6. Duka Di Pemakaman

11.9K 1.8K 8
                                    


'Ayah, ibu, kenapa kalian meninggalkanku sendirian? Apa yang harus kulakukan sekarang? Aku takut!'

Gelap.

Siapa bocah laki-laki itu? Dia menangis dengan sangat menyedihkan. Rasanya tidak asing. Bukankah itu Nike?

'Hari ini adalah hari pemakaman orang tuaku. Paman dan bibi datang mengambil hak asuhku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku hanya diam saja dan mengangguk.'

Apa ini? Mungkinkah kilas kehidupan Nike asli dalam novel? Dia muncul dan hilang begitu saja seperti pemain opera di atas panggung.

'Pelatih pedang yang baru bernama Charles, dia sangat keras kepadaku. Setiap aku kalah, dia akan memukul kakiku dengan kayu. Dan dia berkata bahwa calon Duke di masa depan harus bisa menahan hal remeh seperti ini. Tapi itu menyakitkan.'

Apa dia gila? Itu bukan pelatihan, tapi penyiksaan terhadap anak di bawah umur.

'Hari ini aku bertemu dengan putri dari Baron Helmes, dia sangat cantik dan baik. Tapi dia selalu bersama pangeran kedua, mungkin mereka akan segera menikah. Sayang sekali.'

'Hari ini paman membawa bocah berambut pirang yang katanya adalah adik tiriku. Haruskah aku memperlakukannya dengan baik?'

'Paman lebih perhatian kepada Agies dan anak-anaknya, apakah salah satu dari mereka yang akan menjadi duke selanjutnya?'

'Agies memiliki sihir yang lebih hebat dariku. Padahal aku kakaknya, harusnya aku lebih unggul darinya.'

'Hari ini ...."

'Agies dia ....'

' ... '

' ... '

Suara itu mulai terdengar tidak jelas di telingaku, tapi aku tetap diam mendengarkannya. Itu adalah kisah hidup Nike. Kesedihan itu, apa dia menahan semuanya sendirian selama hidup? Bahkan sampai dia mati di medan perang?

Dia iri kepada Agies. Tapi jika hanya karena hal itu, tidak mungkin dia langsung dicap sebagai penjahat berat dalam hidup Agies. Lalu kenapa?

' ... '

'Putri Baron Helmes, kenapa dia malah bertunangan dengan Agies? Bukankah harusnya dengan Pangeran Kedua? Kenapa Agies lagi? Aku akan mengalah jika itu dengan Pangeran Kedua, tapi kenapa aku harus mengalah kepadamu? Bukankah semua milikku sudah diberikan kepadamu? Jika pernikahan itu demi menyandang nama Sofaran, bukankah harusnya itu aku? Aku akan menghancurkan Agies!'

Ternyata begitu. Itu karena perebutan cinta. Tapi siapa itu putri Baron Helmes? Ah-- aku ingat. Dia adalah Senilya! Senilya Helmes, tokoh utama wanita.

Tidak heran jika pria di dunia ini akan bertengkar demi mendapatkan Senilya. Karena author yang memegang alur ceritanya menginginkan hal itu terjadi. Tapi yang paling aneh, kenapa aku bisa melihat kilas kehidupan ini?

Mendadak saat aku sedang memikirkan hal itu, sebuah panah tajam datang ke arahku. Aku benar-benar terkejut dan reflek tutup mata. Hingga akhirnya sekelilingku berubah gelap.

***

Pemakaman keluarga Sofaran sangat ramai hari ini. Para bangsawan berpakaian hitam dan memberikan belasungkawa kepada Nike atas kepergian orang tuanya. Tapi Nike tidak menitikkan air mata sedikit pun. Karena perasaan yang mendominasi saat ini adalah perasaan Egi, bukan perasaan Nike yang asli.

Setelah jatuh pingsan kemarin, Nike dan jasad kedua orang tuanya dibawa pulang ke Duchy. Roan yang mengurusi semuanya bersama kepala ksatria. Dan Nike akhirnya baru siuman pagi tadi di mana Duke dan Duchess Sofaran sudah siap dikebumikan.

Proses pemakaman sudah selesai. Dan orang-orang mulai bubar. Tapi masih ada beberapa yang datang kepada Nike untuk mengutarakan kesedihannya.

Setelah sedikit tenang, Nike dapat melihat Agies--adiknya berdiri di belakang pohon sebelah kanan. Dia terlihat sedih dan ingin mendekat, tapi dia tidak berani.

Nike berniat untuk menghampirinya, tapi terhenti karena kedatangan Baron-Baroness yang merupakan bibi dan pamannya. Mereka datang sambil menangis.

"Nike, hiks ... bibi turut berduka atas kepergian orang tuamu ... hiks ...."

'Air mata palsu itu sungguh menjijikkan,' batin Nike dalam hati tanpa mengubah eskpresinya.

"Terima kasih, bibi."

Baron merangkul istrinya itu sambil pura-pura menenangkannya. Sungguh pasangan yang serasi. Benar-benar membuat orang lain muak.

Bibi Nike yang tadi berada di dekapan Baron kini kembali condong ke arah Nike.

"Hiks ... bagaimanapun kamu masih terlalu muda untuk tinggal sendirian. Bibi dan pamanmu ini akan membantumu mengatur kediaman Duke Sofaran," ucapnya.

'Akhirnya kesempatan untuk menguasai kediaman ini datang juga,' batin Baron.

"..."

'Duke dan Duchess baru saja tiada dan kalian sudah ingin merebut kekuasaan ini dari tanganku? Jangan harap! Aku tahu apa yang kalian pikirkan.'

Nike memejamkan matanya dan kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya.

"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan saya bibi, dan paman. Tapi saya bisa mengurusnya sendiri," balas Nike.

Mendengar jawaban dari Nike, wajah Baron dan Baroness langsung mengeras. Tapi saat Nike mengangkat wajahnya untuk menatap mereka, raut wajah mereka kembali melunak.

"Ta-tapi bibi dan paman tetap khawatir jika kamu sendirian tanpa pengawasan. Biarkan bibi dan paman yang mengurusmu sampai usia dewasa."

'Anak sialan ini, kenapa dia tiba-tiba menolak kebaikanku? Biasanya dia akan mudah dirayu dengan kata-kataku. Tapi kali ini dia bahkan tidak menangis.'

"Tolong jangan berdebat lagi, bibi. Kita berada di pemakaman ayah dan ibu saat ini," bantah Nike.

Mendengar perkataan Nike barusan, mau tak mau mereka harus mundur untuk saat ini. Dari pada harus kehilangan image baik.

"Baiklah, kalau begitu bibi akan pergi terlebih dahulu. Jaga diri baik-baik."

Nike mengangguk. Lalu Baron dan Baroness meninggalkan pemakaman. Saat sudah agak jauh, mereka berbisik-bisik di belakang Nike. Tentu saja hal itu masih dapat didengar olehnya. Roan yang juga mendengarnya ingin sekali menyobek mulut jahat mereka. Tapi Nike menahannya.

"Sudah, jangan dengarkan mereka. Itu akan merusak suasana. Dan tolong panggil Agies untuk datang ke ruanganku nanti malam."

Nada bicara Nike dipenuhi kesedihan meskipun sudah mencoba tegar. Dan Roan menyadarinya. Tapi apa yang disadari Roan adalah kepalsuan. Karena nyatanya Nike adalah seorang manipulatif di kehidupan sebelumnya. Dan dia tidak ingin dicurigai oleh orang-orang mansion karena tidak menangis saat ini.

"Baik, Tuan Muda."

'Nike, sekarang kedua orang tuamu sudah tiada. Apa kau senang karena aku menggantikan kehidupanmu yang menyedihkan setelah kematian mereka? Bagaimanapun sekarang beristirahatlah dengan tenang bersama mereka. Dan jangan sisakan apapun yang melekat pada jiwamu di tubuh ini. Biarkan aku yang mengurus semua kelanjutannya.'

.
.

Reflemoon
16/02/2022

Become The Villain's Brother Where stories live. Discover now