Trouble maker

1K 138 0
                                    

Lisa berjalan memasuki area Kantin yang sudah lumayan ramai, mengingat jam istirahat sudah dimulai sejak 12 menit yang lalu. Setelah membersihkan WC bau itu, Lisa memilih untuk mengisi perutnya yang dari tadi sudah keroncongan gara-gara pagi tadi tidak sempat untuk sarapan.

Dia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kantin, mencari bangku yang kosong untuk ia tempati.

Lisa memutuskan untuk duduk di bangku yang ada di pojok dengan dua kursi saling berhadapan, karena hanya bangku itu yang tersisa. Kantin benar-benar penuh saat ini.

Karena Lisa tidak mempunyai teman di sekolah ini, itu sebabnya gadis itu kemana mana selalu sendiri.

Alasan kenapa semua cewe jauhin dia adalah karena dia nakal, sering bolos dan suka melanggar peraturan. Cewek-cewek yang lain hanya takut terkena masalah jika harus bergaul dengan lisa.

Sebelum pergi ketempat duduknya Lisa, terlebih dahulu memesan sepiring nasi goreng dengan jus jeruk nipis sebagai minuman. Setelah memesan Lisa pergi menuju bangku yang tadi sudah ia lihat.

Namun yang membuatnya terkejut adalah kehadiran Fauzan yang tengah asik bermain ponsel di bangku yang sudah ia klaim sebagai bangku miliknya. Merasa tidak terima, Lisa langsung bergegas menghampiri Fauzan dengan langkah yang cepat.

"Heh!!"

Merasa ada yang memanggil, Fauzan yang sebelumnya tengah asik membaca wattpad itu lantas menoleh melihat Lisa yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal.

"Lo ngapain duduk di bangku gue!" Tanya Lisa tak suka.

"Ini fasilitas sekolah, bukan punya Lo." Jawab Fauzan cuek dan kembali memainkan ponselnya.

"Yatapi gausah disini juga bodoh, Sono cari tempat lain!" Fauzan menghela nafas menaruh ponsel nya diatas meja kemudian berdiri berhadapan dengan Lisa.

"Lo ada liat gak bangku lain yang kosong selain bangku ini?" Lisa menengok kanan kiri depan belakang dan hasilnya nihil, tak ada bangku yang terlihat kosong. Semuanya benar-benar penuh.

"Gak kan?" Kata Fauzan lagi setelah melihat Lisa yang bungkam akan pertanyaan barusan.

"Makanya gue duduk di sini, kalo Lo keberatan gue duduk bareng Lo. Ya silahkan Lo yang pergi." Lisa melotot tak setuju dengan ucapan Fauza. Enak saja pemuda itu, dirinya yang duluan melihat, masa dia juga yang harus mengalah.

"Enak aja! " Balasnya tak setuju dengan ucapan Fauzan.

"Ya makanya duduk bareng gue aja. Lagian bangkunya juga pas, kok." Lisa akhirnya mengalah dan duduk di depan Fauzan dengan ekspresi cemberut setengah kesal.

"Terpaksa deh gue duduk bareng babu guru." Kata Lisa pelan, namun bisa didengar dengan jelas oleh Fauzan karena jarang mereka yang cukup dekat.

"Gue bukan babu guru!" Balas fauzan sensi kala mendengar perkataan Lisa.

"OSIS babu guru lah, mau aja di suruh suruh." Lisa tetap kekeh dengan pendapatnya tentang organisasi sekolah tersebut.

"Kalo gak ada OSIS, siapa yang bakal atur anak sekolah ini? Lo jangan ngeliat OSIS itu cuman sekedar babu guru doang. Kalo gak ada OSIS sekolah juga bakal repot ngurusin murid murid nakal kaya Lo!" Kata Fauzan panjang lebar tak mau kalah dengan Lisa.

"Gue ga minta Lo urusin tuh! urus aja diri sendiri." Lisa berkata dengan acuh kemudian menyuapkan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya.

"Jangan berlagak seolah-olah Lo bisa hidup tanpa bantuan orang lain deh! Lo lahir ke dunia aja di bantuin orang lain. Dan Lo mati juga orang lain yang bantu nguburin. Jadi jangan ngerasa semua bisa Lo lakuin sendiri." Lisa menatap malas kearah Fauzan yang terus berbicara panjang lebar padanya.

𝐎𝐮𝐫 𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 ||𝐋𝐤|| Where stories live. Discover now