42 🌱

109 47 16
                                    


***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Kakak kenapa lebih pilih kost, rumah orang tua Kakak kan sudah ada di jakarta sekaranf" Olivia berucap setelah mereka sudah berada didalam mobil, dan sekarang sudah duduk nyaman.

"Biar gak boros ongkos, karena jarak rumah dan kampus lumayan jauh, dan kendaraan umum seperti halte atau stasiun lokasinya jauh" jelas Sinta.

"Oh gitu..." jawab Olivi.

Sinta hanya mengangguk.

Setelah tadi menunggu Olivia dan pacarnya kembali dari tempat makan, Sinta langsung mengajak Olivia untuk segera pulang, karena Olivia akan menginap di kostnya. Sebelumnya gadis itu akan kerumah Robby, tapi Abangnya itu tidak ada di rumah, jadi lah dia putuskan menginap satu malam di kost Sinta.

Bukannya tidak ada yang mengantar atau malas berkendara ke Bogor tempat rumahnya berada, Stephen siap mengatar tapi Olivia tidak ingin pulang malam ini. Alasan utamanya sih Arka dan Alenna tidak mengizinkan anak gadisnya pulang malam malam, apalagi sendirian. Dan jika ia pulang dengan Stephen, ia ragu tidak akan du marahi. Karena ia belum mengenalkan kekasihnya itu. Dan perjanjiannya dengan Bunda dan Daddynya, sebelum umur 20 tahun ia belum boleh berpacaran.

Sedangkan sekarang umurnya masih 18 tahun, dan Olivia sudah mempunyai pacar. Terhitung sudah hampir 5 bulan ia berpacaran dengan Stephen.

Dan ngomong ngomong tentang Stephen. Benar sekali Sinta mengenal lelaki itu, wajahnya benar sama dengan Stephen yang ia kenal dulu sebelum ia mengenal Robby.

-----
Sedikit cerita, waktu itu Sinta sedang aktif olahrga di tempat Gym dengan salah satu temannya waktu kerja dulu. Dan di tempat itulah ia mengenal lelaki yang bernama Stephen. Hingga beberapa kali bertemu di kelas spinning dan body pump. Semenjak itu pula Sinta mulai mengagumi sosok Stephen.

Stephen adalah seorang mentor atau coach atau bisa dibilang pelatih ditempat Gym, dan pertemuan Sinta dengan dia itu tidak setiap hari melainkan satu kali dalam seminggu. Tapi entah karena hal apa Sinta mulai suka dengan lelaki itu. Jika di pikir kembali tidak ada hal spesial yang mengarah pada perasaan atau tingkah Stephen yang membuatnya luluh atau pendekatan seperti hubungan lelaki dan perempuan.

Tapi namanya hati dan perasaan tidak bisa di tentukan, atau memilih harus jatuh pada siapa dan karen hal apa, semuanya tidak bisa direncanakan dan ditebak. Dan itulah yang dirasakan oleh Sinta.

Hingga suatu ketika, Sinta memberanikan diri mengungkapkan perasaannya pada Stephen, tapi ia menyampaikannya tidak secara langsung. Melainkan lewat pesan lada surat surat kecil yang berbentuk pill atau biasa digunakan sebagai wiss jar kapsul.

Dan berbeda dengan kisahnya sebelumnya yang mendapag balasan tolakan dari lelaki. Tapi kala itu ia tidak mendapat respon apapun dari Stephen, baik itu tolakan atau hal lainnya, tidak sama sekali.

[END] The Handsome CEO and Ordinary GIRL "different " ✔Where stories live. Discover now