8. Villain Masa Depan?

11.2K 1.7K 1
                                    


"Tuan Muda, saya telah membawanya," ucap Roan.

***

Nike menoleh ke arah Roan. Kemudian matanya mulai bergeser ke bawah di mana Agies berdiri di samping Roan. Untuk sejenak dia diam mengamatinya.

"..."

Agies yang merasakan keheningan itu mengangkat pandangannya ke depan. Dan berakhirlah dia bertatapan dengan manik mata Nike yang menatap lurus ke arahnya. Pupil matanya sedikit membesar karena tidak menyangka bahwa anak laki-laki yang ditemukannya di belakang mansion adalah Nike.

Agies mungkin memang sudah tinggal di kediaman Sofaran dari kecil, tapi dia tidak pernah bertemu lagi dengan Nike setelah dia dipindahkan ke gubuk kecil itu. Dan saat itu Agies juga masih sangat kecil sehingga dia tidak terlalu ingat rupa Nike. Jadi wajar saja jika dia tidak menyadarinya bahwa itu Nike yang tidur di atas ayunan kayu di belakang mansion.

Usia Nike dan Agies terpaut enam tahun. Dengan kata lain saat ini usia Agies adalah sembilan tahun. Tapi tubuh Agies terlihat sangat kecil dibandingkan dengan anak seusianya. Karena dia tidak terlalu diurus oleh pengasuhnya dan tidak pernah diperhatikan oleh Duke. Dia juga memiliki sedikit masalah dengan mentalnya saat ini walau nantinya akan perlahan membaik dengan sendirinya.

Agies lahir dari rahim seorang wanita penghibur di tempat hiburan malam saat Duke sedang menyelidiki suatu kasus. Dan karena dia menurunkan kewaspadaannya terhadap ibu Agies, berakhirlah dia tidur dengannya setelah meminum suatu obat yang dicampurkan ke dalam minumannya.

Setelah Agies lahir, ibunya langsung datang ke kediaman Duke dan mengatakan bahwa Agies adalah anaknya. Ayah Nike sebenarnya berniat untuk langsung mengusirnya, tapi dia melihat mata merahnya yang merupakan ciri khas keluarga Sofaran.

Duke berniat untuk memberikannya uang lalu memutus ikatan dengan ibu Agies, tapi dirinya yang gelap akan kemewahan tidak mau menerimanya. Dia malah memaksakan diri untuk menjadi istri kedua yang akhirnya membuat kesabaran Duchess habis.

Agies akhirnya diambil paksa dan Duchess memerintahkan ksatria pribadinya untuk membunuh ibu kandung Agies. Masalah itu selesai dengan cepat dan semua informasi ditutup dari dunia luar. Karenanya sampai sekarang tidak ada yang tahu bahwa keluarga Sofaran memiliki dua orang putra.

"Duduklah," ucap Nike yang membuat Agies berkedip di tempat. Dan melihat Agies yang tak bergeming sedikit pun, Roan pun mengingatkan sekali lagi kepadanya.

"Tuan Muda Kedua, silakan duduk," ucap Roan.

Agies yang tersadar bahwa yang dimaksud adalah dirinya pun langsung bergerak untuk duduk di bangku sebelah Nike. Semua orang langsung terkejut dan menahan napas. Takut Nike akan murka karena Agies duduk terlalu dekat dengan posisinya.

Nike melirik ke sebelahnya, tapi dia tidak terlalu peduli akan hal itu. Dan Roan yang melihat hanya diam menonton tanpa berniat untuk ikut campur.

Setelah Agies duduk dengan tenang di atas kursi, Nike pun akhirnya angkat suara kembali.

"Siapkan daging ayam dan beberapa sayuran sehat kemari. Dan juga bawa nasi atau makanan lain yang mengandung karbohidrat. Untuk minuman apa saja tak masalah selama itu sehat. Dan bawakan makanan penutup untukku," ucap Nike yang langsung dimengerti oleh pelayan.

Agies meneguk ludahnya dengan susah. Dia berpikir apa dia boleh duduk di sini dan makan beberapa hidangan mewah yang ada di depannya itu.

Dan karena dirinya terlalu tergoda, tangannya mulai maju untuk mengambil secuil sisa daging di depannya. Tentu saja hal itu langsung ditahan oleh Nike.

"Hentikan. Jangan ambil itu!" ucap Nike dengan tegas.

Dan mendengar hal itu Agies langsung tersentak kemudian menarik kembali tangannya. Ketakutannya mulai kembali dan suaranya bergetar.

"Ah, ma-maafkan saya."

Melihat perilaku Agies barusan, Nike bisa langsung tahu bahwa dia salah paham dengan maksudnya. Karena itu dia langsung melanjutkan ucapannya.

"Hah ... aku tidak bermaksud melarangmu untuk makan. Hanya saja itu sisa makananku. Kau akan mendapatkan yang baru sebentar lagi," jelas Nike yang membuat Agies menatap penuh harap ke arah dirinya.

"B-Benarkah?"

"Ya."

Setelah itu Agies langsung diam dengan mata yang dipenuhi bintang-bintang harapan. Selama ini makanan yang dia makan selalu tidak layak untuk dimakan. Dan bahkan jumlahnya sangat sedikit. Karena itulah dia kurus.

"Pelayan, bersihkan meja makannya."

"Baik, Tuan Muda."

Dan setelah itu piring-piring serta gelas yang berserakan di atas meja langsung dibersihkan. Karena tak selang beberapa lama, makanan yang baru sudah tersaji rapi di hadapan Agies atas perintah Nike. Dan dia hanya mengambil sebuah dessert coklat es dengan ceri di atasnya.

"Makanlah," ucap Nike yang langsung mendapat tatapan tak percaya dari Agies.

"Apa saya benar-benar boleh memakannya?"

Nike mengangguk. "Dan jangan berbicara formal denganku. Kau bukan bawahanku," lanjut Nike.

"Uh, sa--aku mengerti."

"Bagus. Sekarang makanlah dengan tenang dan jangan buru-buru."

Agies mengangguk dengan antusias. Kemudian detik berikutnya dia makan dengan buru-buru dan melupakan kata-kata yang baru saja Nike ucapkan.

Namun, Nike tak merasa terganggu dengan hal itu. Dia hanya lanjut memakan dessertnya sambil tersenyum. Karena Agies mengingatkannya pada adik perempuannya di kehidupan sebelumnya.

Bukan tentang sifat ataupun sikap yang mirip, tapi tentang situasi yang mirip. Karena itulah Nike merasa bertanggung jawab atas Agies. Walau tak sepenuhnya karena hal itu, namun juga demi memperkecil kemungkinan kematian dirinya di masa depan.

.
.

Reflemoon
18/02/2022

Become The Villain's Brother Onde histórias criam vida. Descubra agora