Pertemuan Kedua, Kurasa

5 1 0
                                    

Keesokannya, masih sama mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka hanya berdiam di cafetaria, sambil melihat ke sekeliling. Cherylda sungguh merasa aneh, ia terus menerus merasakan magis yang semakin kuat.

Tiba-tiba, semua siswa tertuju pada siswa perempuan berambut panjang hitam lebat, terurai, yang sangat cantik dan memiliki bentuk tubuh yang sangat menggoda. Berjalan dengan lagak yang sombong, dan tidak menoleh ke arah lain sedikitpun.

Elvano, Aldrich, dan Cherylda, sontak juga menoleh ke arah perempuan. Mereka membelalakan mata dan ternganga saat melihat perempuan itu, mereka serentak berteriak,"Helena!!!"

Helena tanpa ada respon apapun, langsung duduk diantara mereka bertiga. Semua siswa hanya mengangguk, dan tidak heran lagi, karena ternyata Helena adalah salah satu dari mereka. Helena menoleh ke arah sekitar, dan menatap tajam setiap mata yang masih memperhatikannya.

"Kenapa..kenapa kau baru muncul? Aku sangat mengkhawatirkanmu," ungkap Elvano, mengernyitkan dahi, perasaanya campur aduk saat melihat Helena.

"Aku sudah kemari duluan, aku tahu kalian akan membuang waktu, jadi aku pergi untuk menemukan hal lain," jawab Helena santai.

"Lalu hal apa yang sudah kau temukan?" Tanya Cherylda.

"Aku menemukan keturunan raja Wolf, manusia blast blood, dan kalian tahu selama ini putri Dimensi selalu bersama kita," jawab Helena, penuh keyakinan.

Tentang putri Dimensi barusan, sepertinya Elvano tahu siapa dia. Ia teringat oleh seseorang bernama Zavanya yang ia temui kemarin. Wajahnya benar-benar tak asing, ia rasa Zavanya memang putri Dimensi yang Helena maksud.

Helena berkata kalau ia merasakan magis-magis dari 3 orang yang ia curigai. Ia merasakan ada magis malaikat putih, magis Wolf, dan juga magis elf. Tapi Helena merasa belum yakin, karena terakhir ia mencoba merasakan magis itu, magisnya berubah-ubah.

"Jadi untuk memastikan apakah dugaanku benar atau tidak, aku harus mencari tahu bersama kalian, bagaimanapun ini adalah misi kita, bukan misiku sendiri." Tegas Helena.

"Ya, aku sangat bersyukur memiliku di tim ini, aku semakin kagum padamu," puji Cherylda, mengepalkan kedua tangannya, sambil tersenyum lebar.

Mereka berempat pulang bersama, kali ini terasa sangat berbeda bagi Elvano. Ia sangat senang melihat Helena kembali pada mereka. Elvano, mengusap kepala Helena, dan tersenyum. Helena mengernyit seraya berkata dengan dingin, "Aku tahu kau senang dengan kehadiranku, tapi hentikan tingkah konyolmu."

Tiba-tiba, seseorang menghadang mereka, wajah bulat, dengan senyuman yang manis, siapa lagi kalau bukan Zavanya. Dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa dia sangat berantusias melihat mereka berempat.

"Kurasa kita tidak bisa berbicara disini, kalian harus ikut aku," ucap Zavanya, menarik tangan mereka berempat ke taman luar sekolah.

"Zavanya, kau perempuan yang kemarin aku tabrak bukan?" Tanya Elvano.

"Iya benar pangeran, aku adalah Zavanya," jawab Zavanya, tersenyum lebar.

Mereka bertiga terkejut karena perkataan Zavanya barusan. Helena sudah mengetahui kalau Zavanya adalah putri Dimensi yang selama ini mengawasi mereka. Zavanya tersenyum menoleh ke arah Helena, dan mengedipkan sebelah mata.

Zavanya tahu, bahwa mungkin diantara Elvano, Aldrich, dan Cherylda ada yang tidak percaya. Ia pun menunjukkan salah satu magisnya, magis alam. Ia mendekat ke arah pot bunga matahari yang sudah layu, menyentuhnya dengan sekali sentuhan. Bungan matahari itu langsung menjadi subur kembali, dan sekitar bunga matahari tumbuh bunga-bunga lain yang sangat cantik.

Melihat Zavanya menggunakan magisnya, barulah mereka semua percaya.

Elvano mengajak Zavanya untuk ikut bersama mereka. Zavanya merasa sangat senang sekali dengan ajakan itu, ia langsung mengiyakannya tanpa perlu pikir panjang. Karena sangat senang, Zavanya meminta agar mereka mau berkeliling kota sebentar bersamanya. Ia tentu sudah sangat tahu dengan dimensi manusia, karena dia memang tinggal disini, bahkan sangat jarang berada di negeri Drimtherra.

Zavanya lahir dari seorang manusia takdir, seorang wanita yang sebelum menjadi manusia adalah seorang malaikat yang sudah ditakdirkan untuk menjadi manusia takdir. Dari pernikahannya, lahir seorang manusia Blast blood, Zavanya. Bahkan Zavanya juga sudah ditakdirkan untuk menjadi seorang putri Dimensi. Ibu Zavanya mungkin sudah tidak memiliki magis malaikat, namun Zavanya memilikinya.

"Apa kalian tidak khawatir akan dicurigai apabila tinggal di rumah ini bersama?" Tanya Zavanya.

"Tenanglah Zavanya, semuanya sudah diatur," jawab Elvano, tersenyum sambil duduk di pinggir sofa.

Aldrich mendekat pada Helena yang tengah sibuk dengan ponsel, alat komunikasi dimensi manusia. Ia mendekati Helena, berpura-pura bertanya tentang ponsel, karena tahu Helena pasti lebih mudah paham dibanding dirinya, tapi niat sepenuhnya hanya untuk mendekati Helena.

"Aku sangat merindukanmu, aku rasa aku tidak bisa hidup tanpamu, aku sangat membutuhkanmu untuk mengajariku banyak hal," ucap Aldrich, dengan nada yang lembut.

"Berhenti dengan omong kosongmu," jawabnya, ketus.

Elvano meminta Zavanya untuk berbicara berdua dengannya sebentar. Ia berpikir bahwa Helena dan Zavanya itu sangat dekat. Zavanya hanya mengernyit mendengar pernyataan itu dari Elvano, jauh dari perkiraannya, mereka berdua tidak sedekat itu.

"Helena itu sangat dingin, dia hanya berbicara ketika perlu, dia sangat tertutup, tapi dibalik itu dia adalah gadis yang cerdas dan sangat baik," ungkap Zavanya, tersenyum manis sambil menundukkan kepalanya.

"Entah apa yang harus aku lakukan untuk meluluhkan hati si cantik itu." Keluh Elvano.

Karena hari sudah sore, Zavanya pun kembali kerumah. Sebenarnya ia sangat senang berada di manor itu bersama mereka. Tapi akan mengundang kecurigaan kalau dia terus-terusan berada di manor itu bersama mereka.

Helena langsung masuk ke kamar, diantar oleh Cherylda. Cherylda terlihat sangat senang saat bersama dengan Helena. Ia sebenarnya, merasakan perasaan yang tidak nyaman, karena terus-terusan mendiamkan Cherylda.

Helena mulai menulis apa saja yang ia rasakan hari ini. Dalam catatan itu, ia juga menulis hal-hal aneh yang ia dapatkan kemarin.

"Ini benar-benar sangat aneh, jika terus-terusan dibiarkan, dimensi manusia bisa hancur," gumamnya, lirih.

Rencana Helena sekarang adalah menemukan siapa saja manusia yang memiliki magis di sekolah. Karena ia terus-terusan merasakan magis yang kuat, tapi belum menemukan manusia itu. Ditambah lagi magis itu sudah pasti tidak pernah berkembang, semakin sulit melihat siapa pemiliki magis.



Unicorn Prince And The Drimtherra KnightsWhere stories live. Discover now