya. Gue ngangguk mengiyakan.

"Kakak ngga koas?" tanya gue basa-basi.

"Nggak." dia menggeleng, matanya menatap lurus ke arah gue.

Tumben banget Kak Nandra kayak gini ke gue.

"Kenapa sih kak? ada masalah?" Gue ga tahan diliatin terus sama Kak Nandra.

"Saya putus sama pacar saya." katanya.

Gue totally blank. gue bingung mau respon apaan.
Syok banget, kok bisa sih?

"Kita putus karena kita sadar kalau kita nggak bakalan bisa bersatu," lanjutnya.

Gue diem dulu karena gue bener-bener bingung mau jawab apa.

"Ya ampun kak, pasti sakit rasanya. Nggak apa-apa kok kak buat sedih sebentar.
Anggap aja kalian memang bukan takdir dari Allah SWT, Kak." kata gue.

"Ira, kamu punya pacar?"

Gue tau itu cuma pertanyaan. Tapi entah kenapa perasaan gue nggak enak banget pas Kak Nandra bilang gitu.
Buat apa coba dia nanya?

"Nggak sih kak, tapi.." gue ragu buat cerita ke dia.

"Tapi kenapa?"

"Saya masih gagal moveon sama mantan saya, Kak."

Hening kemudian diantara kita berdua. Kak Nandra langsung membuang muka pas gue ngomong gitu.
Gue juga lanjutin makan jjangmyeon yang belum abis ini.

"Gitu, ya? yaudah deh saya pergi dulu ya mau koas."

Tanpa menunggu jawaban dari gue Kak Nandra langsung pergi gitu aja.
Perasaan, tadi dia bilang lagi nggak ada jadwal koas, iya ga sih?

_____

Lo tahu nggak sih kenapa waktu berlalunya cepat banget? gue cuma haha hihi disemester empat nggak nyangka sekarang udah semester enam.
Yap, semester dimana gue mulai menyusun skripsi.

"Alhamdulilah judul skripsi gue udah diacc sama pak Diki."

"Selamat Yun," sahut gue. "Semoga gue bisa nyusul secepatnya.

"Iya Ra, pasti lo bisa kok."

Habis ini matkulnya Kak Nandra. Dia udah diangkat jadi dosen sekarang.
Dan lo tau? dia ngajar dibagian pathophysiology.

Sebenarnya setelah setahun berlalu hubungan gue sama Kak Nandra biasa-biasa aja sih, nothing special menurut gue.
Tapi, kata yang lainnya gue dan Kak Nandra itu deketnya udah kayak orang yang punya hubungan tanpa status.

"Selamat siang, materinya kita langsung mulai saja, ya."

Gue mendengarkan Kak Nandra ngejelasin materi degan detail.
Gaya bicaranya, bahasa tubuhnya tiba-tiba membuat gue jadi sedikit tidak fokus.

Ayolah Ira, lo kenapasih?

"Ra,"

Gue nengok ke belakang karena Wafa yang manggil gue.

"Lo sadar sesuatu, ga?" tanyanya. Sadar apaan dah?
Gue mengangkat bahu, menjawab pertanyaan dari Wafa.

"Lo sadar ga sih setahun belakangan ini lo jadi jarang banget ngomongin mantan yang lo gamonin itu."

Kalimat dari Wafa tadi membuat gue tersadar kalau gue memang udah bisa moveon dari mantan gue.

Seneng? jelas. Gue seneng banget akhirnya bisa moveon setelah enam tahun.
Tapi, disaat yang sama gue merasa takut akan kehilangan seseorang yang ada di depan mata gue.

____

Asisten Dokter Where stories live. Discover now