Saatnya Kau Kembali

3 0 0
                                    

"Zi, tenangkan pikiranmu, aku tahu ini sulit, tapi kau pasti bisa."

"Terima kasih."

Zian merebahkan tubuh di ranjang, menghela nafas dan mencoba menenangkan diri. Sulit untuk menerima keadaanya saat ini. Ia ingin sekali bercerita apa yang selama ini ia alami pada ibunya, namun takut ibunya akan jatuh sakit karena mendengar cerita Zian.

***

"Kau terlihat sangat lesu, sayangku, ada apa? Apakah ada yang menganggu pikiranmu?" Tanya Sifabelle.

"Tidak ibu, aku hanya sedikit sakit saja," jawab Zian, dengan mata sayu.

"Kalau begitu, kau tidak usah pergi ke sekolah saja, beristirahat." Pinta Sifabelle.

"Ah tidak, aku tidak selemah itu, ibuku sayang," ucap Zian, tersenyum manis.

Zian hanya termenung sejak pagi hingga pulang sekolah. Saat sedang terdiam di kelas, tiba-tiba Aeera datang dan memberikan susu juga sandwich padanya. Aeera tersenyum, lalu berkata, "Makanlah, aku tahu kau belum makan sama sekali."

Zian mengangguk melihat Aeera yang sedikit berubah, ia tidak mau berpikir lebih tentang perasaan Aeera padanya. Ia yakin Aeera tahu bagaimana perasaanya, namun sikap Aeera barusan hanya sekedar peduli padanya.

Karena rasa bosan, Zian keluar kelas dan pergi ke lapangan basket. Ia bermain basket, tapi karena sedang stress, ia jadi tidak terlalu fokus dalam permainan. Tiba-tiba seorang laki-laki yang selama ini memang tidak suka dengan Zian, menyerang Zian dan mencemoohnya.

Zian yang sedang stress, sangat mudah tersulut emosi. Ia langsung memukul wajah temannya. Ia tidak sadar fisiknya mengalami perubahan. Semua siswa yang mendengar keributan, langsung berbondong ke lapangan, untuk melihat perkelahian itu.

Mereka menyadari semua keanehan dalam tubuh Zian. Sontak mereka langsung mengeluarkan ponsel dan memotretnya, dan mungkin sebentar lagi akan muncul di berita sekolah dan menjadi heboh.

Elvano dan Aldrich langsung bergegas masuk ke lapangan, mereka langsung memisah keduanya dan membantu menyadarkan Zian. Zian tersadar dan langsung menenangkan diri, perkelahian itu pun berhenti.

Zian melihat ke sekeliling dengan perasaan yang campur aduk dan nafasnya terengah-engah. Ia tidak tahan dengan perkataan anak-anak lain, yang terus menyebutnya sebagai monster. Ia langsung berlari, kabur dari sekolah.

"Zian, tunggu." Panggil Zavanya, tapi tak dipedulikan.

Kabar tentang Zian menyebar dengan cepat, ia benar-benar frustasi. Hal ini dijadikan kesempatan emas oleh Helena, untuk mendekati Zian. Sekarang ia dikucilkan dan dianggap monster oleh semua anak.

Zian datang ke manor, menemui Elvano dan lainnya. Dengan nafas terengah, dan pikiran yang sudah acak-acakan, ia menyatakan diri, "Aku adalah bagian dari kalian sekarang."

Mereka semua sontak tersenyum bersama, akhirnya Zian mau bergabung dengan mereka. Sekarang yang menjadi fokus mereka adalah memastikan bahwa Aeera adalah manusia Blast Blood yang mereka cari, lalu mereka bisa fokus untuk mencari benda lindung.

"Aeera? Kalian pasti bercanda, tak mungkin gadis sepertinya, malah memiliki magis paling kuat diantara kita," bantah Zian, mengernyitkan dahi.

"Kau tahu, justru terkadang yang terlihat lemah, adalah yang paling kuat," balas Cherylda, menepuk punggung Zian.

Perkataan Cherylda benar, hal itu membuat Zian semakin penasaran. Helena yang memiliki insting paling kuat dan kecerdasan yang paling tinggi saja merasa sangat yakin bahwa Aeera lah yang selama ini mereka cari.

"Besok kita akan menemui Aeera, aku merencanakan cara yang sedikit halus untuk memancing magisnya." Jelas Helena.

"Baik, besok aku akan ikut dengan kalian, aku ingin melihat cara halus seperti apa yang akan digunakan," sindir Zian, sambil melirik ke arah Helena.

Unicorn Prince And The Drimtherra KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang