BAB 14 MINE

1.2K 410 26
                                    


SAM : Kamu sakit?

NAZWA : Enggak, cuma masalah bulanan setiap wanita.

Pipiku terasa panas saat membaca pesan yang dikirimkan Sam. Dia kenapa bisa tahu kalau aku sakit? Semalam saja aku sudah malu saat Pak Bayu membelikanku jamu dan mengetahui kalau aku mengalami sakit saat menstruasi, eh pagi ini malah dikagetkan dengan pesan dari Sam. Padahal aku tidak memberitahu apapun kepadanya. Semalam memang dia mengirimkan pesan, tapi hanya aku jawab dengan emoticon senyum, karena saking mengantuknya efek dari sakit perut.

SAM : Jangan kerja kalau gitu.

Eh... tentu saja aku mengernyitkan kening membaca balasannya. Dia kadang seperti itu, memberi perintah dan membuat aku heran karena hubungan kami itu memang hanya sebatas teman chat. Bertemu saja aku belum pernah.

SAM : Maksudku, kalau sakit istirahat dulu. Duh aku kok kayak pacar yang posesif ya.

Kembali ada pesan darinya dan kali ini aku mengulas senyum. 

NAZWA : Iya, makasih ya. Udah baikan kok, lagian kerjaanku kan cuma duduk depan laptop. Kamu itu yang harus jaga kesehatan, kan hidupnya di lapangan terus. Ngirim pesanan.

SAM : Aku seneng kok kerja gini, bebas. Ehmm maksudku bisa main ke manapun dan menghirup udara bebas gitu. Beda kan sama yang kerja kantoran, penat.

Aku menganggukkan kepala membaca pesan dari Sam.Kali ini aku setuju, nikmat orang yang bekerja di luar ruangan memang seperti itu. Kadang kita memang kurang bersyukur sebagai manusia, mereka yang melihat kita kerja di dalam ruangan selalu merasa iri, nggak kepanasanlah, nggak capeklah. Padahal kita sendiri yang merasakan kadang memang merasa jenuh. 

SAM : Udah dulu ya, mau nganterin pesenan makanan nih. Bye...

Aku memasukkan ponsel ke dalam tas setelah Sam berpamitan. Ini aku baru akan berangkat kerja dan sudah mendapatkan pesan dari Sam. Lalu, aku melangkah keluar dari kamar dan menguncinya. Pagi begini, suasana kos memang sepi, paling hanya ada Mbak Marni, penjaga rumah yang sekarang sedang sibuk memasak. Semua penghuni kos sedang beraktivitas di luar. 

Aku menuruni tangga dan melangkah ke arah pintu. Saat membukanya, aku benar-benar terkejut karena mobil Pak Bayu sudah ada di halaman rumah. Dia jemput aku?

"Pagi, Nazwa. Gimana udah mendingan?"

Dia sudah keluar dari dalam mobil dan kini menyapaku. Saat aku melangkah mendekatinya, dia malah sudah membukakan pintu mobil.

"Bapak jemput saya?"
Dia berdecak mendengar pertanyaanku. Ah aku memang bodoh. Kenapa juga malah melukai harga dirinya.

"Enggak, tadi lewat sini jadi sekalian. Tahu kalau karyawanku ada yang kos di sini."

Jawabannya membuatku tersenyum kecut. Pak Bayu kadang memang bisa sarkas juga. Aku masuk ke dalam mobil dan duduk di jok sebelah supir. Dia menutup pintu dan berlari untuk masuk ke dalam mobil dan duduk tepat di sampingku.

"Maaf, Pak. Saya bukannya nggak menghargai, tapi kan Bapak rumahnya tuh jauh di selatan sana dan bisa langsung ke kantor, dan ini beneran jemput saja yang harus putar dua kali gitu, Pak."

Aku menatap Pak Bayu yang sudah mulai mengemudikan mobilnya.

"Kamu lupa kalau kos kamu ini di belakang kantor?"

Nah dia malah mengatakan itu. Dan aku hanya menganggukkan kepala. Lah memang belakang kantor tapi kalau pakai mobil memang harus putar gitu, lewat jalan lain. Kalau jalan kaki mah tinggal melangkah.

Sebelum aku bisa menjawab, mobil sudah terparkir di halaman kantor. Ya memang dekat sih dan aku salah menanyakan hal itu.

"Pak, bentar..."

Aku menahan Pak Bayu yang sudah mau keluar. Dia menoleh ke arahku.

"Bapak atau saya yang keluar duluan? Ini saya sungkan banget harus berangkat kerja sama Bapak. Nanti ada gosip..."

"Naz, kamu beneran udah sehat?"

Pertanyaannya malah membuatku terdiam.

"Sehat."

Dan dia tersenyum tipis lalu menggelengkan kepala.

"Udah, cepet. Kita mau telat."

Yah dan terpaksa akhirnya kami keluar dari mobil berbarengan, melangkah masuk ke dalam kantor pun bersama. Aku hampir tidak mengangkat wajahku karena takut ada yang melihat. Siapalah aku ini...

Dan benar saja saat keluar dari dalam lift, kami langsung bertemu dengan Mita. Dia menatapku penuh curiga yang ada di samping Pak Bayu.

"Pagi, Pak..."

Dia tersenyum begitu ramah kepada Pak Bayu. Dan pria di sampingku hanya menganggukkan kepala dan terus melangkah. Tapi Mita sepertinya tidak menghiraukan, karena langsung mensejajari langkah Pak Bayu dan membuat aku memelankan langkahku. Biarlah, mungkin memang ada yang akan mereka bicarakan. 

Aku bisa melihat Mita terus berbicara dengan Pak Bayu yang hanya menganggukkan kepala. Aku memilih untuk berhenti sebentar, sampai mereka berbelok dan tidak terlihat baru aku meneruskan langkahku. Tapi saat aku sudah akan sampai di pintu kantor, Mita tiba-tiba mencegatku.

"Naz...."

"Astaga..."

Aku benar-benar terkejut dengan Mita yang sudah berdiri di depanku persis. Loh dia datang dari mana coba?

"Aku mau ngomong."

Dia mengangkat dagunya dan kini bersedekap di depanku.

"Ya?"

"Kamu tahu kan? Aku dan Pak Bayu itu sudah bertunangan."

Dia menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Aku mengernyitkan kening/

"Jadi, tolonglah jauhi dia. Pokoknya, Mine...."Setelah mengucapkan itu dia segera pergi meninggalkanku. Ah apalagi ini? Sungguh, sebenarnya aku malas dengan konfrontasi seperti ini.

BERSAMBUNG

 LAH KALAU MAU LANJUT RAMEIN DULU YUUUKKK

JODOH SESUAI APLIKASI YA..Where stories live. Discover now