18 | Gua Hutan Utara

6.5K 1K 6
                                    


"Apa ada yang luka?"

Nike bertanya kepada Agies dengan wajah datar. Lalu dia menjawab dengan gelengan kepala.

"Baguslah. Mulai sekarang jangan mematuhi ucapan siapapun di kediaman ini kecuali ucapan dariku. Karena kedudukanmu itu sebagai tuan muda, dan harusnya pelayan yang mematuhi ucapanmu."

"L-Lalu, bagaimana dengan ucapan pengasuhku?"

"Bukankah kamu juga melihatnya tadi? Aku sudah memecatnya. Dia tidak layak untuk disebut pengasuh."

Agies mengangguk patuh.

"Aku sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan makanan untukmu. Saat pelayan kemari ikutlah dengannya. Lalu lakukan hal yang kamu inginkan. Aku akan pergi dulu ke hutan utara untuk berlatih sihir. Tidak perlu pergi mencariku. Mengerti?"

"Mengerti."

"Bagus."

Lalu Nike pergi meninggalkan mansion menuju hutan di sebelah utara mansion. Tentu saja hutan ini masih termasuk daerah kekuasaannya. Dan di dalam novel, dikatakan bahwa di salah satu gua terselubung terdapat tempat yang cocok untuk berlatih sihir. Karena itu adalah tempat yang sebenarnya akan digunakan Agies di masa depan menuju jalannya menjadi penjahat pria.

Saat sudah berada di kawasan hutan, Nike sebenarnya tidak tahu di mana letak gua itu. Karena terlalu banyak tempat yang mirip di sana. Tapi, dia merasa ada sebuah tempat yang menarik perhatiannya.

Dan benar saja. Itu adalah gua bawah tanah yang dia tuju. Terselebung oleh rerumputan menjulang yang membuat orang tidak menyadarinya jika melihat sekilas.

"Sepertinya ini tempatnya."

Dengan hati-hati dia masuk ke sana. Meski gelap, tapi masih ada sedikit pencahayaan dari dalam gua. Entah benda apa yang bisa memancarkan cahaya itu.

Nike berjalan dengan pelan. Bebatuan yang ia pijak sangat licin karena tertutup dengan lumut hijau. Dan tak lama kemudian Nike telah mencapai tempat itu. Tempat terdalam yang merupakan jalan buntu, tapi terdapat banyak energi sihir yang terkumpul di sana. Nike tersenyum.

"Ini dia."

***

"Duke, silakan."

Seorang pelayan menyodorkan secangkir teh melati kepada Nike. Itu adalah acara minum teh seorang diri di sore hari. Dia duduk sendirian di kursi taman.

Termenung sambil memikirkan banyak hal ke depannya. Saat ini Nike masih sangat muda, tapi bagaimanapun dia adalah seorang Duke. Dia harus mengatur segala hal yang berkaitan dengan Duchy.

"Untuk saat ini aku harus merekrut banyak orang kuat di sisiku. Aku yang sekarang masih belum bisa bertahan sendirian dari predator aristokrat."

Dia mengingat kejadian tadi di dalam gua. Memang benar bahwa tempat itu diselubungi energi sihir yang banyak, tapi itu semua terasa menyakitkan untuk diserap karena tercampur dengan aura-aura negatif lainnya. Dan Nike harus berada pada kondisi yang prima untuk melakukannya lagi di sana.

Saat Nike sedang menikmati tehnya, Roan muncul di hadapannya. Dengan penampilan yang bersih seperti biasanya, namun terdapat plester kecil di sudut bibir bawah dan pipi kanannya.

"Saya telah kembali, Duke."

"Oh, apa urusanmu sudah selesai? Aku lihat sepertinya kamu habis dipukuli beruang liar tepat di wajahmu," balas Nike sambil tersenyum bengis dengan niat mengejek Roan. Karena dia sudah tahu siapa yang melakukan hal itu kepadanya.

"Seperti yang Anda lihat, Duke."

Tak!

Nike meletakkan cangkir tehnya.

"Jadi? Apa kamu mengatakan tentangku kepada Marquess?"

"Jika saya mengatakannya, pasti wajah saya akan baik-baik saja saat ini," jawab Roan.

"Pffft! Ahaha maafkan aku karena bertanya tentang hal yang sudah jelas," Nike mencoba berhenti tertawa dan mengusap sedikit air matanya yang keluar. "Tapi tetap saja aku berterima kasih kepadamu karena sudah memihakku sekarang. Aku tidak akan mengecewakanmu."

"Benarkah? Kalau begitu seharusnya Anda rajin latihan pedang terlebih dahulu untuk mewujudkannya," ejek Roan mengingatkan Nike pada latihan pedang hari itu.

Selanjutnya, Nike merasa kesal dan akhirnya adu mulut dengan Roan.

***

"Bagaimana? Apa kamu sudah mengetahui sosok berjubah hitam yang dimaksud Roan?" tanya Marquess Helisyan kepada seorang bawahannya.

"Belum, Tuan. Jejak orang itu sulit dilacak. Namun saya menemukan sisa sihir petir ungu pada belati Roan yang kemungkinan digunakan untuk bertarung dengan orang itu. Dan saya juga menemukan sisanya lagi dilantai. Kemungkinan belati yang digunakan Roan terpental jatuh ke lantai saat itu."

"Petir ungu?"

Mendengar hal itu Marquess mengingat suatu hal di masa lampau. Sebuah elemen yang langka itu, dia pernah menemukannya di sebuah panti asuhan. Tetapi dia tidak bisa mengingat siapa dia.

Apakah orang itu dari salah satu panti asuhan? batin Marquess bertanya-tanya.

Dia tak pernah berpikir bahwa semua itu hanya rekayasa Roan saja. Dan itu menandakan bahwa Roan termasuk orang penting yang terpercaya di sisi Marquess. Sehingga dia tidak meragukan pengakuannya tentang seseoarang berjubah hitam itu.

Sedangkan di sisi lain, pria itu masih terus beradu mulut dengan bocah remaja labil itu. Membahas hal tak berguna yang entah mengapa terasa seru.

***

TBC.

Become The Villain's Brother Where stories live. Discover now