Bab 08 Playing victim

1.1K 389 40
                                    

"Belum malam minggu kenapa udah pulang? Atau mau kasih kabar ke Bunda kalau mau ada yang ke sini?"

Aku baru saja masuk ke dalam rumah saat Bunda sudah bertanya seperti itu. Kucium tangan dan pipi bunda lalu duduk di sofa. Lelah.

"Nazwa ambil cuti, kok."

Memang cuti. Tapi dipaksa sama si bos. Aku tidak mau membantah apapun, toh memang buktinya itu naskah ada di tanganku. Lagipula Senja Pagi juga sudah memutuskan kerjasama, membela apapun pasti akan kalah. Tinggal menunggu saja, Pak Bayu pasti tahu kalau sebenarnya yang mengedit itu si Mita. Kalau dia lihatnya pakai mata batin bukan mata telanjang. Kalau seperti itu aku sudah kalah.

Cantik.

Seksi.

Dan licik.

Semuanya kan ada di Mita. Jadi daripada capek-capek mending aku ambil saja itu jatah seminggu cuti. Atau skorsing deh lebih tepatnya. Makanya aku memilih pulang ke Bandung saja.

"Kirain Bunda dibawain calon mantu."

Aku menghela nafas, selalu saja seperti ini.

"Bunda pingin mantu yang kayak apa deh? Sini Nazwa cariin."

Aku langsung merogoh kantung celanaku dan mengambil ponsel. Membuka salah satu aplikasi dating yang sempat aku download tapi belum aku gunakan.

"Lha emang bisa cari lewat hp?"

Kuanggukan kepala. Aku saja baru tahu ini. Aku membuka aplikasi itu dengan hati-hati. Tapi bunda malah sudah menepuk tanganku.

"Kamu itu cari suami kayak mau order makanan aja. Udah nggak usah. Bunda punya calon buat kamu."

Aku melongo mendengar ucapan bunda.

"Bun, aku nggak mau dijodohin sama anaknya Tante Tiwi."

"Bukaaan. Ini ada yang lain."

Waduuuhhh. Bahayaaa ini.

****

Untung sorenya Bunda ada acara arisan di tetangga sehingga aku terbebas dari ketemu sama siapapun yang Bunda jodohkan.
Aku mengurung diri di dalam kamar dan memainkan ponsel saat tiba-tiba ada telepon dari Pak Bayu.

Males.

Tapi makin aku abaikan, ponselku terus menjerit-jerit.

"Halo..."

"Nazwa?"

"Bukan."

"Eh...."

Rasain.

"Bercanda kan kamu?"

"Lha Bapak maunya gimana?"

"Waduh galak bener. Gini Naz, masalah kemarin saya sudah mendapatkan kejelasannya. Si Mita ngaku kalau yang edit itu dia. Tapi katanya kamu yang minta ya? Buat edit naskahnya Senja. Katanya kamu..."

Heh? Ada apalagi sih?

"Bentar Pak... maaf ya ini. Kemarin kan saya bilang, saya tidak mengedit naskah itu dari pertama. Dan saat saya terima naskah itupun si Mita yang minta bantuin. Saya orangnya nggak tegaan Pak, makanya saya terima. Tapi saya belum menyentuh itu naskah sampai Bapak panggil."

Ada jeda beberapa saat. Biarin deh. Males aku ngurusin masalah seperti ini. Yang ada pasti yang menang ya si Mita itu. Sekarang saja sudah playing victim begini.

"Saya tahu."

Eh dia jawab apa?

"Saya  tahu dari awal. Cuma kenapa kamu nggak membantah kemarin? Saya cuma mau menguji, Mita dan kamu."

Emosiku mulai naik nih.

"Dan sekarang sudah terbukti siapa yang baik dan benar."

"Maksudnya Bapak itu...."

"Selamat cuti ya, Naz. Istirahat aja."

Sebelum aku menjawab sambungan sudah diputus.

Ini tuh gimana sih sebenarnya?

Pak Bayu lagi ngetes aku?

Kuletakkan ponsel ke atas bantal. Lalu membaringkan tubuh lagi di atas kasur. Rasanya kok ada yang aneh.

Notifikasi pesan membuat aku menoleh ke ponsel.

Sam : Nggak marah kan?

Ada pesan dari si Sam itu. Aku jadi ingat ingin bertanya dengannya.

Nazwa : Enggak. Belum kenal kok marah. Eh tapi kamu kenal sama aku dari mana ya?

Duh kenapa kok aku jadi kayak anak smp sedang kenalan gini ya bahasanya.

Sam : Kamu beneran lupa sama aku?

Balasan berikutnya malah membuatku mengernyitkan kening. Ini kenapa hari ini pada ngajakin main tebak-tebakan sih.

Aku baru saja mau mengetik tiba-tiba Bunda memanggilku.

"Naz... sini ke depan. Ada yang cariin."

Teriakan Bunda tentu saja membuat aku beranjak bangun.

"Iya, Bunda."

Wah siapa coba yang cariin aku?

Bersambung

Bukan ngeprank lho kalau dikit. Ini ketik langsung di sini dan no edit no baca ulang dan terburu- buru mumpung si kecil nggak ada di dekat author. Jadi maklum aja yang penting masih bisa update.

JODOH SESUAI APLIKASI YA..Where stories live. Discover now