Pesta Negeri

27 1 3
                                    

Kerajaan Unicorn tengah mempersiapkan pesta negeri Drimtherra yang akan dilakukan dua hari lagi, pesta ini dilakukan selama 17 tahun sekali, untuk mengumpulkan semua raja-raja dan keluarga kerajaan dalam satu tempat, bahkan semua rakyat negeri juga ikut memeriahkannya, di pelataran kerajaan.

Pangeran Elvano sedang termenung dikamarnya, memikirkan kenapa kerajaan Unicorn selalu saja menjadi tuan rumah pesta negeri, padahal dalam negeri Drimtherra terdapat banyak kerajaan.

"Kenapa-kenapa kerajaan-kerajaan itu tidak melakukan perundingan untuk melakukan pergiliran menjadi tuan rumah, bukankah terasa adil jika begitu, semua ini membuat kesan bahwa semua kerajaan harus tunduk pada kerajaan Unicorn," batin Elvano, dengan kerutan di dahi dan berpangku tangan sembari berpikir.

Pangeran keluar kamar dan melihat ke sekeliling kerajaan, melihat semua orang yang tengah sibuk mempersiapkan pesta untuk negeri Drimtherra. Pangeran merasakan ketidakadilan pada para pekerja itu, karena mereka semua bekerja keras untuk kerajaan, namun pada saat pesta nanti mereka hanya akan merayakannya di luar.

Elvano pergi ke kamar raja, untuk menemui ibunya, ratu Eilaria. Ratu tengah menyulam sebuah kain untuk diberikan pada para putri kerajaan yang akan datang besok. Ratu tak berharap lebih, dan tak menginginkan apapun, ia benar-benar tulu berniat ingin memberikan kain sulaman itu pada putri-putri kerajaan lain.

Elvano tersenyum melihat paras cantik dan ketulusan hati ibunya itu. Ia pun berjalan menghampiri ibunya, dan tersenyum sambil duduk di dekatnya. Ia mengambil salah satu kain sulaman, dan melihatnya, disana tertulis nama "Helena Garzia".

"Putri dari kerajaan Siren?," batin Elvano.

Ratu Eilaria melihat ke arah Elvano yang terlihat keheranan. Eilaria menyentuh pelan kepala putranya dan bertanya dengan suara yang lembut, "Kenapa putraku? Apa ada yang salah dengan kain itu?"

"Tidak, tidak ada, aku benar-benar kagum padamu ibuku, kau membuatkan sulaman untuk seorang putri dari kerajaan yang sering direndahkan, betapa baiknya hatimu ibuku," puji Elvano dengan senyum yang lebar sampai matanya benar-benar menyipit.

"Tidak ada alasan untuk tidak memberi putri Helena dan kedua kakaknya, ibu pernah melihatnya, dia benar-benar seorang gadis yang terlihat sangat pemberani, cantik, dan juga cerdas," ucap Eilaria.

***

"Oh tidak ini benar-benar menyebalkan, semua gaun kita berwarna hitam dan ungu, aku sesekali ingin berpakaian dengan warna-warna yang cerah," keluh Deolinda.

"Ya, benar, setiap hari hanya ada hitam dan ungu, memuakkan," timpal Arabelle.

"Kalian berdua, diamlah, pakai saja apa yang ada, percuma saja, disana pasti kita akan dikucilkan, jadi tidak usah pentingkan penampilan," sela Helena, dengan raut muka kesal.

Helena benar-benar sangat membenci pesta itu, walaupun belum pernah pergi ke pesta negeri sebelumnya, ia yakin pasti akan banyak orang yang meremehkan dan mengucilkan rakyat siren karena fakta tentang kerajaan gelap yang cantik itu.

Helena pergi ke kamar ibunya, ratu Lunara. Matanya menatap tajam ibunya, yang tengah memilah gaun untuk dipakai ke pesta negeri. Bahkan saat dirinya mengkhawatirkan keluarga dan seluruh rakyat kerajaan Siren, mereka semua malah tidak peduli jika nanti dicaci, dihina, dan direndahkan.

"Kenapa ibu terlihat bersamangat? Bukankah ibu tahu bahwa mereka semua akan mengucilkan kita," celetuk Helena dengan nada yang sangat datar.

"Oh putri cantikku, ahahaha dikucilkan? Itu hal yang sudah biasa putriku, yang bisa kita lakukan hanyalah menikmati pestanya saja, jadi santai saja," jawab Lunara sambil tersenyum ke arah putrinya yang seolah tidak percaya apa yang dikatakan oleh ibunya.

Helena langsung keluar kamar tanpa sepatah katapun. Lunara hanya tersenyum canggung dengan alis yang terangkat dan menggelengkan kepalanya, melihat kekecewaan di mata putri bungsunya itu. "Kau akan mengerti sendiri nanti, nak, kenapa ibu mengatakan hal itu."

Helena pergi ke kamar dan merebahkan tubuhnya sambil menyangga kepala dengan kedua tangannya. Dia melihat ke arah jendela kamar, disana hanya ada langit yang gelap, awan hitam, dan tumbuhan berduri yang nampak kering dan akan mati.

"Kenapa kerajaan ini benar-benar gelap? Bahkan saat siang hari, awan dan langit-langitnya tidak secerah langit-langit kerajaan lain," batin Helena.

Arabelle, kakak tertuanya, masuk ke kamar dan tidur disampingnya, sambil mengusap pelan kepala. Helena hanya terdiam dan sesekali menatap kakaknya, yang terlihat sangat sayang padanya. Arabelle sendiri tahu apa yang sedang ada di pikiran Helena sekarang.

Arabelle tidak berbicara sepatah katapun selama 15 menit, hanya terdiam sambil mengusap kepala adiknya yang sedang termenung itu. Beberapa menit kemudian Arabelle berbicara pada adiknya, "Aku tahu kau memikirkannya, cacian, hinaan, dan hal buruk lainnya, tapi percuma saja, kita akan tetap dianggap rendahan."

Helena menghela nafasnya pelan lalu menatap ke arah kakaknya, dan mengangkat setengah badannya, "Ya, tapi setidaknya kita bisa menghindari hal itu semua dengan tidak pergi kesana."

Arabelle tersenyum dengan tipis lalu berkata, "Ya mungkin kau benar, tapi sejahat apapun mereka, adab, sikap, dan rasa syukur harus diutamakan, pesta negeri adalah wujud sikap sopan kita menghargai semua makhluk, dan wujud rasa syukur kita."

Helena terdiam dengan perkataan kakaknya, kali ini dia tidak bisa menjawab perkataan kakaknya itu. Dia terdiam dan menatap mata kakaknya, dan mengangguk-angguk pelan seperti menerima semua perkataan kakaknya.

Dua hari berlalu

Semua keluarga kerajaan dan seluruh rakyat tengah bersiap untuk memeriahkan pesta negeri di kerajaan Unicorn. Mereka memakai pakaian-pakaian terbaik mereka. Dan saling memuji satu sama lain.

Semuanya sudah berkumpul di pelataran istana dan juga didalam istana. Setelah raja Alarich selesai memberikan sambutan dan juga beberapa patah kata, mereka semua akhirnya bisa menikmati pesta dan juga mengobrol sepuasnya.

Sifat ceria dan mudah bergaul, membuat putri Pony, Cherylda mudah mencari teman disana. Ia langsung akrab dengan putri dari kerajaan Lion dan Tiger. Sedangkan pangeran Pegasus, Aldrich sibuk menggoda putri dari kerajaan Fox.

"Fricia benar-benar seorang rubah, kecantikanmu sungguh menggodaku," ucap Aldrich dengan manisnya.

"Terima kasih pangeran Aldrich, kuakui kau tampan, tapi sifat penggodamu membuatku muak dengan sekali melihatmu, aku lebih tertarik pada pangeran Elvano," jawab Fricia, sambil melangkah pergi meninggalkan Aldrich.

Ratu Eilaria membagikan rajutannya itu untuk semua putri kerajaan yang datang. Mereka semua berterimakasih dan merasa sangat senang menerima hadiah dari ratu Eilaria. Hanya tersisa satu kain, yaitu milik Helena, kedua kakaknya bahkan juga tidak tahu dia ada dimana.

Ratu Eilaria mencari Helena ke sekitar istana, dan menemukannya di balkon yang nampak sepi karena hanya ada beberapa orang saja disana. Ratu Eilaria tersenyum dan langsung menghampiri Helena, ia menepuk pundak Helena perlahan tanpa sepengetahuan Helena.

"Ah siapa disana?" ucap Helena sambil membalikkan badan dengan cepat dan menyingkirkan tangan ratu Eilaria dari pundaknya.

Ratu sama terkejutnya, matanya terbelalak sekejap, lalu dengan lembut berkata, "Ini aku, Ratu Eilaria putri cantik."

Helena hanya terdiam sejenak dan langsung meminta maaf karena sudah bertindak tidak sopan pada seorang Ratu," Aku benar-benar tidak tahu, maafkan hamba ratu."

Ratu Eilaria hanya tersenyum dan berkata tidak apa-apa. Ia langsung memberikan kain rajutan yang sudah ia siapkan untuk Helena. Helena membelalakan matanya, kain itu benar-benar cantik, ia pun berterima kasih pada ratu, ia benar-benar menyukai kain rajutan itu.

"Tak kusangka, ratu memberikan ini padaku juga, ku kira hanya putri-putri dari bangsa lain saja, tapi ternyata aku juga," gumam Helena sambil tersenyum kagum, menatap ratu Eilaria.

Unicorn Prince And The Drimtherra KnightsWhere stories live. Discover now