32. the hardest thing

20 4 0
                                    

"Mungkin Ini Karma ku mas..." Lirih Ate di samping Jati di ruang tunggu kantor polisi yang riuh rendah itu.....sayup sayup masih terdengar Ale berargumen dengan polisi terkait kasus Yang menimpa Ben... Kasus yang terlalu mengada ada....

"Ngeselin banget... Abang yang kena karma Pak Ben yang dipenjara" Cibir Jati kemudian

Ate cemberut.... Kenapa ni mas mas jadi nyinyir sik....

"Yeah.... Mungkin jelas kan? Aku beracun... " Senyum Ate pahit

"Ya gak gitu juga Bang . ... Urusan Pak Ben ini karena kerjaan orang... Gak ada hubungan dengan karma segala macem.... Jadi daripada nyesel nyesel gak jelas gitu... Mendingan Abang mulai berhati hati sama siapa abang berurusan... " Timpal Jati kemudian

"Dan siapa yang harus kupercaya Mas? " Gusar Ate kemudian

Jati terkekeh.... "Kalau itu abang yang harus jawab sendiri karena abang tahu.... "

"Yeah... Mas Jati gak percaya siapa siapa.... " Senyum Ate masam... Jati berdiri dan memandangi Ate kemudian....

"Tenangkan diri Abang.... Pak Ben sedang membutuhkan abang sekarang.... Biar aku belikan kopi buat abang dan mereka yang sedang ruwet di dalam" Ujar Jati serta melangkah pergi

Ate terdiam sementara suara riuh rendah masih terdengar dari dalam ruangan... Ditariknya napasnya dengan panjang

Apakah aku kehilangan Ben?

Apakah ada kesempatan bagiku?

"Te.... " Lirih sebuah suara mengagetkannya, Si Tampan terdiam... Tampak wajah indah yang begitu khawatir memegangi pundaknya....

Pramuditto Askara....

"Ada apa ini sebenarnya? " Ujar laki laki di hadapan Ate kemudian

Ate menarik napas panjang dan terburu menarik jemari laki laki itu menuju ruang pemeriksaan..... Tidak disadarinya senyuman tipis dari laki laki yang baru saja datang itu

***********

"Pasti ada yang salah disini.... Bapak gak bisa tangkap orang atas dasar laporan anonim.... " Kesal Ale pada polisi di hadapannya....

"Itu lebih kepada gosip... Bahkan bukan laporan anonim.... Kenapa membabi buta pak? Ada kasus lebih besar yang coba kalian sembunyikan? " Timpal Nadia di samping Ale

"Kami tidak mungkin ceroboh dan membabi buta untuk menangkap pelaku kejahatan Ibu dan Bapak.... Penyelidikan kami sudah mengerucut dan mengacu kepada Bapak Ben dan Jenderal Kusumo sebagai aktor intelektual.... Bapak dan Ibu sebaiknya menunggu Proses hukum... Jangan gegabah menuduh....

Ale memutar matanya " Semua masyarakat juga sudah tahu bagaimana track record lembaga ini... Jujur saja... Dosa siapa yang coba kalian tutupi....? Anak siapa? Pasangan siapa? " Amarah Ale....

Nadia sejenak memegang tangan si cungkring... Seraya menggeleng pelan berusaha menahan kemarahan laki laki tampan itu

"Jaga bicara Bapak.... Kami bisa menuntut Bapak atas penghinaan terhadap lembaga negara  " Ujar sang Polisi seraya berdiri meninggalkan Ale dan Nadia di kursi itu

"Saya harap saya bisa menuntut Bapak atas ketidaksingkronan kumis kiri dan kanan Bapak yang mengganggu pandangan saya... " Desis Ale kesal.... Nadia tak sadar menonjok pundak Ale dan menahan tawa...
"Heh.... " Kesal Nadia dalam tawanya

Ale manyun dan mencebik "biarin aja... Polisinya ngeselin... Kumisnya aneh.... " Rajuknya..... Mereka berdua tak sadar terdiam ketika melihat Iman keluar dari ruang pemeriksaan...

"Gimana man? " Ujar Nadia menghampiri lelaki tampan berkulit gelap itu dengan diikuti Allegro

"Ada laporan komprehensif tentang menghilangnya banyak sekali orang Nad... Mulanya mereka ini disangka sebagai korban kerusuhan Sampit dan Sambas...tetapi ketika keadaan mulai tenang.... Keluarga yang kehilangan mulai menemukan adanya hubungan antara para pemuda yang hilang dengan LSM yang dikelola Ben... Dan perusahaan jenderal Kusumo... " Jelas Iman

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now