sembilan

2.1K 244 10
                                    

Mau tahu hal yang paling kubenci selain ketiak basah saat cuaca panas? Dilihat sebagai mangsa empuk. Kini semua orang tahu kalau aku merupakan sepupu Romeo alias pengkhianat menjijikan. Manusia-manusia tolol. Dipikir aku tidak ada kerjaan lain selain mengurusi drama ego para lelaki yang tidak pernah berkesudahan?!

Ternyata pepatah yang mengatakan kalau roda terus beputar memang benar adanya. Statusku sebagai cewek paling dipuja langsung lenyap begitu saja. Sucks.

Aku sudah terbiasa dihujami tatapan penuh iri dengki maupun benci, jadi aku tidak terlalu peduli. Namun tidak pernah satu kali pun terlintas di kepalaku kalau aku, Amora Seraphine, akan menjadi korban perundungan murahan seperti yang sering muncul di sinetron berbudget rendah.

"Sialan!" seruku kesal saat air comberan menjijikan itu mengotori seluruh jengkal tubuhku. Aku sudah hendak menerjang maju untuk memberi bogeman kepada jalan-jalang gila itu, tapi seseorang sudah lebih dulu merenggut kerah seragamku kuat dari belakang.

"Hey, Bitch. Lihat kondisi lo sekarang. Coba aja dulu lo nggak nolak gue, pasti bakal gue lindungin." Wajah buruk rupa Ruben masuk ke indra penglihatanku. Melindungi apanya?! Manusia dengan burung kecil itu tidak akan bisa melindungiku bahkan dari kecoa terbang!

Yang tidak kusangka selanjutnya, Ruben memajukan wajah untuk melumat bibirku kasar. Gila! Ini sudah keterlaluan! Aku sontak mendorong dadanya menjauh dan memberi tanparan kuat pada pipi.

"Anjing!" seruku marah dengan wajah memerah.

"Amora!" Itu suara Sam!

Detik selanjutnya, semua berlangsung sangat cepat. Aku bahkan belum sempat menemukan eksistensi sahabatku. Pekikan terkejut para murid—terutama anak perempuan—menjadi hal pertama yang kutangkap. Alasannya baru berhasil otakku proses setelah beberapa saat berlalu.

Gama dengan mudah membanting tubuh Ruben ke tembok, tanpa ragu mencekiknya hingga cowok menyedihkan itu megap-megap bak ikan koi. "Lo bosen hidup?" Jangankan Ruben, bulu kudukku saja berdiri!

"Jadi bener mereka berdua pacaran?"

"Cocok, deh. Yang satu kriminal, yang satu pengkhianat."

Bacot!

Aku menggigit bibir, menatap Gama ngeri. Kan tidak lucu kalau ada adegan pembunuhan di sekolah. "Gam .."

Aku memekik samar saat Gama membuka kasar loker di dekat kami, melempar isinya ke arah cewek-cewek tolol yang secara tidak tahu malu menggosipi kami. "You're right. Dan seharunya, lo tahu lebih dari siapa pun, dong, sedang berurusan sama siapa?"

Bak di sinetron berbudget rendah (lagi), Gama bergerak ke arahku dan menggandeng tanganku erat, berjalan melewati para manusia rendahan yang kini menatap kami dengan mata penuh binar.

"Tunggu, tunggu!" Aku menghentikan langkahnya saat kami sudah tiba di sudut yang sepi. "Lo kenapa, sih? Lo mendadak jatuh cinta sama gue? Kenapa sekarang sikap lo—"

"Do you have any other choice?" Gama berbalik dan menatapku lurus. "Saat ini, Princess, hanya gue yang bisa membantu lo."

"Ya, tapi, kenapa?!" kataku gregetan. "Kemarin, lo masih menatap gue dengan jijik. Kalau lo bilang lo mendadak jatuh cinta, gue nggak akan sebego itu untuk percaya."

Gama menelengkan kepala, menatapku seakan-akan tengah memberi penilaian. "Playing hero is fun. Dan lo cantik."

Aku menyentak tangan Gama kasar, "Apa ini ada hubungannya sama kejadian di gudang kemarin? Apa gue kelihatan semenyedihkan itu di mata lo?"

"Is that important?"

"Buat gue iya!" Intonasi suaraku meninggi. Banyak hal terjadi hari ini dan simpati menyedihkan Gama sama sekali tidak membantu. "Nevermind. Let's talk again later. Emosi gue lagi nggak stabil." Aku sudah akan pergi, tapi Gama kembali menahan pergelangan tanganku.

Bad ReputationWhere stories live. Discover now