5. Kabar Buruk

12.2K 1.8K 11
                                    


Dua hari telah berlalu sejak Duke mengirimkan surat itu. Dan hari ini adalah hari kepulangan mereka. Nike secara tidak sadar menantikannya.

Dia sedikit tidak fokus dengan pekerjaannya. Mungkin karena dari awal perasaan Nike yang asli masih tersisa di sana. Jadi secara otomatis dia merasa senang mengetahui hal itu. 

"Tuan Muda, hari ini Duke dan Duchess akan pulang," ucap Roan sambil membantu Nike membereskan beberapa dokumen penting.

"Ya, aku ingat."

Roan diam sejenak mendengar jawaban Nike yang terlampau biasa. Karena itulah dia menengok ke belakang untuk melihat eskpresinya. Tapi ternyata memang tidak ada perubahan raut wajah di sana.

"Tuan muda, apakah Anda tidak merasa senang?" tanyanya.

"Senang."

"Tapi, Anda terlihat biasa saja."

"Apa aku harus memperlihatkannya kepadamu?" balas Nike tanpa menoleh.

"Haha, tentu saja tidak. Maafkan saya karena melontarkan pertanyaan bodoh itu."

"Baguslah kalau kamu tahu bahwa itu pertanyaan konyol," ucapnya pelan yang hanya bisa didengar dirinya sendiri.

Kemudian tak lama setelah itu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka dengan keras.

BRAK--!

Seorang penjaga mendorongnya dengan kasar tanpa permisi. Dia terlihat kehabisan napas karena berlari menuju ke sini. Sedangkan Nike dan Roan menatapnya tajam karena merasa tidak suka.

"Ada apa ini? Di mana sopan santunmu?!" tegas Nike dengan dahi berkerut.

"Hah ... hah ... maafkan saya, Tuan Muda. Tapi ada kabar buruk!" ucap penjaga itu.

"Kabar buruk apa yang membuatmu sampai seberani ini?"

"I-itu ...." 

"Jangan gagap dan katakan dengan jelas! Kamu membuat Tuan Muda menunggu!" teriak Roan membuat nyali penjaga itu menciut.

"Itu ... Duke dan Duchess dikabarkan mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang."

Deg!

Mendadak pandangan Nike menjadi buram, dan detak jantungnya makin cepat. 

'Perasaan apa ini? Ini bukan perasaanku!'

Tanpa bisa dikendalikan, Nike langsung berlari ke luar ruangan menuju halaman depan sambil menyeret penjaga itu untuk ikut bersamanya. Roan yang melihatnya dengan cepat mengikuti dari belakang.

Dia berteriak kepada penjaga lain untuk menyiapkan kereta kuda. Lalu setelah kereta kuda itu siap, Nike mengambil salah satu pedang untuk dibawa. 

Nike masuk ke dalam kereta kuda, sedangkan penjaga yang memberikan informasi tadi memberitahukan lokasinya kepada kusir dan duduk di depan. Sedangkan Roan ikut masuk ke dalam kereta kuda untuk menjaga Nike.

"Tuan Muda, bukankah Anda terlalu terburu-buru. Seharusnya Anda membawa lebih banyak penjaga untuk mengawal Anda menuju lokasi."

"Diamlah."

Mendengar nada bicara Nike yang dipenuhi dengan berbagai macam emosi, Roan akhirnya memilih untuk diam. Setelah itu mereka langsung berangkat menuju tempat kejadian. Dan di sepanjang jalan keheningan melanda keduanya.

***

Kereta kuda berhenti di depan sebuah penginapan kecil. Dan di sekelilingnya dipenuhi oleh prajurit keluarga Sofaran. Yang berarti orang tua Nike berada di dalamnya.

"Tuan Muda, kita sudah sampai."

Tanpa banyak omong, Nike turun dari kereta kuda. Raut wajahnya sangat buruk dan jelek, hingga tidak ada yang berani bertanya atau menyapanya selain menunduk ketika dia lewat. Roan juga diam sejak tadi.

Sampai di dalam, dia langsung bertanya kepada pemilik penginapan di mana orang tuanya. Dan setelah tahu bahwa Nike adalah putranya, pemilik penginapan itu langsung menunjukkan jalannya kepada Nike. Itu adalah kamar tersembunyi di ruang bawah tanah penginapan. 

Di depan pintu kamar itu, ksatria tingkat atas milik keluarganya diam mematung. Dengan raut wajah lelah dan kekecewaan. Bahkan ketika Nike tiba di hadapan mereka, yang mereka lakukan hanyalah membukakan pintu kamar tanpa memberi salam. Seperti mayat hidup.

Roan hendak protes tapi dia mengurungkan niatnya. Melihat situasi mereka yang begitu berantakan dan tak berdaya.

Tidak hanya Roan yang merasakan suasana buruk itu, tapi Nike juga merasakannya. Dan benar saja perasaan itu. Karena setelah membuka pintu, keduanya dapat melihat tubuh dingin tanpa nyawa dari Duke dan Duchess Sofaran.  

Nike membeku, seluruh tubuhnya gemetaran. Tapi akhirnya dia berani melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam. Dan setelah melihat lebih jelas, ternyata banyak juga mayat dari prajurit yang tewas terkena panah atau senjata lainnya. Mereka tergetelak begitu saja di bawah dengan darah kering yang melekat. 

Wajah Nike menjadi pucat pasi. Dia dapat melihatnya bahwa ini adalah pembunuhan berencana. Dan ini pertama kalinya dia melihat begitu banyak orang mati dalam keadaan mengerikan di depan mata. Perutnya merasa mual dan dadanya sesak melihat kedua orang tuanya tewas. 

"Tuan Muda ...."

Kepala ksatria yang sedari tadi berada di dalam berucap lirih. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi setelah melihat Nike tampak hancur.

"Apa yang terjadi pada ayah dan ibuku?" Nike bertanya dengan genangan air mata yang tertahan di pelupuk mata.

"Tuan Muda ...."

"Katakan sesuatu! Apa yang terjadi? Kenapa semuanya jadi seperti ini? Dan ada apa dengan mereka? Kenapa para ksatria pilihan ayahku tergeletak mati di sana?!"

Nike berteriak seperti orang kesetanan. Tidak ada yang bisa menjawabnya. Kejadian beberapa jam yang lalu masih melekat di ingatan mereka. Ketika mereka gagal melindungi tuannya hingga tewas.


"Itu ... maafkan kami, Tuan Muda. Kami semua gagal melindungi Duke dan Duchess dari serangan pembunuh bayaran. Kami layak mati!" kepala ksatria menjawab sambil menunduk dengan penuh rasa bersalah.

Nike menatap ke arahnya. Air mata langsung lolos begitu saja bersamaan dengan tubuh Nike yang limbung ke bawah.

Roan yang terkejut langsung menangkap tubuh Nike. Ini pertama kalinya Roan melihat Nike yang selalu tenang berubah seperti orang gila.

Dan kata maaf adalah kata terakhir yang Nike dengar sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.

'Sial! Kenapa aku histeris? Padahal mereka bukanlah orang tua kandungku. Perasaan tidak berguna ini hanyalah perasaan tersisa dari Nike yang asli.'

***

Reflemoon
14/02/2022

Become The Villain's Brother Where stories live. Discover now