15 - Religion.

93 13 2
                                    

Tekan bintang terlebih dahulu sebelum kalian membaca cerita ini.

Terima kasih ><


°°°°°°

"La, udah diabsen kan?"


"Oy, yang pulang duluan gue tandain muka lo ya."

Keadaan kelas masih ricuh. Guanlin jaga pintu, Azril coba tenangin keadaan karena Gino sama Wafa adu mulut.

Sedangkan gue di sini cuma perhatiin mereka, nggak ada niatan buat ikut campur.

"Coba lo pikirin lagi, kalau lo ikut event drama kan nama fakultas kita jadi bagus, plusnya lo juga terkenal," kata Gino. Di depannya udah ada Wafa yang natap dia ga suka.

"Gue bilang ga mau ya ga mau lah, kok lo maksa sih?" jawab Wafa.

"Gue cuma kasih saran, soalnya yang lain juga ngga ada yang mau ikutan event ini."

"Di dalem Ilmu Keperawatan, kita dilarang untuk memaksakan kehendak, nah, tindakan lo barusan itu adalah memaksakan kehendak, dan gue ga setuju."
Wafa pergi dari hadapan Gino.

Suasana di sini langsung mencekam.
Kita semua masih diem, belum ada yang mulai ngomong lagi.

"Kalau emang ga ada yang mau, kita ambil jalan ini aja." Kata Azril.

"Latifa tolong buatin kocokan nama absensi kelas ya," Azril natap Latifa, sekretaris kelas ini.

"Kita pake cara ini, siapapun yang terpilih nanti gue harap kalian bisa ikhlas ngejalanin tugasnya."

"Yaudah deh," kata Alin. Yang lainnya ikutan setuju.

Beberapa anak buat kocokan absen, dan sisanya diem nungguin.

"Oke, karena dari panitia tadi bilang bagian stand makanan dan festival drama udah penuh, kita kebagian jadi festival music." Jelas Azril. "Ada yang bisa nyanyi?"

Kicep semua orang yang ada di sini abis ngedengerin penjelasan Azril.

Jangankan buat nyanyi, ngomong aja kita-kita masih cempreng banget.

"Zril, lo tau kan suara anak cewe kelas kita tuh pada kayak panci pecah semua?" kata Alin. Kurang ajar banget nih anak, tapi ucapan dia ada benernya juga sih.

"Ya gue tau," Azril natap kertas kocokan yang dibuat Latifa. "Makanya gue pilih cara ini, biar lo semua ga bisa ngelak dan adil."

°°°°°


"HUAA ANJIR KENAPA NAMA GUE YANG KELUAR,"

Sekarang gue, Yuna dan Wafa lagi di kosan Yuna.

"Udah anjir jangan nangis, ayo lo cari lagu yang mau lo nyanyiin." Kata Yuna ke Wafa.

Iya, nama yang keluar dikocokan tadi ternyata namanya Wafa dan Gino.
Setelah nama dia keluar langsung mereka berdua adu mulut karena emang mereka itu musuh dari jaman maba.

"Tapi agak lucu tau Fa," ucap gue. "Masa bisa sekebetulan itu nama lo dan Gino keluar?"

Wafa yang masih nangis sesegukan tambah kejer lagi nangisnya.
"Lo tau ga sih gue benci banget banget sama Gino, tapi kenapa sekarang gue harus ikut event bareng dia? ga adil banget."

"Jangan terlalu benci gitu ah," Yuna menimpali. "Benci itu bisa juga artinya benar-benar cinta. Makanya gue saranin lo jangan terlalu over hate sama si Gino."

Gue ngangguk tanda setuju sama omongannya Yuna.
"Gapapa Fa, Gino baik kok orangnya."

Wafa mendesis.
"Iya baik ke lo berdua doang anj."

"Udah mendingan sekarang lo cari lagu apa yang mau lo nyanyiin." Kata Yuna.

°°°°°


Tugas kuliah gue makin hari makin numpuk aja kalau ga dikerjain. Makanya hari ini gue mau pergi ke salah satu cafe sambil ngerjain tugas yang banyaknya kayak dosa gue.

"Ini udah, ini juga berarti sekarang tinggal ngerjain makalah."

Hal yang gue hindari dari jaman maba itu adalah buat makalah. Walaupun sekarang gue udah semester 4 dan udah terbiasa sama yang namanya makalah tapi tetep aja gue masih menghindari tugas ini.

Ketika gue lagi melamun ngeliatin pintu, entah kebetulan lagi atau apa tiba-tiba ada Kak Nandra masuk ke cafe ini juga.
Sialnya dia juga ngeliat gue.

"Hai, Anandara." Sapanya setelah beli americano.

Gue ketawa kecil, jadi inget pas jaman maba dia manggil gue Anandara sekali karena gue telat waktu itu.

Unik ga sih nama kita mirip? Anandra dan Anandara.

"Hai kak," sapa gue balik.

"Boleh saya duduk di sini?" tanyanya. Gue ngangguk sebagai jawaban.

"Tumben kamu ngerjain tugas."

Wah kurang ajar. Mau emosi tapi dia kating jadi gue mencoba bersikap kalem.

"Kalau saya ga ngerjain tugas nanti saya ga lulus kak,"

Kak Nandra cengengesan terus dia lanjut minum kopi americano yang rasanya mirip ban mobil, alias pahit banget.

"Ra, saya boleh minta saran?" katanya tiba-tiba. Wah apa nih?

"Boleh Kak."

Dia natap gue sekilas terus diem. Mukanya jadi kusut kayak waktu kita ketemu di indomaret dulu.

"Cara ajak cewe saya masuk ke Islam gimana ya?"

Anjir??
Gue kaget jadi gue diem dulu sebentar. Kalau pertanyaan ini sih gue juga ga bisa jawab, soalnya dulu gue pernah pacaran sama orang yg beda agama. Ujung-ujungnya hubungan kita ga bisa lanjut karena emang ga bisa.

"Kak serius?" gue mencoba nyari saran yang bagus dan nggak menyinggung.

"Saya bingung, saya sayang dia tapi orang tuanya bakalan ngamuk kalau dia pindah agama."

"Gini Kak," gue natap dia. "Menurut aku kalau orang tuanya dia udah ga ridho gimana kedepannya nanti? terus juga kalian dari awal udah beda kak, kalau salah satunya ga ada yg bisa ngalah..."

"Kakak bisa ambil hatinya, tapi jangan ambil dia dari Tuhannya Kak."

Setelah hening beberapa saat Kak Nandra cuma menghela napas. Dia keliatan bingung banget, beda ketika dia pas lagi ngajar.

"Gitu ya, Ra?"

"Aku juga pernah pacaran sama yang beda agama, tapi harus pisah kak sebelum makin sayang dan semuanya jadi rumit nanti." Kata gue.

"Yaudah deh, makasih sarannya Ra."

Gue senyum, "Sama-sama Kak."

"Mana sini makalah kamu saya bantu biar ga ada revisi lagi."

Kalau kayak gini gue berharap bisa ketemu sama Kak Nandra terus biar dibantuin buat tugas HEHEHEHE.

_____

A/N:
Ya ampun temen2 maaf aku baru bisa update karena 2 bulan kemarin aku sibuk kerja + hp aku rusak huhuhu.

insyaAllah skrg aku lanjut update lagi yaa <3

Asisten Dokter Where stories live. Discover now