"Oke!" balas Lisa dan disambut dengan tawa jahat mereka.

***

Hari pun sudah berganti, jam istirahat ini Lisa berniat untuk mengobrol dengan Erlan.

"Erlan, Lia udah relain kamu sama aku. Jadi, hubungan kita akan baik-baik saja," ucap Lisa dengan antusias.

"Hmm, bagus," balas Erlan sekenanya.

"Kok kamu cuek, kenapa?" tanya Lisa kebingungan.

"Nggak," jawab Erlan lalu langsung pergi.

"Idih sok cakep," julid Naya yang sudah dari tadi melihat pembicaraan Lisa.

"Hahaha emang cakep. Kira-kira Lisa ada salah apa ya sama Erlan?"

"Emang dia nya ada sensian. Jangan terlalu di pikirin," nasihatnya.

"Iya mungkin ya, yaudahlah gak papa."

***

Waktu pulang sekolah tiba, saat ini Lisa sedang berada di parkiran sekolah.

"Erlan, ayo kita pergi ke pasar malam?! Tempatnya di taman cinta, Erlan," ajaknya.

"Oke, nanti dijemput," jawab Erlan lalu pergi dari hadapan Lisa.

***

Malam yang di tunggu-tunggu oleh Lisa pun akhirnya sudah datang.

Erlan dan Lisa pun menghabiskan waktu berdua di pasar malam untuk mencoba berbagai wahana permainan disana. Tanpa dirasa waktu sudah sangat larut malam, dan akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pulang.

Diperjalanan pulang, tiba-tiba Erlan berkata, "Turun Lis!" serunya.

"Hah? Turun? Turun kenapa Erlan?" tanya Lisa.

"Turun!"

"Iya-iya, udah nih. Kenapa, mogok?" tanya Lisa melihat Erlan yang masih duduk dimotor.

Brem ngueng!

Tiba-tiba, Erlan meninggalkan Lisa sendirian dijalan yang sepi itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Lisa.

"ERLAN! ERLAN!! TUNGGUIN LISA!! KENAPA ERLAN NINGGALIN LISA?!" Sembari berjalan agar cepat sampai rumahnya, Lisa menangis untuk menumpahkan rasa takut dan kecewa yang amat besar kepada Erlan.

Tittt!

Klakson dari arah belakang terdengar ditelinga Lisa.

"Woy ngapain? Udah larut," tanya Naya orang yang mengklakson Lisa.

"Naya! Makasi kamu udah disini, tolongin Lisa, Lisa takut, Lisa ditinggal sendiri disini sama Erlan. Erlan jahat!" racau Lisa sambil menangis sesegukan.

"Gila! Naik!"

***

Lisa pun selamat sampai tujuan diantar oleh Naya. Yang katanya dia juga habis dari pasar malam hanya untuk membeli aromanis.

Drama di rumah kembali terulang, Lisa tidak diperbolehkan masuk ke rumah oleh mamahnya. Papahnya masih bekerja, jadi tidak ada yang akan menolong Lisa. Hari sudah sangat larut, mendung di awan hampir hujan.

"Ya Allah hidup Lisa kenapa gini amat, astaghfirullah maaf-maafin Lisa udah geluh. Lisa gak akan ulangin itu, harusnya Lisa bersyukur masih dikasih kehidupan. Maafin Lisa ya, Lisa cuma capek aja," monolog Lisa.

Sedikit demi sedikit air hujan turun kian membesar, Lisa berteduh diteras rumahnya sambil memeluk dirinya sendiri.

DWAR!

Suara petir sangat keras, kilatan-kilatan cahaya putih ikut andil dari langit. Keadaan Lisa sudah sangat basah kuyup karena terciprat air hujan.

"Hsstt dingin," ucap lirih Lisa.

"Mungkin takdir membawaku untuk tidak bahagia." Kalimat terakhir dari Lisa sebelum dirinya pingsan tak sadarkan diri.

Waktu hari kemarin cepat sekali berlalu, pagi ini nyonya Lela sedang berada diteras rumah.

"Hey bangun kau anak haram!" ucapnya sambil menendang-nendang Lisa dengan kakinya.

"Kepala Lisa sakit, mah," ringisnya.

"Cepet masuk sana! Kalau orang liat bisa gawat," perintahnya lalu langsung meninggalkan rumah.

"Sakit," ringis Lisa sambil memegangi kepalanya.

"Kak, kakak, ayo aku bantu!" ucap Leiva, lalu membantu memapah Lisa ke kamar.

"Makasih ya dek udah bantu kakak," ucap Lisa setelah sampai di kamar.

"Iya kak sama-sama, maafin mamah ya kak, maafin aku juga selalu bersikap kasar sama kakak. Iva janji mulai saat ini, Iva gak akan gitu lagi sama kakak," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Iya dek, kakak maafin. Peluk?!" ucap Lisa sambil merentangkan tangannya.

"HUWA! TERHURA!" teriak Lisa kegirangan di dalam pelukan mereka.

"Udah dek, gih pergi berangkat sekolah dulu ini udah mulai siang. Tolong izinin kakak ya dek, kakak lagi sakit," ucapnya sambil melepaskan pelukan mereka.

"Oke kak siap, kakak hati-hati dirumah ya! Dadah!!"

"Dah!!" balas Lisa melambaikan tangannya.

****

Pencet bintangnya, guys!

I'M TALISA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang