Bab 20 Kepastian

960 370 24
                                    

Sam datang ke kos. Dia benar-benar datang dengan membawakan bubur ayam kesukaanku. Sungguh aku tidak menyangka dia seperhatian ini. Padahal hubungan kami selama ini memang hanya sebatas teman chat saja. Dia baik tapi memang sepertinya kami nyaman berteman seperti ini.

"Kamu sakit?"

Pertanyaan Sam membuatku menatapnya dan refleks aku menggelengkan kepala.

"Owh enggak. Aku sehat kok. Cuma capek aja."

Sam menatapku dan menganggukkan kepala. Kami duduk diteras depan kos. Seperti biasa saat aku menerima tamu.
Hari ini Sam tampak beda dia lebih kalem dan tidak banyak berbicara.

"Ini kamu udah selesai kerjanya?"

Aku menatap jaket dan helm yang dia letakkan di sebelahnya. Dia hanya tersenyum tipis dan sepertinya sedang gelisah. Dia mengusap tengkuknya berulang kali.

"Lagi males aja."

Jawabannya malah membuatku makin heran. Dia seperti ada yang mau dikatakan.

"Ada perlu sama aku? Ehmmm maksudku kamu sepertinya mau bicara "

Mendengar pertanyaanku itulah yang membuat Sam akhirnya mendongak dan menatapku lekat.

"Naz, kalau aku salah aku minta maaf ya."

"Hah?"

Tentu saja aku tidak mengerti apa yang dibicarakannya itu.

"Memangnya kamu ngapain coba?"

Dia tersenyum tapi kemudian menatapku lagi.

"Aku mau jujur sama kamu..."

"Neng Nazwa...baksonya..."

Ucapan Sam disela oleh gerobak bakso yang lewat. Membuat aku kini mengalihkan tatapan ke jalanan di depan.

"Kenyang nih, Mang. Besok aja ya."

"Baiklah. Lanjut ya Neng."

Aku mengacungkan jempol kepada abang tukang bakso dan membuat Sam kini terdiam.

"Eh gimana?"

Fokusku kembali ke Sam. Dia tampak menangkup kedua tangannya di depan.

"Aku...ehmm aku bukan...Sam."

Mataku melebar mendengar pengakuannya. Tentu saja hal itu membuat aku bingung.

"Bukan Sam gimana maksudnya?"

Dan Sam akhirnya menegakkan tubuhnya. Seperti mengantisipasi kalau aku akan menampar atau memukulnya. Dia kenapa sih?

"Namaku Andre, bukan Sam. Aku disuruh oleh seseorang dan mengaku sebagai Sam. Tadinya aku menerima karena mungkin bagiku ini hal yang sepele tapi setelah mengenal kamu, ternyata kamu baik banget dan aku tidak bisa berbohong lagi."

Aku mencoba mencerna ucapan Sam yang mengaku bukan Sam. Membuatku makin pusing.

"Maafin aku ya. Tapi kita masih temenan kan? Kamu asyik orangnya dan aku suka ngobrol sama kamu."

Dia masih mengatakan hal itu membuat aku akhirnya bisa mengerti arah pembicaraannya. Dan tiba-tiba aku marah.

"Siapa yang nyuruh kamu?"

Pertanyaanku membuat Andre terkejut. Mungkin dengan intonasiku yang seperti ini.

"Kamu marah?"

Orang yang ditipu pasti marah. Tak terkecuali aku.

"Katakan siapa?"

Aku terus mencecarnya dan membuat Andre akhirnya berdehem.

"Pak Bayu."

******

Aku benar-benar tidak mengerti apa yang ada di benaknya Pak Bayu. Kenapa dia melakukan ini kepadaku. Setelah mendengar pengakuan Sam aku segera menelepon Pak Bayu. Mengajaknya bertemu. Dia langsung mengiyakan dan mengatakan akan datang ke kos. Tapi aku memilih untuk bertemu di restoran cepat saji yang ada di dekat kantor.

"Maaf. Nunggu lama."

Suara itu mengalihkanku dari minuman bersoda yang aku pesan. Pak Bayu tampak masih mengenakan setelan kerjanya. Dasi sudah dilonggarkan tapi dia nampak lelah.

"Maaf ganggu waktu Bapak."

Aku mengatakan hal itu saat Pak Bayu menarik kursi dan segera duduk. Dia mengernyit mendengar ucapanku.

"Aku seneng kamu mau diajak bertemu. Artinya kamu udah nggak marah sama aku."

Dia mengulas senyumnya dan membuatku menghela nafas.

"Saya nggak mau basa basi Pak, langsung saja kenapa Bapak nyuruh Andre buat jadi Bapak?"

Dia tadinya tampak tidak terkejut tapi satu detik kemudian matanya membelalak.

"Andre....ehmmm..."

"Teman Bapak yang disuruh jadi Sam di aplikasi."

Jawabanku itu langsung membuat Pak Bayu paham.

"Owh, dia bilang sama kamu?"

"Bapak kenapa melakukan ini kepada saya? Kenapa membohongi saya?"

Aku mulai emosi karena responnya yang biasa saja. Seperti dia tidak melakukan kesalahan.

"Naz, kita bisa bicarakan ini pelan-pelan? Kamu jangan pakai intonasi seperti ini."

Dia mengatakan itu sambil menatap sekeliling kami yang memang sedang lumayan rame. Ah aku salah memilih tempat.

"Sekarang juga jelaskan."

Aku menekankan ucapanku meski volumenya aku pelankan.

Pak Bayu kini tampak berpikir tapi kemudian menganggukkan kepala.

"Baik, kalau itu mau kamu. Aku mau jujur."

Dia mencondongkan tubuhnya untuk lebih dekat ke arahku. Aku tidak mau menatapnya.

"Aku berhutang budi sama kamu."

Mendengar ucapannya itu akhirnya aku menatapnya dan netra kami bertemu.

"Kamu mungkin tidak ingat, saat dulu pernah menolong seorang driver online yang pesanannya terkena tipu orang. Dengan senyum kamu, dan juga keikhlasan kamu membayar semua makanan yang bukan pesanan kamu. Mulai dari situ aku menandai kamu."

Aku tidak mengerti apa yang diucapkannya. Aku memangnya pernah menolong seorang driver?

"Ada pesanan donat seharga 500 ribu. Beberapa box donat. Dan kamu yang melihatku kebingungan mencari alamat bertanya kepadaku. Saat akhirnya aku tahu itu pesanan fiktif, kamu dengan suka rela membayar semuanya. Katamu ' aku suka donat. Aku bayar saja.'"

Dan ingatanku langsung berdering. Saat itu aku memang pernah menolong seseorang yang sedang kebingungan. Tapi benarkah itu Pak Bayu?

"Sejak saat aku aku jatuh cinta sama kamu."

Mataku melebar mendengar ucapan Pak Bayu.

Dia menyugar rambutnya dan tampak kikuk.

"Ehmmm...lalu saat bertemu kamu di kantor aku sebenarnya tidak percaya diri terlebih kamu sepertinya membenciku. Makanya aku tidak mungkin membuka identitasku sebagai Sam dan...yah aku menyewa seseorang. Maafkan aku."

Aku masih diam dan tak memberi reaksi apapun. Aku bingung, situasi seperti ini aku harus bagaimana?

Bersambung

Halo lovely readers masih suasana lebaran ya maaf lahir batin buat semuanya ya.....

JODOH SESUAI APLIKASI YA..Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon