Penyerangan Kembali

8 0 0
                                    


Sudah dua hari raja Deo dan para antek-anteknya tidak menampakkan diri. Hal itu membuat mereka semua semakin was-was. Kota benar-benar sepi, seperti tidak berpenghuni, bahkan pemerintah kota terlihat tidak melakukan pergerakan apapun untuk menangani kota.

Semua sekolah tutup, karena pihak sekolah cemas akan terjadi hal yang membahayakan nyawa siswa, apabila mereka tidak menutup sekolah untuk sementara waktu. Kejadian ini benar-benar meresahkan, semuanya menjadi kacau.

"Apa yang harus kita perbuat sekarang?" Tanya Helena.

"Kita tunggu sampai malam ini, apabila tidak ada pergerakan aku akan memberikan suatu rencana pada kalian." Jawab Elvano.

Zavanya mengernyit mendengar Elvano, kali ini ia benar-benar agak kecewa dengan jawaban darinya. Terkesan sangat santai dan terlalu pikir panjang. Ia pun pergi meninggalkan ruangan, disusul oleh Aeera, Cherylda, dan Aldrich.

Malam tiba...

Seorang anak kecil yang kemarin Zavanya tolong, diam-diam pergi ke sebuah pintu darurat manor. Satu-satunya jalan yang tidak tertutup magis. Anak kecil itu keluar, memetik beberapa bunga mawar yang terlihat sangat cantik karena terkena sinar rembulan malam itu.

"Ini cantik, aku akan memberikannya pada kak Zavanya nanti." Girangnya.

Anak kecil itu mendengar suara-suara hewan kecil dari tumbuhan yang ada di sebelahnya. Karena takut ia pun berhenti memetik bunga dan segera berlari. Ia menutup pintu, dan langsung meninggalkannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Elvano agak gugup malam itu, entah kenapa ia sangat sulit tidur dan hanya berdiam di balkon manor. Zavanya merasa sangat malas mengajak bicara Elvano, sepertinya tidak akan didengarkan sama sekali olehnya.

"Tidaaaak"

"Ampuuun"

"Makhluk apa lagi iniiiiii"

Teriakan-teriakan itu mengejutkan Elvano, segera ia berlari untuk melihat apa yang sedang terjadi. Saat baru membuka pintu, puluhan kelelawar sudah memenuhi seluruh manor. Zavanya dan yang lainnya terlihat sangat kebingungan, wajah Helena dan lengan Aldrich terluka kecil, karena serangan kelelawar itu.

Aeera hanya terdiam, dirinya membeku melihat semua kelelawar itu. Elvano segera mengeluarkan magis api untuk mengusir kelelawar itu, kelelawar mati satu persatu, namun jumlahnya tidak berkurang, malah semakin bertambah.

Zavanya, dengan magis alamnya segera membuat sebuah bola dari akar tumbuhan untuk melindungi semua manusia yang ada disana.

"Cepat lakukan sesuatu, aku akan mengurus orang-orang," teriak Zavanya.

Helena menggunakan magis bayang suara untuk menyerang kelelawar itu agar telinga dan kepala mereka kesakitan. Namun, itu tidak sepenuhnya berhasil.

Zavanya membawa orang-orang ke kamar rahasia tepat dibalik perpustakaan pribadinya. Hanya itu satu-satunya tempat yang aman sekarang.

"Dengarkan aku kalian semua harus berada disini, jangan pedulikan kami, percaya saja kalian akan aman," tegas Zavanya.

Zavanya langsung berlari untuk membantu yang lainnya melawan kawanan kelelawar itu. Zavanya menjerat satu persatu kelelawar itu. Cherylda menggunakan magis archery, memanah satu persatu kelelawar dengan panah tak kasat matanya.

Aldrich, menggunakan magis tanah berusaha sekuat mungkin menahan kelelawar-kelelawar yang berjatuhan agar tidak bisa terbang kembali. Sedangkan Zian, menggigit satu persatu kelelawar dan mencabik-cabiknya.

"Sial, jumlah mereka semakin banyak saja, kita tidak bisa seperti ini." Erang Helena.

"Sepertinya mereka berasal dari bawah, mungkin dari pintu darurat manor." Teriak Zavanya.

"Aku akan memeriksanya, kalian bertahanlah," ucap Aldrich berlari menuju pintu darurat.

Ternyata benar, semua kelelawar itu berasal dari pintu darurat. Tanpa basa-basi Aldrich segera menutup pintu dan membuatnya melapisinya dengan magis yang ia punya. Kelelawar itu pun tidak ada yang masuk lagi.

Kendati demikian, kelelawar-kelelawar itu tiba-tiba bersatu dan berubah menjadi 3 kelelawar berukuran besar sekitar 2 meter panjangnya.

"Sial kenapa mereka tiba-tiba berubah menjadi Ahool." Umpat Aldrich.

"Kurasa aku bisa mengatasi ini, tapi aku butuh waktu." Celetuk Aeera.

Helena mengangguk dan langsung meminta Zavanya serta Zian untuk mengulur waktu. Sementara Elvano, Aldrich dan Cherylda akan memancing salah satu kelelawar untuk mengetahui siapa mereka sebenarnya.

"Kemari kau kelelawar jelek, kejarlah aku." Teriak Aldrich.

Zavanya terkekeh kecil mendengarnya, "Baiklah ini saatnya untuk magisku yang hijau."

Segera Zavanya membuat akar berduri dari dalam tanah, menusukan duri-duri ke tubuh Ahool. Namun seketika, tubuh Ahool yang terluka kembali pulih. Zian mencoba untuk mencabik tubuh Ahool, namun sia-sia ia melakukannya.

Tiba saatnya, Aeera berdiri dari tempatnya, memejamkan mata. Cahaya putih berpendar dari tubuhnya, punggungnya mengeluarkan sayap. Ia langsung mengibaskan sayapnya, terbang dengan Anggun. Mengangkat kedua tangannya, mengarahkan seluruh magis yang ada dalam dirinya pada 3 Ahool yang tengah menyerang teman-temannya.

Ketiganya langsung terpental, tak ada perlawanan lagi. Ahool-ahool itu perlahan berubah menjadi manusia, 2 laki-laki dan 1 perempuan, yang tubuhnya sudah babak belur dan tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan Anggun, Aeera turun, dan langsung pingsan karena tubuhnya melemah setelah melakukan itu.

"Aku akan urus Aeera, kalian uruslah 3 makhluk sialan itu." Ucap Cherylda, sengit.

Aldrich mengepalkan kedua tangan, mendekat dengan tatapan yang penuh dengan amarah. Manusia jelmaan Ahool itu mundur perlahan, karena takut pada Aldrich. Zavanya mengikat mereka dengan akar tanaman dengan sangat erat, sedikit usil, ia membuat akar yang membelit ketiga manusia itu ditumbuhi bunga-bunga daisy berwarna merah muda.

"Siapa kalian? Kenapa kalian menyerang kami? Bukankah kerajaan siluman tidak ada masalah dengan kami," cecar Zavanya.

Ketiganya hanya diam saja, sambil menatap sengit Zavanya. Zian yang kesal dengan tatapan itu, langsung menarik rambut salah satu dari ketiganya, memaksa untuk menjawab pertanyaan Zavanya.

"Kau anak muda sialan. Lepaskan rambutku, aku akan menjawabnya."

"Lalu, cepat sebutkan juga namamu, aku ingin segera mengukirnya di batu nisan dengan cakarku." teriak Zian.

Dengan nafas yang terengah dan takut, ia menjawab, "Aku dan adik-adikku adalah utusan raja Wolf, yang mulia Deo. Yang mulia memintaku untuk menyerang manor ini."

"Menarik, ternyata kerajaan Siluman berkhianat pada Drimtherra." Desis Helena.

"Katakan siapa nama kalian sekarang!!" Bentaknya.

Mereka bertiga hanya terdiam, saling memandang, dan menatap marah pada Helena dan Zian. Zavanya sangat kesal dengan tingkah makhluk itu, ia membuat ikatan akar semakin erat dan membuat badan mereka semakin sakit.

"Katakan nama kalian, atau ikatan itu akan semakin mencengkeram tubuh kalian." Ancam Zavanya.

"Baa..bbb...baik, aku akan mengatakannya," ucap si perempuan, dengan nafas terengah.

"Keduanya adalah kakak dan adikku, yang disebelah kiriku adalah kakaku, Kaasib. Sebelah kananku adalah adiku, Alton. Dan aku adalah, Kania" Sambungnya, ketakutan.

Elvano menarik nafas, mendekatkan dirinya perlahan. Lalu bertanya, "Kenapa kalian melakukan ini? Ini sama saja sebuah pengkhianatan bagi Drimtherra."

"Kkk..kkami, melakukannya karena ayahmu. Ayahmu, tidak adil, Drimtherra tidak adil." Sentak Kania.

"Aku tahu itu, kumohon jangan berkhianat. Aku yakin sebentar lagi, peraturan Drimtherra akan berubah, percayalah padaku.

Kaasib, tersenyum miring, berdecak, seraya berkata, "Omong kosong, pangeran sialan, kau sama saja dengan ayahmu." Mengeluarkan bola asap berwarna abu-abu, melemparnya ke arah mereka, seketika tiga siluman Ahool itu menghilang.

"Ah, sial. Mereka benar-benar makhluk bodoh, kita terlalu baik pada mereka." Sesal Aldrich.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Unicorn Prince And The Drimtherra KnightsWhere stories live. Discover now