Dimensi Manusia

10 0 0
                                    

Seorang pria paruh baya, berahang tegas, dengan kumis dan jenggot di wajah, bernama Chadric, duduk termenung menunggu toko buah dan sayur yang terkadang sangat sepi pembelinya. Ia sedang memikirkan kejadian yang membuatnya masih sangat penasaran 2 hari yang lalu."Siapa sebenernya pria itu, kenapa dia memberikan liontin secantik ini padaku, secara tiba-tiba, bahkan kami saja baru bertemu," batinnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan ayah?" tanya anak gadis pria tersebut, yang terlihat lusuh karena baru saja membuang dan membersihkan sayuran juga buah-buahan yang busuk.

"Tidak anakku, ayah tidak apa-apa, kau beristirahat saja dan belajar, biar ayah yang mengurus sisanya," jawab sang ayah.

"Tidak ayah, aku masih punya waktu belajar malam nanti, jadi sekarang aku akan membantumu saja, lagi pula ini sedang libur sekolah," ungkap si gadis.

Gadis dengan rambut panjang yang menutupi sebelah wajah berbentuk triangle yang cantik dan mungil, memiliki rahang tegas, wajah yang menenangkan seperti malaikat, yang membuat semua orang akan terkagum ketika melihatnya bahkan hanya sekilas, namun karena rambut yang menutupinya, semua orang jadi sering meremehkan gadis cantik itu, bahkan namanya terdengar sangat menyejukkan, Aeera.

Chadric sangat bahagia memiliki putri seperti Aeera, wajah yang selalu mengingatkan pada almarhum ibu Aeera yang sudah lama tiada. Hanya bisa menatap langit dengan penuh rasa rindu setiap malam, sambil menopang dagu dan terkadang diikuti dengan sekaan air mata.

Akhir-akhir ini, Chadric seringkali merasakan ketidaktenangan dalam hati. Ia selalu termenung dan melamun memikirkan liontin yang ada padanya saat ini. Aeera sama sekali tidak merasa curiga melihat liontin itu, ia benar-benar takut untuk bertanya.

Karena hari sudah gelap, Aeera masuk ke rumah dan menuju ke dapur untuk mencuci sayuran dan memasak. Sementara Chadric membereskan toko kecil sendirian, dengan rasa lelah dan resah bersamaan menyelimuti.

Aeera memasak sup labu dan juga pie apel untuk makan malam, setiap hari sama, tidak ada daging untuk makan malam. Mereka berdua hanya makan daging dua kali dalam setahun, harga sewa rumah dan juga air bersih selalu naik, penghasilan mereka tidak pasti jadi mau tidak mau hemat adalah jalan keluarnya.

Sekolah Aeera terbilang, sekolah yang elit dan mahal. Aeera sendiri tidak pernah mengharuskan dirinya untuk bersekolah di sekolah yang bagus, namun ayahnya lah yang ingin ia sekolah disana. Aeera sering merasa kasihan pada ayahnya, karena harus menanggung banyak biaya, ya meskipun uang gedung, dibayarkan oleh donatur di sekolah itu, tapi biaya lain harus ia tanggung sendiri.

Malam tiba

Chadric menilik ke kamar Aeera, melihat putri cantiknya sudah tertidur pulas. Ia pun pergi ke kamarnya dan menimang-nimang liontin lagi. Tak bosan-bosan, hal itu ia lakukan setiap hari.

Tiba-tiba, seseorang mengejutkannya dengan muncul secara tiba-tiba dari jendela. Hal itu membuat Chadric jatuh terjungkal dari kursi peyot yang kaki-kakinya sudah rapuh. Chadric menyipitkan mata dan melihat ke arah laki-laki bertubuh besar yang ada di hadapannya saat itu juga.

"K-kkkkau," gugup Chadric.

Laki-laki itu hanya diam dan tersenyum miring, merogoh saku lalu mengambil buntalan kain, dan melemparkannya pada Chadric yang masih belum bangun dari jatuh.

Laki-laki itu meninggalkan Chadric seraya berkata,"Tetap jaga itu untukku, aku akan beri imbalan seminggu sekali, beri anakmu makanan dan pakaian yang bagus."

Chadric masih tak percaya melihat laki-laki itu bisa naik turun jendela dengan tangan kosong. Namun pikiran itu seketika lenyap, saat ia membuka isi buntalan tadi, kepingan emas ada di genggaman tangannya kini.

"Tidak...tidak, apakah ini sungguh emas asli," ucap Chadric tak percaya, tangannya gemetar memegang kepingan emas itu.

"Besok aku akan mencoba menjualnya saat Aeera pergi, aku tidak ingin anak itu curiga. Ahahaha, apa mungkin ini sudah saatnya aku menjadi kaya? Tuhan, akhirnya menjawab doaku kalau begitu," ujarnya lirih, sambil tertawa kecil dan tersenyum sesekali.

***

Aeera bersiap untuk berangkat ke sekolah, seragam lusuh, rambut panjang terurai dengan sebelah rambut menutupi sebagian wajah, tanpa memakai riasan sedikitpun. Aeera menghela nafas, melihat sepatu lusuh yang mirip monster malam sedang kelaparan.

Chadric sangat marah pada dirinya sendiri, karena tidak bisa memberikan seragam dan juga sepatu baru untuk Aeera. Ia menghela nafas, mencoba meredam sedikit marahnya, ia tidak mau Aeera pergi tapi melihat wajah ayahnya yang sedang marah.

"Ayah, aku berangkat dahulu, jaga dirimu saat aku tidak ada, jangan lupa makan," pesan Aeera, sambil tersenyum kecil.

"Baik tuan putri," balas Chadric sambil mengusap lembut kepala Aeera.

Aeera berangkat dengan naik bus, disana ada banyak murid yang bersekolah di tempat yang sama dengan Aeera. Dikata beruntung tidak, dikata tidak beruntung juga tidak, semua anak yang naik bus adalah anak-anak dari kalangan menengah, tidak kaya dan juga tidak miskin. Namun mereka sama sombongnya dengan anak-anak kalangan atas.

"Apakah itu Aeera? Semiskin itukah dia, aku sangat malu jika berangkat sekolah dengan penampilan seperti itu"

"Ya itu Aeera, kuakui dia pandai dan cantik, tapi kurasa itu tidak ada gunanya, dia miskin dan berpenampilan buruk"

Aeera menyandarkan tubuhnya ke kursi bus, menoleh ke jendela sambil sesekali menyeka air mata yang keluar perlahan. Aeera tidak berani menatap atau sekedar melihat anak-anak yang sedang membicarakannya saat itu.

Setelah sampai di sekolah, Aeera langsung masuk ke kelas, kelas unggulan, itu hanya karena dia adalah siswa yang pandai. Kalau bertanya soal kenapa dia tidak dapat beasiswa, jawabannya sebenarnya dia dapat namun beberapa anak mencuri beasiswa prestasi yang didapat Aeera hanya karena ingin pamer saja.

Aeera tidak memiliki teman, ia memiliki satu, namun akhirnya berkhianat dan meninggalkan Aeera karena laki-laki yang temannya taksir, menyukai Aeera. Jelas itu bukan salah Aeera, tapi Aeera tidak bisa melakukan apapun.

"Hai Aeera sahabatku, ah maksudku mantan sahabatku, kenapa kau terlihat semakin buruk tiap harinya"

Suara tawa kencang mengikuti, setelah seseorang berkata seperti itu. Aeera hanya tertunduk disaat teman-teman melakukan bullying terhadapnya. Jika Aeera melawan mungkin ia akan dikeluarkan dari sekolah itu, bukan apa-apa namun Aeera hanya ingin bertahan demi bisa berkuliah di universitas ternama yang hanya menerima siswa dari SMA ternama juga.

"Aku benar-benar lelah, tapi aku harus bertahan demi ayah dan ibu," batin Aeera.







Unicorn Prince And The Drimtherra KnightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang