BAB 10 CHATTING

1.2K 390 14
                                    


"Itu kamu beneran udah dilamar? Kok kamu nggak bilang sama Bunda? Mau ngeprank gitu?"

Pertanyaan Bunda malah membuatku menghela nafas. Pasalnya, kehadiran Pak Bayu ke sini tuh sebenarnya mau mengantarkan naskah yang katanya amburadul karena dikerjakan Mita. Omongan dia tentang ngajak nikah malah membuatku keki. Memangnya aku nggak punya harga diri apa?

"Yang penting sekarang, Bunda nggak usah jodohin aku lagi."

Jawabanku malah membuat Bunda tersenyum lebar, sementara ayah hanya menggelengkan kepala sambil menyesap kopinya. Kami sedang berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam. Sebenarnya ada adik cowokku, Nando, tapi dia sedang sibuk di kampus. Katanya ada kegiatan di sana. Alhasil kami hanya berkumpul bertiga di rumah. Pak Bayu sudah aku suruh pulang, setelah dari warung, nggak aku ijinin buat mampir ke rumah lagi. Takut diinterogasi sama Bunda.

"Kamu kok pinter dapat calon suami? Kamu nggak pake pellet kan?"

"Hust, Bunda kalau ngomong."
Itu ucapan Ayah yang membuat Bunda malah terkekeh geli lalu menepuk bahuku.

"Anak kita ini, Yah, sejak dulu kala emang pernah ada yang naksir? Orang dianya jutek gini. Makanya Bunda tuh was-was kalau Nazwa ini nggak ada yang suka. Bunda aja dulu ngejar Ayah biar dinikahin, kan kamu persis Bunda, nggak cantik. Hidung pesek, pipi tembam, badan endut."

Astagfirullah. Bunda kalau meledekku memang selalu tepat. Tapi memang aku tuh nurun dari Bunda semuanya.

Ayah langsung menggelengkan kepala mendengar ucapan Bunda.

"Bun, Ayah tuh cinta sama Bunda, nggak usah jelek-jelekin diri sendiri. Nazwa juga cantik kok. Udah, biarin Nazwa dengan pilihannya."

Ayah memang selalu bijaksana. Tapi memang sejak dulu, Bunda selalu mengatakan seperti itu.

"Kamu itu nggak cantik, kalau bisa tuh ya yang banyak senyum biar cowok tuh suka. Nggak malah galak gitu, mana ada yang mau."

Itu salah satu faktor yang membuat aku insecure. Mungkin psikis aku jadi terganggu setelah mendengar itu tiap hari.

****

Aku merebahkan diri di atas kasur, lelah. Hari ini sepertinya menguras energiku. Berpura-pura di depan Bunda memang membuat aku tertekan. Aku memeriksa ponsel dan ternyata ada pesan dari Sam. Aku lupa membalasnya.

SAM : Kamu beneran nggak ingat sama aku?

Aku membaca pesannya yang malah membuat aku berpikir. Selama ini aku tidak pernah mempunyai teman bernama Samudera. Apalagi, di profilnya tidak ada foto wajahnya.

NAZWA : Teman sekolah?

Aku mulai mengetikkan itu dan kini membenarkan bantalku agar bersandar lebih tinggi.

Beberapa saat kemudian pesan itu masuk.

SAM : Ehmmm, ya sudah kita kenalan lagi saja biar kamu ingat. Btw apa kabar hari ini? Bad day?"

Dia malah membalas seperti itu. Aku mengulas senyum. Dia sepertinya orang baik.

NAZWA : Biasa masalah klasik ibu dan anak. Sang ibu ingin sang anak menikah dan mempunyai anak.

Biarlah, aku ingin mengeluarkan unek-unek yang ada di kepalaku.

SAM : Dijodohkan?

NAZWA : Yup. Sama tuan tanah. Ceritaku kayak siti nurbaya

SAM : Wah aku mau jadi Samsul Bahrinya. Pas namaku Sam kan?

Aku tersenyum geli membaca balasannya. Dia ternyata punya selera humor juga.

NAZWA : Beneran kamu mau sama aku? Jelek loh aku

Eh... kenapa aku mengetikkan itu? Aku ingin menghapusnya tapi si Sam sepertinya sudah membacanya. Duh, kenapa aku malah jadi kayak cewek yang sedang merajuk coba?

SAM : Apa sih definisi jelek itu? Bukannya cantik itu relative. Bisa saja bagi orang lain jelek tapi bagi yang lainnya cantik. Nggak ada yang memberikan penilaian itu secara obyektif. Semuanya pasti subyektif karena sesuai dengan keinginan mereka.

Aku tertegun membaca balasan dari Sam. Huft. Klise jawabannya.

NAZWA : Tapi yang good looking pasti menang daripada yang biasa saja. Kesan pertama lho ini yang aku bicarakan. Bosku saja juga begitu. Lihat yang bening-bening saja matanya langsung berbunga-bunga

SAM : Bos kamu berarti buaya.

Aku tergelak membaca balasan dari Sam. Dia lucu.

NAZWA : Lah, emang kamu nggak buaya?

SAM : Gini deh, kita para cowok kalau lihat cewek yang cantik, body oke memang langsung tertarik. Tapi bukan itu intinya, yang aku bilang di sini tuh pribadi cewek itu. Detik pertama memang senang lihat yang bening-bening tapi penilaian selanjutnya yang menentukan. Aku tipe cowok yang langsung bisa menilai sikap seseorang.

NAZWA : Waduh, bahaya dong. Aku takut nih kalau ketemu nanti kamu langsung bisa nebak kalau aku orangnya judes.

Aku menguap karena mengantuk, tapi rasanya mengakhiri chating dengan Sam sepertinya kok rugi. Dia orang yang asyik ternyata.

SAM : Aku udah tahu kamu kan? Itu sih kenapa aku masih mencoba buat kamu ingat sama aku.

Aku mengernyitkan kening membaca balasan dari Sam. Dia siapa sih? Kok sepertinya maksa banget pernah menjadi temanku? Apa aku pernah amnesia? Sepertinya kok aku masih normal-normal saja.

Tiba-tiba ada telepon dari Pak Bayu yang membuat aku terkejut. Dia kenapa malam-malam begini telepon?

"Halo..."

"Naz, tadi nemuin flashdisk di dalam tas nggak?"

Aku mengernyit mendengar pertanyaannya. Aku melirik tas yang berisi naskah yang harus aku revisi di atas nakas.

"Bentar, Pak."

Aku meraih tas warna abu-abu dan mencari sesuatu yang dicari Pak Bayu. Flashdisk warna hitam aku temukan.

"Ada Pak."

"Alhamdulilah. Kamu simpenin ya, besok pagi aku ambil."

"Butuh banget ya Pak?"

"Iya, ada materi buat meeting besok."

Aku membayangkan dia datang ke sini besok dan bertemu dengan Bunda. Pasti terkena interogasi lagi.

"Tapi, Pak..."

"Kenapa? Kamu takut saya ajak nikah langsung?"

Semprul lah ini Bos.

bersambung

hari ini ada promo beli satu free satu loh yang berminat langsung ke wa 081255212887 dan give away di instagram ceptybrown masih berlangsung ya.

JODOH SESUAI APLIKASI YA..Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum