Bab 12 Meta vs Mita

1.2K 415 22
                                    

Pak Bayu tersenyum puas saat akhirnya Senja Pagi mau memperbarui kerjasama dengan kami. Aku akhirnya menjadi editor buat novel Senja pagi yang kemarin sempat dikerjakan si Mita. Kata Pak Bayu Mita orang baru jadi masih banyak belajar. Aku heran, kesalahan sefatal itu seharusnya membuat Mita paling enggak terkena peringatan. Tapi nyatanya dia lolos begitu saja. Bahkan tadi tanpa bersalahnya dia menyapaku dengan manis. Tidak ada permintaan maaf dari mulutnya karena sudah menyebabkan kesalah pahaman.

"Gue heran, masa Mita masih bisa berkeliaran dengan bebasnya? Padahal kesalahan dia udah fatal. Ckckck emang kalau cantik tuh dapat privilage ya."

Ocehan Ranti membuatku menganggukkan kepala. Kita lagi di kantin di jam makan siang begini. Terlalu malas untuk beranjak keluar dari kantor. Aku sebenarnya masih mengantuk.

"Cantik Ran, udah biarin aja."

Aku melahap gado-gado yang aku pesan. Sedangkan Ranti hanya memesan jus apel saja katanya sedang diet.

"Tapi, Pak Bayu niat banget ya jemput lo ke Bandung."

Ranti memang sudah aku ceritakan tentang bagaimana aku bisa masuk kerja lagi hari ini.

"Itu kan karena Senja Pagi maunya aku yang jadi editornya. Makanya Pak Bayu jemput."

Ranti menghela nafas lalu kini menunjuk arah belakangku dengan dagunya.

"Iya sih, tuh sekarang si Mita lagi tertawa genit. Pak Bayu kok nggak marah ya sama dia. Malah seneng diajak makan siang."

Aku menoleh ke arah belakangku. Dan benar saja menemukan Pak Bayu sedang duduk manis di depan Mita. Keduanya seperti sedang berbicara serius.

Aku hanya mengangkat bahu. Malas membahas Pak Bayu.

"Gosipnya sih ortunya si Mita tuh sahabatnya keluarganya Pak Ali gitu. Pantes aja ya..."

"Udah biarin aja. Mereka mau jadian atau nikah juga nggak ngaruh ke kita."

Jawabanku malah kini membuat Ranti menatapku lalu terkekeh.

"Iya kaum pas pasan kayak kita nih ya emang nggak terlihat. Muka pas, duit pas nasib nasib."

Kami tertawa karena memang itulah yang terjadi sama kami, kaum pas-pasan semuanya.

"Hei, kalian ngapain sih, kayak bahagia banget."

Tiba-tiba ada yang menghampiri kami. Jessica. Temenku yang pernah ngasih ide buat cari cowok di aplikasi dating. Dia duduk di sebelahku.

"Hai Jes, duh yang bentar lagi nikah."

Itu ucapan Ranti dan membuat Jessica tersenyum dan memamerkan cincin yang melingkar di jarinya.

"Main tinder dapat jodoh. Lo gimana Naz? Udah main belum?"

Jessica seketika menoleh ke arahku dan membuat aku menggelengkan kepala.

"Belum. Bingung."

Jessica berdecak "Sinilah gue ajarin, siapa tahu nemu kayak gue."

Dia sudah mengambil ponselku dan mengutak atik. Biarlah.

"Gue udah main Jes, tapi belum nemu yang serius. Kebanyakan main-main doang."

Itu jawaban Ranti.

"Pasang foto yang paling cantik coba."

Jessica menyarankan kepada Ranti. Lalu kembali menoleh kepadaku.

"Nih udah gue donload. Sekarang daftar gih."

Dia menyerahkan ponselnya kepadaku tapi sebelum aku menerimanya tiba-tiba ponselku sudah ada yang mengambil.

"Lho ..."

"Eh Pak..."

Aku dan Jessica sama-sama terkejut saat Pak Bayu sudah ada di sampingku dan memegang ponselku. Dia mengernyitkan kening saat membaca sesuatu di layarnya.

"Kamu ikut aku."

Sebelum aku bisa merebut ponsel itu dia malah sudah melangkah menjauh. Aku menatap Jessica dan Ranti tapi mereka juga sepertinya bingung.

"Pak...ponsel saya."

Akhirnya aku turun dari kursi dan mengejar Pak Bayu. Dia ternyata sudah duduk di pojok kantin yang dekat dengan area luar. Aku menyusulnya dan langsung duduk di depannya.

"Pak ponsel saya."

Aku mengulurkan tangan untuk mengambil ponselku.

"Kamu mainan tinder?"

Dia menunjukkan ponselku. Aku segera merebutnya dan Pak Bayu tidak menahan.

"Bukan urusan Bapak dan..."

"Jadi urusanku, Naz. Bukannya kamu calon istriku?"

Astaga.

Aku membelalak mendengar ucapannya. Dia kayaknya ngelindur.

"Pak kalau ngomong pelan sedikit."

Aku mengedarkan pandangan ke sekitar karena  suasana kantin juga sedang rame.
Pak Bayu kini bersedekap dan menatapku.

"Dan kenapa malah main tinder? Sefrustasi itu kamu?"

Dia ngomong apa sih?

Kuhelq nafasku dan kini mencoba untuk menenangkan diri.

"Bapak nggak usah sok perhatian. Kemarin itu kan cuma nolongin saya. Lagian nanti Mita cemburu kalau Bapak ada di sini."

Kening Pak Bayu mengernyit.

"Mita siapa?"

Dia amnesia.

Aku menghela nafas lagi.

"Cewek cantik yang baru aja ngobrol sama Bapak. Udah deh Pak nggak usah ngerjain saya."

Kali ini malah senyum terulas di sudut bibir Pak Bayu.

"Kamu cemburu?"

Bersambung

Yuhuuuu pak Bayu apel pagi nih ramein.

JODOH SESUAI APLIKASI YA..Where stories live. Discover now