Alvaro with Sabrina

549 94 4
                                    


Note : Tandai jika ada typo!

Semalaman penuh Sabrina dibuat pusing dengan rentetan pesan yang terus saja bermunculan di ponsel pintarnya. Bahkan saat jam menunjukkan pukul 00.00 wib, pesan-pesan itu tak kunjung berhenti. Sabrina yang hendak tidur pun rasanya sulit.

Gadis itu baru bisa tidur setelah mematikan handphonenya dan menaruhnya didalam lemari pakaian. Memandang penuh permusuhan dengan si pengirim pesan walaupun sang empu tidak ada di hadapannya. Sabrina benar-benar menyumpah serapahi Alvaro yang menjadi tersangka utama teror pesan tersebut.

Entah dari mana pemuda itu mendapatkan nomor ponselnya Sabrina tidak tahu. Yang jelas, Sabrina merasa benar-benar terganggu dan tidak nyaman dengan tingkah Alvaro.

Baru beberapa saat matanya terpejam, Sabrina kembali dibuat frustasi tat kala suara bising dari luar rumah neneknya masuk kedalam gendang telinganya. Dengan langkah gontai-nya, Sabrina berjalan mendekati jendela kamarnya dan melihat penyebab suara berisik tersebut.

Seketika matanya melotot tak percaya saat mendapati pemuda dengan sarung yang mengalung di lehernya ditambah kolor pendek berwarna hitam dipadukan Hoodie putih membungkus tubuhnya, dia Alvaro. Pemuda yang membuat malam indahnya terganggu akibat pesan konyol plus gapenting yang pemuda itu kirimkan.

Sabrina melirik kearah jam yang menunjukkan pukul 01.39 wib. Sabrina kembali menatap penuh emosi pada Alvaro yang masih asik melambaikan tangannya kearah Sabrina sembari memegang sebuah galon ditangannya.

Alvaro tersenyum kearah gadisnya. Salah satu tangannya ia pukulkan pada pantat galon yang ia pegang sehingga menimbulkan suara mirip drum kemudian diikuti teman-temannya dengan alat yang mereka bawa seperti : Galon, drum band, terompet, speaker, dan juga sebuah botol plastik diisi batu sebagai pelengkap.

Alvaro tersenyum menatap Sabrina kemudian mendekatkan speaker yang diambilnya dari Bagas.

Suara dentuman musik seadanya mulai mengalun seperti biasanya remaja-remaja yang sering membangunkan sahur.

Alvaro mulai mengeluarkan suaranya.

"Okeeyy!! Cek! Cek!"

"Untuk perempuan bernama Sabrina Maureen. Bangun sayang!!! Sahurr!!"

Alvaro berteriak diikuti musik-musik dari teman-temannya.

"Sabrina cantik ayo sahurrr!!!"

"Sabrina cantik ayo sahurrr!!!"

Teman-temannya Alvaro serentak bernyanyi demikian yang membuat Alvaro menoleh dengan tatapan kesalnya.

"Sabrina jatah gue, babi! Berhentiin dulu musiknya." Kata Alvaro pada teman-temannya.

Pandangan pemuda itu kembali pada sang gadis yang masih setia mengintip dari jendela. Alvaro tersenyum menatapnya,"Sabrina!!! Kenalin!! Gue Alvaro!!! Kenapa pesan gue gak dibales!!!"

Alvaro berteriak dengan kerasnya menggunakan speaker, Sabrina sampai menutup telinga akibat suara tersebut.

"Di bales ya say--"

Prang!!

Teriakan Alvaro terhenti kala sebuah panci terlempar kearahnya. Alvaro mengusap dadanya lega, untung tidak kena kepala begitu pikirnya. Iris legamnya bergulir mencari siapa sosok tidak sopan itu yang berani melempar panci padanya.

Songong sekali, ingin rasanya Alvaro membalikan lemparan panci tersebut kepada orangnya.

Alvaro seketika menatap penuh takut saat sesosok nenek-nenek berumur sekitar setengah abad itu tengah berdiri sembari berkacak pinggang. Matanya menatap tajam kearah Alvaro dan teman-temannya.

𝐎𝐮𝐫 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 ||𝐋𝐤|| Where stories live. Discover now