24. The Strategy

2.8K 489 119
                                    

Mulai chapter ini akan banyak plot yang berubah yaa~

Enjoy!

***

Vegas berbaring di tempat tidurnya. Sebuah tempat tidur yang berada di ruangan bernuansa hitam dan emas yang secara aneh dan secara mengejutkan terasa begitu kosong. Bukan, bukan karena ketidakhadiran seseorang yang memang dia rindukan. Meskipun dia memang merasakan rindu itu yang sangat menyiksa, namun alasan kekosongan ini lebih dari itu.

Porsche dan Ken tidak bisa menemukan Pete.

Pesannya tidak dibalas oleh omega itu, dan bahkan panggilannya juga tidak diangkat. Dia tau, mungkin ponsel Pete mati karena mereka tidak bisa melacak keberadaan omega itu. Apalagi saat kini mereka hanya bekerja sendiri, tanpa mendapatkan bantuan dari istana karena mereka bekerja secara rahasia.

Dia khawatir, apa yang terjadi pada Pete sekarang? Dimana omega itu berada? Ayah dan adiknya melarikan diri, rumahnya kosong. Dan Vegas sama sekali tidak mengetahui siapa saja teman Pete.

Semuanya kacau.

Dia tadi memanjatkan doa.

Hal yang sangat jarang dilakukan oleh seorang Vegas. Entah dia mendoakan apa, namun untuk pertama kalinya dalam sekian puluh malam, tangannya tertangkup didepan dada. Terpejam, menunggu, mendengar dalam keheningan, kemudian membisikkan hal yang dia inginkan. Dia memohon.

Bawa dia kembali.

Doanya begitu lambat, begitu pelan, tidak teratur, tidak tersusun. Terbata-bata, kacau. Namun yang dia lakukan dalam doa itu tentu cukup untuk membuat sang pendengar doa untuk melihat kesungguhannya.

Ada air mata disana. Ada gelisah dan juga jeritan sunyi yang dia ungkapkan.

Setidaknya, aku ingin dia baik-baik saja.

Doa lambat yang dia lakukan diam-diam membuatnya memiliki kesempatan, yang meskipun dia tidak menginginkannya, namun itu adalah kesempatan dimana dia bisa merenungkan semua hal yang telah salah dalam beberapa hari ini.

Saat itu adalah salah satu dari hari-hari itu, hari dimana segalanya, dan yang dimaksud benar-benar segalanya tampak salah sekaligus, secara bersamaan. Bajunya yang tidak terkancing dengan benar, rasa makanannya yang tiba-tiba hambar, pekerjaan yang tidak lagi bisa dia pikirkan dengan benar, hingga pantulan wajahnya sendiri didalam cermin yang dia anggap menyebalkan.

Semuanya mendadak bekerjasama untuk melawan Vegas hari itu. Menambah sakit dan gelisah yang tidak bisa dia jelaskan karena ada rasa rindu yang teramat sangat yang dia tahan. Seperti sebuah kenyamanan kecil yang dia miliki dalam waktu sebentar harus ditakdirkan untuk diambil paksa darinya.

Semua hal tidak berjalan sebagaimana seharusnya, semua hal tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Vegas ingat malam itu saat mereka bertemu dan berpelukan erat, saat mereka bertemu dan dia menatap mata jernih seperti telaga di pegunungan tersembunyi itu menatapnya dalam, saat dimana bibir selengkung bulan sabit itu tersenyum samar kearahnya, dan saat dimana pipi serona buah peach masak itu dia rasakan kehangatannya.

Siapa sangka semua yang mereka lakukan malam itu adalah saat terakhir mereka bisa bertemu dan saling menggenggam.

If only I knew it was our last time.

Apa yang lebih menyakitkan daripada berpisah tanpa kata perpisahan?

Vegas menghela nafas sambil membenamkan wajahnya lebih dalam ke bantal, memejamkan mata, dengan gigi terkatup. Tidak ada yang berjalan dengan baik hari ini dan dia merasa sedih, tertekan. Dimana dia berharap dia bisa menutup mata dan melupakan bahwa semua ini pernah terjadi.

SERENAY [VegasPete]Where stories live. Discover now