16.Persimpangan Pascal

20 4 7
                                    

"Yakinkan... Itu memang cinta atau sekedar Stockholm syndrome" Kata kata itu terus terngiang di kepala Mauliate yang membuatnya makin sering melamun hari itu saat penandatanganan beberapa dokumen Legal terkait EO....

"Bro" Ujar Iman memandangi Pria sewarna tembaga yang sedang terdiam itu....

"Ya.... Ya man.... Gimana....? " Lirih Ate sesaat...

"Tanda tangannya? " Senyum Iman seraya mengangsurkan lembaran lembaran dokumen itu....

Mauliate tersenyum dan kembali menandatangani kertas kertas di hadapannya

"Banyak pikiran? " Lanjut Iman berbasa basi

Ate mengangkat bahunya "ini dan itu... Biasalah" Ujarnya tak peduli

Laki laki tegap blasteran Afrika itu menepuk nepuk bahu si rahang kokoh itu "cerita? " Senyumnya lagi

"Ben.... " Lirih Ate memandangi Iman lurus lurus...

"Kenapa Tulang? " Bingung Iman sementara tangannya merapikan dokumen dokumen Ate....

"Lo tau tentang Gracias Kusumo, Man? " Lanjut Ate bertanya

"Teman lama tulang kan? Rada ngagetin ternyata dia masih hidup.... Sering datang untuk ngobrol dan makan siang.... Pengacara hebat urusan lingkungan.... Menyenangkan diskusi sama dia... " Jelas Iman kemudian seraya meneguk Espressonya...

"Oh gitu" Lirih Ate kemudian...

"Kenapa nih? " Lurus Iman tidak mengerti...

"Nggak... Gapapa... " Lanjut Ate sambil tersenyum masam

"Insecure Boy? " Senyum Iman pahit...

Ate mengangguk perlahan.... "Apalah aku dibanding dia.... " Keluh Pria tegap itu mendung.....

Iman tersenyum sesaat " Lo lebih baik Te... Lo pemenangnya.... " Timpalnya berusaha menenangkan si tampan dihadapannya

"Tapi kenapa? " Sahut Ate bingung...

"Nama lo gak pernah lepas dari mulut Ben" Lanjut Iman hangat.... Ate terdiam mendengarnya...

"Sudahlah bro... It's been years... Jangan ragu lagi" Senyum laki laki berkulit gelap di hadapan Ate.... Pria tegap yang dipandangi Iman hanya mengangguk lemah... Keraguannya belum sirna

****

"Jadi apa yang diomongin? " Ujar Ale memecah kesunyian di dalam mobil yang membawanya dan Pascal pulang ke rumah singgah dari daerah seturan... Tempat Ibu Pascal tinggal selama di Jogja

Sejak tadi bocah itu hanya terdiam... Banyak informasi yang masuk... Informasi membingungkan yang membuatnya sedih sekaligus gembira...

"Sesi Introgasi dimulai nih... " Lirih si Muda seraya meninju pundak Ale lembut...

"Kalo gak mau cerita juga gapapa... Mas Ale concern sama mukamu... " Senyum Ale masam...

"Masa pertumbuhan... Wajarlah jerawat satu dua" Timpal si muda

"Kamu tahu aku gak ngomongin itu kan Dek? " Senyum Ale seraya mengacak lembut rambut Pascal.... Wajah si bocah tak sadar memerah yang membuatnya membuang muka memandangi Jalan

"Punya ibuk keren kali ya mas Ale? " Lirih pemuda kecil itu kemudian....

"Keren doang? " Timpal Ale

Pemuda kecil itu manyun memandangi Ale lagi... "Iya... Kan lengkap.... " Lanjut Pascal tergetar...

Ale tersenyum penuh arti "emang ada yang kurang? " Lanjutnya hangat... Mobil mereka mengurangi kecepatan karena macet di depan UIN

"Mana Pascal tahu.... Sejak yang aku ingat aku diasuh Bapak... Well bapak yang berganti ganti tante... Lalu mas Jati dan Mas Ale... Yang kutahu cuma itu.... " Galau Pascal memandangi Ale

Pria Pohon dan Matahari yang terburu buru : Ayat 3Where stories live. Discover now