22 | Rasa Penasaran

5.4K 978 17
                                    


Para putri bangsawan mengerumuni Nike, ingin mengajaknya berdansa. Tapi Nike menolak semuanya dengan halus. Dan berakhirlah mereka kecewa namun tetap ingin mengobrol dengannya. Seorang duke muda yang memiliki masa depan menjanjikan dan wajah tampan.

Agies yang melihat hal itu langsung merasa malas. Secara perlahan dia mundur ke belakang dan keluar dari aula menuju taman di sisi kanan.

Aula ini memang di desain dengan kaca-kaca bening yang tembus pandang di beberapa bagian. Tidak sepenuhnya dari semen yang dibangun menjadi tembok keras. Dan di sisi kanan serta kiri dibukakan sebuah pintu menuju taman labirin. Agies ingin mencari angin.

Dan disaat Nike sedang dikerumuni banyak gadis, mau tak mau perhatian Arizon sedikit teralihkan kepadanya. Dia mengerutkan kening disela acara berdansanya dengan Senilya.

'Siapa dia? Aku tidak pernah melihatnya di kehidupan sebelumnya,' pikir Arizon penasaran. Melihat hal itu dia ingin segera mengakhiri dansa ini dan melihat lebih dekat orang itu -- Nike.

Lalu Agies, dia berjalan menyusuri taman sambil melihat sekitar. Dan saat dirinya dekat dengan air pancur di tengah taman labirin, dia melihat seorang pelayan sedang membersihkan tangannya di sana. Agies berhenti, dan memilih mengintip dari pada langsung menghampiri. Ternyata itu adalah Roan, yang mana tidak terlihat batang hidungnya sejak tadi.

Dia melihatnya, darah segar yang menempel pada tangan Roan. Agies tidak terkejut. Selama ini Agies sudah mengetahuinya bahwa banyak hal berbahaya yang terjadi di sekitarnya. Seperti pembunuhan yang terjadi di kamar Nike, atau racun di makanan kakaknya itu. Tapi dia hanya diam dan pura-pura bodoh. Karena kakaknya sudah mengurusnya sendiri.

Namun dibalik semua itu, Nike tidak melakukan seluruh kendali dengan dirinya sendiri. Dia bersekutu dengan Roan, pelayan pribadinya. Agies tahu itu. Dia adalah pengamat yang cermat dan juga pandai mengatur ekspresi.

'Apa dia baru membereskan tamu tak diundang?' pikir Agies. Lalu dia berjalan ke arah Roan.

"Roan, ternyata kamu di sini."

Roan sedikit menengok ke belakang dan segera menyelesaikan cuci tangannya.

"Ada apa tuan muda, Agies? Kenapa anda di sini? Bukankah pestanya sudah dimulai?" ucap Roan bertanya dengan wajah datarnya seperti biasa.

"Aku sedang mencari angin dan tidak sengaja menemukanmu di sini," jawabnya.

"Oh, benarkah? Kalau begitu apa anda ingin kembali bersama ke dalam? "

"Tidak."

Agies muak dengan ini. Kenapa Nike dan Roan memiliki rahasia mereka sendiri tanpa melibatkan dirinya? Apa karena dia masih kecil? Tapi bukan berarti dirinya tidak bisa apa-apa. Apalagi bukankah dirinya adalah adik dari Nike? Lalu kenapa ada orang yang lebih dekat dengan Nike daripada dirinya?

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

Untuk sesaat Roan menyadarinya bahwa Agies mencurigainya. Tapi kemudian dia langsung tersenyum dan menjawabnya untuk mencegahnya tahu lebih banyak.

"Saya hanya sedang mencuci tangan."

"Itu yang aku tanyakan, kenapa kamu tidak masuk bersamaku dan kakak?"

"Ah itu--"

"Apa yang kalian berdua bicarakan?" potong Nike dari belakang mereka dengan wajah lelah.

Agies terkejut dan langsung berbalik badan menghadap Nike.

"Kenapa? Apa kalian sedang membicarakan hal serius?" tanya Nike setelah melihat respon adiknya yang sedikit terkejut dengan kehadirannya.

"Ah, tidak, kak. Kakak sendiri kenapa di sini? Apakah kakak tidak berdansa dengan putri-putri bangsawan?"

"Tidak, dikerumuni saja sudah cukup melelahkan bagiku. Apalagi berdansa. Lebih baik kamu yang melakukannya."

Nike meregangkan badannya dan menggerak-gerakkan kerah baju merasa gerah. Roan memberikan sapu tangannya untuk digunakan Nike mengelap keringat di pelipisnya. Walaupun Nike memiliki sapu tangannya sendiri, itu hanya untuk pajangan. Dan setelah dia merasa segar kembali, Nike mengajak Roan dan Agies masuk ke dalam aula.

Ternyata acara dansa Arizon dan Senilya sudah berakhir. Kemudian tepat saat itu, Senilya melihat Nike dan Agies kembali dari luar. Setelah mengucapkan kalimat terima kasih kepada Arizon, Senilya langsung berlari menuju Agies. Dia ingin mengajaknya berdansa juga. Remaja imut yang menggemaskan dengan rambut pirang.

"Hai! Maukah kamu berdansa denganku?" ucap Senilya tiba-tiba di depan muka Agies. Agies terkejut dan mundur selangkah ke belakang.

'Orang gila!' ucap Agies dalam hati karena terkejut. Tapi belum sempat dia merespon jawaban, tiba-tiba dia sudah ditarik ke tengah-tengah untuk berdansa.

Nike yang melihatnya mengerutkan kening karena Senilya yang terlalu impulsif. Dia agak tidak suka dengan sikapnya yang terlalu terbuka tanpa tahu batasan diri yang harus diperhatikan. Dan dengan percaya dirinya dia tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah Nike tanda ingin meminjam adiknya. Sedangkan yang lain sudah tidak terlalu memperhatikan karena sibuk dengan dansanya masing-masing. Sedangkan Arizon membenahi dasinya sambil merogoh saku celana. Dia mengambil batu sihir untuk komunikasi.

Arizon sedikit mundur ke tempat sepi. Dia bicara dengan kusirnya di luar. Atau lebih tepatnya dengan rekannya.

"Ya, ada apa?" sahut seseorang di seberang.

"Katakan kepada Irsa untuk menyelidiki tentang Duke Sofaran."

"Duke Sofaran? Kenapa tiba-tiba sekali?"

"Jangan banyak bertanya, lakukan saja apa yang aku katakan," lanjut Arizon serius.

"Baiklah-baiklah, aku mengerti."

Lalu sambungan itu terputus. Arizon mengamati Nike dengan perasaan cemas. Di kehidupan sebelumnya dia tidak pernah mendengar tentang duke lain dari keluarga Sofaran selain Agies dan mendiang ayahnya. Lalu siapa dia? Nike?

'Aku tidak tahu ada kandidat duke Sofaran lain selain Agies yang bernama Nike,' batin Arizon.

Itu wajar saja. Karena setelah kematian Nike di medan perang saat usia 17 tahun, namanya tidak pernah muncul lagi dipermukaan. Keluarga baron langsung mengalihkan semua perhatian kepada Agies. Dan dia dianggap tidak pernah ada dalam silsilah keluarga. Sangat miris. Keluarga-keluarga besar lainnya juga tidak ambil pusing karena hal itu tidak merugikan mereka. Karena itulah tidak ada yang membahasnya dan Arizon tidak mengetahui informasi itu.

.
.
.

Tbc.

Seperti biasa ritual dulu🗿

Yaitu dengan vote dan komen. Klo gak aku ngambek😔

Dah? Dahkan? Yakannnnn

Okee😋

Mungkin beberapa hari aku akan sering update




Become The Villain's Brother Where stories live. Discover now