26. She's tired

62 11 16
                                    

Happy reading.

🍂

Izara tak bisa berhenti tertawa setelah melihat video yang baru saja dikirim oleh Tino.

"Omg mukanya kasihan banget" Izara memperlihatkan wajah Hope yang berada di video itu pada Barbara.

Barbara menutup mulutnya. "Itu beneran Harapan ortu yang gagal?"

Izara mengangguk dengan wajah santai dan dengan senyuman lebar. "Apa gue bilang, kali ini dia gak bisa lolos dari gue"

"Pft. Tino nafsuan banget anjir haha" Barbara ikut tertawa.

Keduanya sibuk menertawakan video Hope. Seolah-olah itu adalah puncak kebahagiaan mereka.

"Apa gue bilang, dia gak bakal menang lawan gue, dan gue masih banyak kejutan buat dia" kekeh Izara membuat Barbara ikut tersenyum

Sepertinya Izara bisa berhasil menyingkirkan cewek miskin itu.

"Gue gak akan biarin dia Bar. Lo tenang aja, apa yang udah lo mulai biar gue yang selesain" ucap Izara sambil mengedipkan sebelah matanya.

Barbara tertawa kemudian bertos ria dengan Izara.

"Gue percaya lo kok, sejak kapan seorang Izara kalah dari lawannya?"

Izara tersenyum sinis kemudian melanjutkan rencana selanjutnya.

🍂

Lagi-lagi hal seperti ini terjadi. Hope selalu luka dan akhirnya terbaring di rumah sakit.

Sudah berapa kali Hope masuk rumah sakit bulan ini?

Kaivan menghela nafas kasar, dia belum bisa meninggalkan Hope yang saat ini belum sadar.

Padahal dirinya ingin sekali memberikan pelajaran langsung pada orang-orang yang berani menyentuh Hope.

Kaivan mengelus tangan Hope yang penuh memar. "Kenapa harus luka terus sih" lirih cowok itu kemudian mengecup singkat tangan Hope.

Dia tidak tahu harus bagaimana untuk mengekspresikan emosinya saat ini.

Hope tiba-tiba bergerak, kelopak matanya terbuka dengan layu.

"Udah sadar?" Tanya Kaivan khawatir

Hope menarik tangannya dari Kaivan. Cewek itu memalingkan wajahnya. Bibir pucatnya tiba-tiba bergetar.

"Hope?" Panggil Kaivan lembut

Hope tak kunjung merespon, dia masih setia dengan posisinya.

Kaivan kembali meraih tangan Hope. "Kenapa hm, mana yang sakit?"

Hope memejamkan matanya sejenak kemudian menatap Kaivan dengan lemah.

Tak ada tatapan dingin.

Dan tidak ada tatapan datar.

Hanya ada tatapan kesedihan dan rapuh. Ini pertama kalinya Kaivan melihat tatapan itu.

Mata yang selalu berani, dan tak tersentuh itu tiba-tiba menyiratkan ketakutan dan rapuh.

The High Class Where stories live. Discover now