Kita Gagal, Zavanya

5 0 0
                                    

Mereka membawa Aeera pergi ke manor. Aeera hanya terdiam selama perjalanan, sangat hening, tidak ada yang berbicara sama sekali. Ia semakin kebingungan dengan situasi ini. Ia sesekali melihat ke arah Zian, Zavanya, dan Cherylda, namun tak ada jawaban sama sekali.

Aeera tidak pernah ke rumah sebesar ini sebelumnya. Melihat manor ini, seperti melihat istana baginya. Ia benar-benar merasa seperti ada di dalam kerajaan saat ini. Bahkan mereka yang tinggal disini juga terlihat seperti pangeran dan putri kerajaan.

Mata Aeera tiba-tiba berkedip dengan cepat, sekilas ia melihat teman-temannya memakai baju kerajaan. Aeera menutup matanya rapat, sambil menggelengkan kepala. Tapi mereka sudah kembali memakai pakaian bisa.

Tiba-tiba nafas Aeera sesak, kepalanya sangat sakit. Ia terjatuh secara tiba-tiba. Zavanya yang berada di dekatnya, langsung memanggil teman lain. Mereka semua berlari kecil, dengan sigap Elvano langsung membawa Aeera dan berlari, membawa Aeera ke kamar Helena, karena kamarnya yang paling dekat.

Beberapa menit kemudian, Aeera tersadar. Ia melihat ke arah sekeliling, sangat indah hiasan-hiasan dinding dan juga lukisannya. Aeera menatap satu per satu, lalu bertanya dengan nada yang rendah, "Sebenarnya maksud kalian apa? Aku benar-benar sangat bingung."

"Jadi, kau sudah menyadari bahwa ada yang berbeda darimu?" Celetuk Helena, bertanya.

"Ya, aku sudah menyadarinya sejak umurku 13 tahun." Jawabnya, mencoba mengingat.

"Lalu apa kau tidak coba mencari tahu kenapa kau berbeda dengan yang lainnya? Kulihat kau nampak biasa dengan itu," timpal Aldrich, mendekapkan tangan.

"Kupikir, itu hanya sebuah keajaiban, dan lagipula jika aku mencari tahu atau memberitahu seseorang, mereka akan mengiraku gila." Jelasnya.

Helena tanpa aba-aba sama sekali, langsung mengungkap bahwa itu Aeera adalah manusia yang keturunan malaikat. Sontak semuanya, langsung menoleh ke arah Helena. Zian menghela nafas, lalu berbisik, "Kau terlalu cepat mengungkapkannya, bodoh."

"Aku rasa aku tidak memiliki alasan untuk tidak mempercayai kalian. Jadi sebenarnya, apakah mungkin ibuku bukan seorang manusia?" Tanya Aeera, polos.

Helena berdecih sambil menggeleng kepala, "Kau benar-benar sepolos ini? Kau adalah mangsa empuk bagi para penculik."

"Hmm Aeera, kau benar, ibumu bukan seorang manusia, tapi keturunan bangsa malaikat, itulah yang membuatmu memiliki magis malaikat ini," jelas Cherylda, memecah suasana.

"Jadi begitu? Apakah ini alasan kenapa ayah tidak pernah mau bercerita tentang ibuku," jawab Aeera, sambil menatap sayu Cherylda.

"Ah aku baru ingat, aku ingin malam ini kita makan di rumahmu, jujur saja aku selalu mencium bau bangsa Wolf di rumahmu, sangat mencurigakan," celetuk Helena, melihat ke sekeliling dengan tegas.

"Boleh saja, tapi kalian tidak akan melakukan sesuatu pada ayahku bukan?" Tanya Aeera.

"Tentu tidak, lihat saja nanti." Jawab Helena, singkat.

Malam itu, mereka semua mengunjungi rumah Aeera. Tampak beberapa benda yang mahal disana, Aeera memang sempat bercerita kalau beberapa minggu terakhir ayahnya memiliki banyak uang, bahkan seragam sekolah dan sepatunya juga baru.

Saat berdekatan dengan Chadric, mereka tidak merasakan ada magis apapun dalam dirinya. Itu artinya Chadric benar-benar seorang manusia. Helena dan Zavanya pun izin untuk melihat-lihat rumah. Pada saat sampai di sebuah kamar, yang tidak lain adalah kamar Chadric. Helena merasakan ada energi Drimtherra disana, bahkan terasa samar magis Wolf disana.

"Helena, Zavanya, turunlah, makanan sudah siap." Panggil Aeera.

Mereka segera bergegas menuju ke ruang makan. Saat sedang menyantap makan malam, tiba-tiba Cherylda melihat sekelebat bayangan hitam terbang ke atas. Cherylda menoleh ke arah Helena, dan ternyata ia juga melihatnya.

Unicorn Prince And The Drimtherra KnightsWhere stories live. Discover now