BAB 05 titik temu

1.2K 405 18
                                    


          "Kamu udah punya pacar ya?"

"Hah?"

Aku menatap Pak Bayu yang baru saja melontarkan pertanyaan itu. Dia menatapku dengan penasaran. Kok kayak aku sedang diinterogasi gini ya?

"Maksudnya?"

Kami memang masih di kantor, tapi bukan di ruanganku. Kami sudah berpindah ke kantin yang jam segini masih lumayan ada orang untuk ukuran jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sepertinya anak-anak RUME-IN lagi pada lembur. Perusahaan periklanan itu memang sering sekali karyawannya lembur bahkan ada yang sampai menginap.

"Dari tadi sibuk lihatin hp, padahal kan ada aku di depan kamu."

Aku mengernyitkan kening, tapi kemudian tersadar saat aku menunduk melihat ponsel yang memang masih menyala karena sejak tadi aku scrolling. Yah masih penasaran sama si Sam itu. Padahal juga aku nggak tahu harus cari di mana orang aplikasinya kan udah closed kalau pesanan sudah selesai. Cuma iseng aja, aku punya temen yang sma driver online gitu ini lagi nyariin kali aja dia kenal sama orang yang namanya Samudera. Beneran aku merasa berhutang sama si Sam ini.

"Owh, maaf Pak." Aku merasa bersalah karena Pak Bayu mengajak makan malam di kantin dan aku malah mengabaikannya.

Dia tersenyum kecut, lalu menyesap kopi di depannya. Tanpa mengatakan apapun lagi dia menatap pemandangan yang ada di luar sana. Kebetulan kami duduk tepat di sebelah jendela gede di kantin ini.

"Jadi emang bener ya?"

Dia kembali bertanya dan aku malah cengo. Duh, c'mon Naz, lo jangan jadi orang lola...Aku menggelengkan kepala mendengar suara di dalam kepalaku.

"Enggak?"

Pak Bayu malah mengartikan gelenganku sebagai jawaban.

Eh bentar, tadi dia nanyain apa sih?

"Enggak for?"

Oneng memang aku malam ini.

Dan kali ini Pak Bayu malah terkekeh, lalu menggelengkan kepala dan kembali menyesap kopinya.

"Kamu itu, aku tanya apa jawabnya juga apa. Seenggak fokusnya atau emang pikiranmu lagi ke cowok kamu?"

"Ih siapa juga yang punya cowok coba?"

Lah aku malah menjawab seperti itu dan membuat Pak Bayu terdiam. Kali ini dia menatapku dengan serius. Tidak ada senyum lagi di wajahnya.

"Jadi emang nggak punya?"

Kali ini aku langsung menganggukkan kepala. Lha iya kan, emang aku punya cowok? Bisa udah dikawinin dari abad lalu sama orang tuakulah.

"Pak, ini mau nyensus saya atau gimana?"

Dan Pak Bayu kembali tertawa, lalu dia malah menyuruhku menghabiskan soto pesananku dan mengajakku pulang. Aneh dia.

*****

"Samudera?"

"Iya, ada nggak gitu kamu kenal?"

Dan rasa penasaranku masih belum terpuaskan. Aku harus menemukan driver ojol itu. Lalu rasa penasaranku itu kini berlabuh di Aldo, temennya sepupuku Nisa. Jadi aku emang punya sepupu yang masih kuliah di sini, dan dia punya temen driver ojol ini. Kami memang sering bertegur sapa, sudah kenal dan malah aku sering pakai jasanya si Aldo ini kalau lagi kepepet pingin pulang ke Bandung.

Untung hari ini Minggu, jadi aku bisa janjian sama Aldo di depan kosnya si Nisa yang jaraknya hanya 2 rumah dari tempatku kos. Nisanya masih sibuk mandi saat aku sampai di sini.

"Mbak Nazwa kenapa penasaran banget sih? Naksir ya?"

Dasar.

Aku mendengus mendengar ledekan Aldo.

"Bukan gitu, tapi aku punya hutang sama dia. Ceritanya aku pesen martabak tapi ketiduran gitu, tahunya itu martabak udah diantarkan dan nggak ada ditagih juga."

Mata Aldo membelalak mendengar ucapanku. Aku berselonjor di teras depan karena memang terasnya sangat luas dan disediakan tempat duduk lesehan di sini. Nyaman dan adem juga.

"Serius?"

Pertanyaan Aldo malah mengingatkanku sama Pak Bayu semalam. Dia beneran nganterin aku sampai kos juga, padahal cuma berjalan kaki. Tapi ya nggak ada yang penting selain pertanyaan aku punya cowok itu. Selebihnya dia hanya diam dan ngomongin pekerjaan seperlunya.

"Lha iya, makanya aku cari orangnya. Hutang dibawa mati lho. Nanti aku nggak bisa masuk surga."

Jawabanku membuat Aldo menganggukkan kepala dengan serius. Saat itulah Nisa keluar dengan membawa 3 gelas es teh di atas nampan.

"Nih, pada haus kan? Minum dulu."

Dia meletakkan di depanku dan langsung saja aku dan Aldo berebut untuk minum. Haus memang.

"Jadi gimana Teh? Si Aldo kenal?"

Nisa memang sudah aku ceritain tentang si Samudera ini. Kugelengkan kepala sebagai jawaban.

"Eh bentar-bentar, aku ada tuh temennya temenku yang namanya Sam gitu tapi nggak tahu Samudera atau apa.."

Si Aldo menjawab sambil melihat ponselnya. Aku dan Nisa menunggu. Sampai akhirnya Aldo langsung menunjukkan ponselnya.

"Ini nih Mbak, momer ponselnya. Dia emang driver Cuma nggak tiap hari kayaknya."

Nah semoga beneran si Sam ini.


BERSAMBUNG

Yukk vote ment lagi ramein lagi...kembalikan keramaian dahulu kala hehe...

JODOH SESUAI APLIKASI YA..Where stories live. Discover now